Sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Adalah Stephen Diah Iskandar, mahasiswa FKUI angkatan 2011 yang berhasil meraih World Health Summit Award pada ajang 27th European Students Conference 2016 yang berlangsung di Charité-Campus Virchow Clinic, Berlin, Jerman, tanggal 28 September hingga 1 Oktober 2016 yang lalu.
European Students Conference (ESC) merupakan sebuah ajang konferensi biomedik terbesar tingkat dunia. Ajang yang telah ada sejak 1989 ini telah menarik para peneliti muda berbakat, mahasiswa kedokteran, mahasiswa pascasarjana kedokteran dan semua orang yang tertarik pada riset biomedik untuk hadir. Lebih dari lima ratus peserta mengikuti acara ini untuk berbagi dan melihat penemuan terbaru di bidang biomedik.
Pada penyelenggaraan ke-27 tahun ini, ESC mengangkat tema “Facing Antimicrobial Resistance – Research Revolution Wanted!”. Pemilihan tema ini didasarkan atas isu meluasnya penyalahgunaan antibiotik dan dampak resistensi yang ditimbulkan. Setiap tahunnya, ESC memfasilitasi para partisipan dalam mensosialisasikan hasil risetnya kepada seluruh peneliti dan peserta konferensi yang berasal dari berbagai belahan dunia.
Prestasi yang diperoleh Stephen tidak didapat dengan mudah, semua diawali dengan penyusunan abstrak karya ilmiah yang berjudul “Characteristic of Mental Disorder in Patients with Substance Abuse in Primary Healthcare, Indonesia: A Community Diagnosis”. Karya ilmiah ini disusun Stephen bersama tiga rekannya yaitu Syeda Tazkia Noor, Okla Sekar Martani dan Nurul Istianah. Ternyata, abstrak yang mereka susun memiliki nilai akademis tinggi. Dari ratusan abstrak yang masuk ke panitia, yang berasal dari berbagai universitas di dunia seluruh dunia, abstrak mereka terpilih dan mendapatkan letter of acceptance untuk dipresentasikan di poster session ESC 2016. Stephen kemudian menjadi active participant yang mewakili untuk mempresentasikan hasil karya ilmiah mereka.
Pembuatan karya ilmiah ini dilatarbelakangi kepedulian mereka terhadap penderita gangguan mental yang diakibatkan oleh Narkotika, Alkohol , Psikotropika dan Zat adiktif (Napza). Saat menjalani tugas perkuliahan di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Stephen dan kawan-kawan tertarik dengan sebuah program pemerintah bernama Program Terapi Rumatan Metadon. Program pemerintah yang dilakukan untuk mengurangi efek samping penggunaan opioid suntik, yaitu dengan cara menggantikan adiksi terhadap opioid suntik dengan sirup metadon. Dalam periode rehabilitasi, dosis metadon akan diatur dan dikurangi sedikit demi sedikit hingga adiksi itu berkurang.
Proses riset mereka dilakukan di sebuah pusat pelayanan kesehatan di Jakarta Pusat dengan bimbingan Yoli Farradika, SKM, M.Epid. Mereka menggunakan kuisioner untuk melakukan survey dan spesifikasi gangguan mental akibat napza. Kuisioner yang mereka gunakan merupakan kuisioner adaptasi dari American Psychiatric Association yang telah divalidasi sebelumnya. Dari hasil analisis kuisioner didapat dua gangguan mental terbanyak akibat napza yaitu depresi (rendah diri, malas, hilang semangat) dan psikosis (waham, halusinasi). Stephen dan kawan-kawan juga merekomendasikan penggunaan kuisioner tersebut untuk melakukan penyaringan awal.
Selain mereka, ada 9 abstrak lainnya dari delegasi FKUI yang diterima di poster session. Ke sembilan abstrak tersebut adalah milik Felicia Sesi Herdian, Dita Aulia Rachmi, Adrian Reynaldo Sudirman, Moch. Iskandarsyah AR, Rebecca Octavia Fransisca, Gilda Athalia Sudarto, Fadhian Akbar, Berli Kusuma dan Denita Biyanda Utami.
Pelaksanaan presentasi poster ini dilaksanakan selama dua hari. Poster ilmiah mereka tergabung dalam kategori Public Health. Stephen mengaku gugup dan tidak percaya diri satu hari sebelum menyajikan presentasi. Namun akhirnya, setelah berlatih presentasi, rasa percaya diri Stephen timbul kembali. Lalu seolah tanpa beban, Ia pun tampil memukau para juri.
Khusus bagi partisipan yang tergabung dalam kategori public health, ESC menyediakan penghargaan bergengsi berupa World Health Summit Award untuk satu peserta terbaik. Dalam perjuangannya, Stephen harus terlebih dahulu melalui sesi peer review poster presentation. Pada sesi ini, dari 20 penelitian kategori Public Health yang dipresentasikan, penelitian Stephen terpilih menjadi salah satu penelitian terbaik, bersama dengan 3 penelitian lainnya. Pada sesi kedua, Stephen kembali melakukan presentasi. Kali ini presentasi dilakukan di hadapan tiga orang juri dengan peserta yang tergabung dari seluruh kategori. Pada sesi ini, diumumkan dua penelitian terbaik kategori Public Health, yaitu Stephen dari Indonesia dan Katarzyna dari Polandia. Keduanya lalu diberikan kesempatan untuk mempresentasikan karyanya di depan juri yang merupakan Direktur Program World Health Summit. Stephen berhasil mempresentasikan karya ilmiahnya dengan baik, dia akhirnya terpilih untuk mendapat hibah penghargaan World Health Summit Award yang berlangsung pada 9-11 Oktober 2016 di Berlin, Jerman.
World Health Summit merupakan sebuah konferensi public health yang akan membahas mengenai masalah kesehatan dunia. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 1.500 partisipan yang berasal dari seluruh dunia. Pada kegiatan ini, Stephen mendapat kesempatan yang sama dengan partisipan lainnya untuk menyuarakan pendapat, mengkritisi atau memberi usulan mengenai perkembangan kesehatan bersama pakar dari berbagai belahan dunia.
Di akhir perbincangan bersama Humas FKUI, Stephen berpesan kepada mahasiswa FKUI lainnya agar jangan ragu mencoba jika ada kesempatan untuk mengikuti lomba riset. Jangan merasa malu dengan kemampuan berbahasa Inggris, dan yang penting dalam suatu presentasi adalah pesan yang ingin kita sampaikan dapat dimengerti oleh juri dan peserta lain. Stephen menambahkan bahwa rasa percaya diri dan optimis mampu menjadi modal besar untuk tampil sebaik mungkin.
Prestasi ini tentunya merupakan kebanggaan bagi Indonesia. Stephen merupakan contoh anak muda yang dapat menjadi panutan dan memotivasi teman-teman lainnya untuk turut berprestasi. Keberhasilan Stephen seakan menjadi pembuktian nyata bahwa mahasiswa Indonesia mampu dan layak bersaing di laga internasional. Jangan pernah berhenti berkarya dan berprestasi, teruslah menginspirasi. Maju selalu, FKUI! (Humas FKUI)