UI Kukuhkan Guru Besar Aritmia Pertama di Indonesia dan Guru Besar Bidang Penyakit Dalam

Universitas Indonesia (UI) kembali menambah daftar penerima gelar Guru Besar. Kali ini berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, SpPD-KGEH, FINASIM, FACG staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA, FAsCC, staf pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI-PJNHK, dikukuhkan sebagai guru besar dalam upacara pengukuhan yang dilaksanakan pada Sabtu (12/8) lalu, pukul 10.00 WIB di Aula IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.

Pada prosesi yang dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, PhD tersebut, Prof. Murdani menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul “Deteksi Dini dalam Upaya Menurunkan Morbiditas dan Mortalitas Kanker Kolorektal di Indonesia“ dan Prof. Yoga memberikan pidato pengukuhan berjudul “Mengatasi Aritmia, Mencegah Kematian Mendadak”. Turut hadir pada prosesi pengukuhan tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik Indonesia Dr. Sofyan A. Djalil, SH, MA, MALD; tokoh nasional Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA; para guru besar universitas; staf pengajar; serta para tamu undangan lainnya.

Dalam pidatonya, Prof. Murdani memaparkan mengenai penyakit kanker kolorektal atau sering disebut sebagai kanker usus besar. Kanker kolorektal merupakan suatu tumor ganas yang tumbuh pada usus besar (kolon hingga rektum). Kanker ini terjadi akibat adanya akumulasi perubahan genetik maupun epigenetik pada sel-sel epitel glandular, yang mengubah sel-sel sehat menjadi kanker. Kanker kolorektal menempati urutan ketiga kanker terbanyak pada laki-laki setelah kanker paru dan kanker prostat, serta urutan kedua terbanyak pada perempuan setelah kanker payudara dengan jumlah kasus sebanyak 1,36 juta kasus baru pada tahun 2012.

Di Indonesia, kasus kanker kolorektal ditandai oleh banyaknya kanker sporadik yang berusia muda. Kolonoskopi merupakan baku emas pemeriksaan skrining dan deteksi dini kanker kolorektal. Skrining juga dapat dilakukan mulai dari pelayanan primer. Saat ini, Indonesia belum memiliki program skrining untuk kanker kolorektal. Kerja sama berbagai pihak diperlukan untuk menggalakkan kampanye perlunya kewaspadaan dan skrining kanker kolorektal di Indonesia. Kerja sama ini diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas kanker kolorektal melalui kewaspadaan, penapisan dan deteksi dini kanker kolorektal.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Yoga memaparkan pidato pengukuhannya mengenai aritmia, yaitu segala bentuk gangguan produksi impuls atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke otot jantung. Angka kejadian penyakit ini banyak terdapat dalam populasi di Indonesia. Berdebar merupakan gejala tersering aritmia. Namun spektrum gejala aritmia cukup luas, mulai dari berdebar, lunglai, pingsan, stroke bahkan kematian mendadak. Di Indonesia, epidemiologi aritmia tidak berbeda jauh dengan negara lain. Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering didapatkan di klinik. Tidak jarang stroke merupakan manifestasi klinis pertama dari FA.

Saat ini teknologi dan tatalaksana aritmia telah berkembang dengan pesat di seluruh dunia. Namun sayangnya kemajuan di bidang aritmia belum bisa dinikmati secara luas oleh pasien-pasien di Indonesia. Masih terdapat kendala besar dalam pelayanan aritmia di Indonesia, antara lain minimnya dokter subspesialis aritmia, kelemahan dalam diagnosis di tingkat layanan primer dan sekunder dan kepedulian pemangku kepentingan yang masih rendah. Oleh karena itu, kepedulian  pemerintah, masyarakat, serta dokter saat ini sangat penting untuk ditingkatkan mengingat kepedulian terhadap aritmia sesungguhnya akan sangat membantu dalam mengatasi salah satu masalah kesehatan besar di Indonesia.

Pengukuhan Prof. Yoga sebagai guru besar tetap FKUI sekaligus menjadikan beliau sebagai Guru Besar aritmia pertama di Indonesia. Semoga keilmuan tersebut dapat bermanfaat dalam mengembangkan penatalaksanaan aritmia di Indonesia.

Menjadi sebuah kebanggaan bagi Universitas Indonesia ketika para civitas akademikanya begitu mencintai almamaternya dan mencetak banyak prestasi. Dengan bertambahnya peraih gelar Guru Besar, diharapkan dapat memacu semangat civitas akademika UI lainnya untuk terus berprestasi dan dapat menaikkan nama besar UI di kancah nasional dan internasional. (Humas FKUI)