UI Kukuhkan Dua Guru Besar di Bidang Kedokteran

Staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K) dan Prof. Dr. dr. Badriul Hegar Syarif, PhD, SpA(K), dikukuhkan sebagai Guru Besar tetap Universitas Indonesia pada upacara pengukuhan yang dilaksanakan Sabtu (1/4) di Aula IMERI-FKUI, Salemba. Pada kesempatan tersebut, Prof. Sukman memberikan pidato pengukuhan dengan judul “Identifikasi dan Intervensi Faktor Risiko Aterosklerosis pada Anak dan Remaja: Upaya Pencegahan Penyakit Kardiovaskular pada Usia Dewasa“ dan Prof. Hegar menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Kesehatan Saluran Cerna di Awal Kehidupan untuk Kesehatan di Masa Mendatang”. Prosesi pengukuhan dipimpin langsung oleh Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M. Met, dan dihadiri oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, SpM(K), para guru besar, staf pengajar, serta para undangan lainnya.

Dalam pidatonya, Prof. Sukman memaparkan bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebabkan oleh suatu proses aterosklerosis, yaitu penyakit pada lapisan dalam pembuluh darah arteri yang berlangsung lama. Meskipun menifestasi klinis dan keluhan PJK terjadi pada usia dewasa, ternyata telah terbukti secara ilmiah bahwa proses aterosklerosis yang tidak menimbulkan gejala tersebut (asimtomatik) sudah terjadi pada usia anak dan remaja. Terjadinya aterosklerosis yang menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah koroner biasanya dipercepat oleh adanya faktor risiko yang sebetulnya dapat diatasi atau diubah, bahkan dapat dieliminasi sehingga anak terhindar dari PJK di usia dewasa.

Faktor risiko yang dapat diubah adalah obesitas, dislipidemia, diabetes melitus, rokok, hipertensi dan aktivitas fisik yang kurang. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor genetik dan lingkungan.

Dalam mengidentifikasi faktor risiko aterosklerosis diperlukan program terintegrasi dengan melibatkan orangtua/keluarga (family-based), pihak sekolah (school based), masyarakat dan institusi lain yang terkait. Adanya program nyata dan komprehensif yang mengutamakan pencegahan dengan mengidentifikasi dan mengintervensi faktor risiko sejak dini, diharapkan  dapat menghindarkan anak-anak dari penyakit kardiovaskular di masa depan.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Hegar memaparkan pidato pengukuhan mengenai saluran cerna pada bayi. Kesehatan saluran cerna di awal kehidupan menjadi titik awal kesehatan seseorang di masa mendatang. Mikrobiota diketahui sangat berperan dalam mewujudkan kesehatan saluran cerna. Saat ini diketahui bahwa gangguan komposisi mikrobiota saluran cerna sebagai penyebab penyakit dan bukan sebagai akibat. Jika saluran cerna tidak dikolonisasi oleh mikrobiota, sistem kekebalan tubuh tidak akan berkembang normal.

Intervensi mikrobiota pada awal kehidupan diduga dapat mencegah atau mengatasi infeksi berulang dan alergi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa intervensi yang mengubah komposisi mikrobiota saluran cerna pada bayi baru lahir memberi peluang sebagai pendekatan preventif untuk mengatasi ketidakseimbangan mikrobiota bayi. Kelahiran prematur, bedah sesar, pemberian susu formula, terapi antibiotika yang terlalu dini, kekurangan gizi, kebersihan, bahkan hewan peliharaan merupakan faktor yang dapat menganggu perkembangan mikrobiota saluran cerna bayi.

Saat ini kualitas produk makanan yang mengandung bakteri (probiotik) tidak terkontrol karena dikomersialisasikan sebagai suplemen makanan. Pada sebagian besar produk tersebut telah dilakukan ‘randomized prospective blinded clinical trials’, namun hasilnya memperlihatkan efikasi klinis dan tidak ada data yang mendukung penggunaannya sebagai suplemen makanan. (Humas FKUI)