Teliti Prediktor Resistensi Terapi Sistemik Preoperatif Pasien Kanker Payudara Stadium III-IV, Sonar Soni Panigoro Raih Gelar Doktor

Dari total kasus kanker pada perempuan, kasus kanker payudara masih menjadi kasus dan penyebab kematian akibat kanker yang paling banyak. Angka kejadian kanker payudara pada perempuan terjadi 100 kali lebih besar dibandingkan pada pria. Prognosis dan laju ketahanan hidup pasien kanker payudara tergantung pada tipe kanker, stadium, terapi dan lokasi geografis pasien. Di negara-negara berkembang, tingkat ketahanan hidup masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara maju.

Di Indonesia, berdasarkan sebuah data pada 2008, kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia, diikuti dengan kanker leher rahim. Data dari RS Kanker Dharmais, hampir 75% pasien kanker payudara datang dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut tentu memengaruhi prognosis dan kesembuhan pasien. Padahal jika pasien ditemukan dalam stadium awal, maka tingkat kesembuhan pasien pun akan lebih baik.

Pada pasien dengan sel tumor masih terlokalisasi di jaringan payudara, tingkat ketahanan hidup lima tahun pasien masih mendekati 97%. Namun angka tersebut akan menurun drastis hingga 23% jika sel tumor terdiagnosis telah menyebar ke organ lain. Angka kematian kanker payudara umumnya terjadi karena kanker metastatik dan resistensi terhadap kemoterapi.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, saat ini telah tersedia banyak jenis terapi kanker payudara. Pembedahan, tetap menjadi yang utama. Namun dapat dikombinasikan dengan berbagai teknik radioterapi, kemoterapi dan terapi hormonal untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan. Agen kemoterapi yang paling sering diberikan untuk kemoterapi neoajuvan adalah golongan antrasiklin dan taxane. Kegagalan terapi pada kanker payudara lanjut telah dihubungkan dengan ekspresi mikroRNA (seperti miR-21 dan mir-200cc). Selain itu hilangnya E-cadherin dan munculnya vimentin berkaitan dengan sifat kepuncaan kanker, salah satu penyebab resistensi terapi. Untuk itu diperlukan sebuah penelitian yang bertujuan  untuk mendapatkan hubungan antara resistensi terapi sistemik preoperatif dan ekspresi E-cadherin, vimentin, miR-21 dan miR-200cc pada pasien kanker payudara stadium III-IV.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk, M.Epid, MARS, sebagai bagian dari penelitian disertasinya. Sampel penelitian yang digunakan adalah jaringan kanker payudara yang diambil dari biopsi terbuka. Hasil penelitian mendapatkan bahwa E-cadherin negatif dan vimentin positif manjadi faktor risiko terjadinya resistensi pada terapi hormonal preoperatif.

Hasil penelitian tersebut dipaparkan dengan baik oleh dr. Sonar pada sidang promosi doktoralnya yang berlangsung Jumat (15/7) lalu di Ruang Senat Akademik Fakultas, FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Ekspresi miR-21, miR-200c, Resistensi Terapi Sistemik Preoperatif pada Pasien Kanker Payudara Stadium III-IV” ini berhasil dipertanggungjawabkan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. dr. Siti Boedina Kresno, SpPK(K); Prof. Dr. dr. Soehartati Gondhowiardjo, SpRad(K); Dr. Rer. Physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi; dr. Asri C. Adisasmita, MPH, PhD (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI); dan Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk (Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada).

Di akhir sidang, Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, SpMK(K), PhD, selaku ketua sidang, mengangkat dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk, M.Epid, MARS, sebagai doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Promotor Prof. dr. H. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk dan Ko promotor dr. Nurjati Chairani Siregar, SpPA(K), MS, PhD berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penentuan keputusan untuk memberikan kemoterapi preoperatif serta pemilihan agen kemoterapi agar penggunaannya lebih rasional. (Humas FKUI)