Hipoksia adalah suatu kondisi dimana tubuh atau sebagian area tubuh mengalami kekurangan suplai oksigen. Pada tahap awal, hipoksia akan menimbulkan respon pada sistem kardiovaskular dan respirasi. Jika berlangsung terus menerus akan menimbulkan respon lanjutan pada kedua sistem tersebut, ditambah pada organ otak. Kondisi hipoksia ditenggarai menjadi faktor yang berkontribusi dalam patomekanisme serangan jantung, stroke, hipertensi pulmonal dan penyakit lainnya. Hipoksia juga menjadi ancaman bagi individu dengan profesi tertentu seperti penerbang, penyelam, pendaki gunung, dan lainnya.
Hipoksia tidak selalu menyebabkan kerusakan pada sel saraf jaringan otak. Namun pada kadar dan jangka waktu yang dapat ditoleransi, hipoksia akan memberikan efek perlindungan (preconditioning). Preconditioning dapat meningkatkan resistensi sel terhadap paparan hipoksia berikutnya. Hypoxia preconditioning adalah paparan hipoksia intermiten subletal yang tidak menyebabkan kerusakan jaringan, bahkan dapat menginduksi perubahan ekspresi gen dan jalur sinyal.
Penelitian terkini mengenai hipoksia mengarah pada intervensi paparan hypoxia preconditioning sebagai metode untuk mencegah timbulnya penyakit, maupun terapi pasca serangan stroke dan infark miokard dengan memberikan paparan hypoxia postconditioning. Hipoksia hiperbarik intermiten (HHI) adalah bagian dari hypoxia preconditioning dengan memberikan paparan hipoksia subletal pada tekanan barometrik rendah yang dilakukan berulang pada jangka waktu tertentu.
HHI saat ini diyakini memiliki efek neuroprotektif terhadap jaringan otak maupun jantung. Isu ini menjadi dasar berbagai penelitian mengenai paparan HHI sebagai salah satu cara preventif maupun terapeutik terhadap kondisi patologis yang diakibatkan oleh hipoksia. Diperlukan kajian mendalam mengenai efek HHI terhadap fungsi otak. Adalah dr. Fanny Septiani Farhan, M.Biomed, seorang peneliti dari program studi S3 Ilmu Biomedik FKUI yang kemudian melakukan penelitian untuk melihat respon adaptasi jaringan otak pasca perlakuan HHI.
Penelitian kemudian dilakukan sebagai bagian dari penelitian disertasi beliau. Sebanyak 25 tikus Sprague Dawley menjadi subyek penelitian yang dilakukan sepanjang Agustus 2014-Januari 2016. Hasil penelitian menunjukkan paparan HHI meningkatkan proses neuroplastis sebagai respon adaptasi pada jaringan otak tikus Sprague Dawley.
Hasil penelitian ini kemudian dipaparkan dengan baik oleh dr. Fanny pada sidang promosi doktoralnya, Rabu (20/7) lalu di Ruang Senat Akademik Fakultas, FKUI Salemba. Bertindak selaku ketua tim penguji dr. Nurhadi Ibrahim, PhD dengan anggota tim penguji dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD, AHK; dr. Jan Purba, PhD; dan Dr. dr. Busjra M. Nur, MS (Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta).
Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang hari itu mengangkat dr. Fanny Septiani Farhan, M.Biomed sebagai doktor dalam bidang ilmu biomedik di FKUI. Dalam sambutannya, promotor Prof. dr. Mohamad Sadikin, DSc dan ko promotor Prof. Dr. dr. Sri Widia A. Jusman, MS serta Kol Kes. Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, AAK (Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Saryanto, Markas Besar Angkatan Udara RI, Jakarta), berharap hasil penelitian disertasi yang berjudul “Respons Neuroplastisitas pada Jaringan Otak Tikus Sprague Dawley yang Menjalani Perlakuan Hipoksia Hipobarik Intermiten” ini dapat bermanfaat bagi peneitian selanjutnya terkait hipoksia. (Humas FKUI)