Risiko Sebabkan Penurunan Fungsi Kognitif, Doktor FKUI Usulkan CT Scan Rutin Diperiksakan pada Pasien PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan kondisi peradangan paru kronis yang menyebabkan terhambatnya aliran udara dari paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas yang kian memburuk, serta rentan infeksi sehingga menyebabkan serangan akut. PPOK merupakan penyakit paru kronis yang sering kali tidak terdiagnosis dengan baik di Indonesia, meskipun dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup yang signifikan. Menurut data WHO 2019, PPOK adalah penyebab kematian ketiga di dunia, dengan angka kematian yang diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2060.

Tanpa disadari, penyakit ini juga mampu menurunkan kualitas hidup pasien. Hendaya kognitif (HK) merupakan salah satu komplikasi PPOK yang dapat timbul di luar paru yang perlu dicegah dan ditangani dengan baik. Salah satu peserta Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Yopi Simargi, Sp.Rad., Subsp. TR (K), MARS, melakukan penelitian untuk disertasi doktoralnya mengenai pentingnya CT Scan Toraks Kuantitatif (CTK) sebagai pemeriksaan pasien PPOK. Prosedur ini diyakini selain mampu mendeteksi PPOK lebih awal, juga dapat memperlihatkan risiko hendaya kognitif (HK) pada pasien PPOK yang meningkatkan risiko demensia atau kepikunan. Dengan demikian, tatalaksana holistik dapat dilakukan lebih awal, hal ini akan membantu menurunkan risiko demensia pada pasien PPOK.

“HK merupakan kondisi antara normal dan demensia, yang berpotensi berkembang menjadi demensia. PPOK dan demensia memiliki faktor risiko yang sama, salah satunya adalah paparan polusi udara, termasuk kebiasaan merokok,” jelas dr. Yopi. Ia menambahkan, pada penelitian sebelumnya, sebanyak 28,7% pasien PPOK dengan HK mengalami perkembangan menjadi demensia, yang berdampak pada penurunan kemampuan berpikir dan kepatuhan dalam menjalani pengobatan.

Selama ini, hipoksia kronis akibat kekurangan oksigen telah dianggap sebagai penyebab utama gangguan kognitif pada PPOK. Namun, penelitian ini menemukan bahwa peradangan sistemik tingkat rendah juga berperan penting. “Hipoksia sering dikaitkan dengan peningkatan ekspresi gen HIF-1 alpha, yang merupakan respons tubuh terhadap kekurangan oksigen. Namun, temuan kami menunjukkan bahwa peradangan sistemik yang terlihat melalui CT Scan Toraks Kuantitatif (CTK) memiliki peran yang signifikan,” ungkap dr. Yopi.

Penelitian ini menganalisis 534 pasien PPOK dan menemukan bahwa kerusakan paru yang terdeteksi melalui CTK berhubungan langsung dengan kejadian gangguan kognitif. Dengan temuan ini, dr. Yopi berharap CTK dapat digunakan sebagai alat deteksi dini dalam pengelolaan PPOK. “CTK dapat diusulkan sebagai pemeriksaan rutin untuk pasien PPOK, agar gangguan kognitif dapat dideteksi lebih awal dan pasien mendapatkan penanganan yang tepat,” tambahnya.

Penelitian ini menunjukkan pentingnya perhatian terhadap peradangan sistemik pada PPOK, bukan hanya sekadar hipoksia. Dengan penemuan ini, diharapkan CTK bisa menjadi bagian dari panduan klinis dalam diagnosis dan pengobatan PPOK, serta meningkatkan kesadaran para tenaga kesehatan akan pentingnya deteksi dini gangguan kognitif pada pasien PPOK.

Hasil penelitian disertasi yang berjudul “Peran CT Scan Toraks Kuantitatif, HIF-1α dan Faktor Klinis terhadap Kejadian Hendaya Kognitif pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik” tersebut berhasil dipertahankan oleh dr. Yopi dalam sidang terbuka promosi doktor tanggal 31 Juli 2024 di Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI-FKUI, Jakarta. Dokter Yopi dengan baik menjawab berbagai pertanyaan dan sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD, Subsp.PTI(K), dengan anggota tim penguji yaitu Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, MS., PKK, PDGRM, Sp.OK, Ph.D; dr. Alida R. Harahap, DMM., Sp.PK (K), Ph.D.; Dr. dr. Kristiana S. Kurniasanti., Sp.KJ., Subsp. Ad (K); dan penguji luar dari Universitas Katolik Atma Jaya yaitu Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.N (K) dan dari Universitas Prima Indonesia yaitu Prof. (H.C.) Dr. dr. Aziza Ghanie Icksan, Sp.Rad., Subsp. TR (K).

Sidang promosi doktor ini diketuai oleh perwakilan dekanat FKUI, Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG, K-FER, MPH, dengan Prof. Dr. dr. Cleopas Martin Rumende, Sp.PD, Subsp. PMK (K) sebagai promotor dan Dr. dr. Marcel Prasetyo, Sp.Rad., Subsp. MSK (K), RMSK serta Dr. dr. Yetty Ramli, Sp.N (K) sebagai ko-promotor.

(Humas FKUI)

Mulai chat
💬 Butuh bantuan?
Scan the code
Halo 👋
Ada pertanyaan atau hal yang bisa kami bantu?

Waktu Operasional
Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB
Pesan yang masuk di luar waktu operasional akan direspon pada hari kerja berikutnya.