Promosi Doktor Stephanie Settrin Chenderawasi

Infeksi dengue merupakan penyakit infeksi akut yang sudah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat wilayah yang terjangkit juga semakin meluas dengan adanya peningkatan sebesar 8,65% jumlah kabupaten/kota yang terjangkit pada tahun 2012. Demam berdarah dengue (DBD) menjadi penyakit yang berbahaya karena jika tidak ditangani secara cepat maka akan mengakibatkan sindrom renjatan dengue yang dapat mengakibatkan kematian. Hingga pertengahan Desember 2014, di Indonesia telah terjadi lebih dari 641 kasus kematian dari 71.668 kasus infeksi dengue.

Kebocoran plasma merupakan komplikasi utama infeksi dengue yang menyebabkan renjatan dan kematian pasien. Kebocoran plasma dan seberapa besar kebocoran ini hanya dapat diketahui melalui efek sekunder perubahan volume plasma dan distribusi cairan tubuh, seperti hemokonsentrasi, efusi pleura dan asites.

Saat ini, metode yang umum digunakan untuk memantau kebocoran plasma pasien DBD adalah melalui pemeriksaan hematokrit serial. Namun parameter hematokrit dianggap kurang sensitif dan tepat karena tidak diketahui baseline hematokrit pasien. Pemeriksaan lainnya adalah melalui ultrasonography (USG). USG serial lebih baik jika dibandingkan dengan pemeriksaan hematokrit serial dalam mengidentifikasi kebocoran plasma dan memprediksi apakah pasien DBD akan jatuh ke dalam keadaan yang lebih berat. Kelemahannya, USG baru dapat mengidentifikasi kebocoran plasma saat fase defervescence. Oleh karena itu, dibutuhkan parameter yang dapat memprediksi akan terjadi kebocoran plasma sejak dini, mampu memantau perjalanan kebocoran plasma, serta mampu secara dini memperkirakan bahwa kebocoran plasma akan segera berhenti agar dapat dicegah pemberian cairan berlebihan yang menimbulkan dekompensasi jantung dan berbahaya bagi pasien.

Penelitian mengenai heparan sulfat proteoglikan endotel vaskular (HSPG) menjadi babak baru untuk penanganan penderita DBD. Dinding dalam vaskular dilapisi oleh suatu lapisan licin seperti teflon, yang disebut glikokaliks. Glikokaliks berfungsi sebagai protektor endotel pembuluh darah. Apabila glikokaliks terkikis dan menjadi terlarut di dalam darah, maka endotel akan terpajan dan teraktivasi sehingga terjadi peningkatan permeabilitas vaskular serta berlanjut terjadinya kebocoran plasma. Heparan sulfat proteoglikan merupakan komponen terbesar glikokaliks (50-90%). Peningkatan kadar HSPG dalam darah merupakan suatu tanda bahwa glikokaliks sudah terkikis.

Penelitian ini dikerjakan secara in vivo, pada subjek terinfeksi dengue dengan demam <48 jam, dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut sehingga diketahui kinesis perubahan kadar HSPG. Penelitian ini berhasil melihat pergerakan HSPG yang mengalami peningkatan sejak hari pertama penderita teridentifikasi terinfeksi virus dengue. Pada orang yang terinfeksi dengue, kadar HSPG lebih tinggi daripada orang normal. Kadar HSPG akan jauh lebih meningkat lagi jika orang yang terinfeksi virus dengue tersebut beresiko mengalami kebocoran plasma.

Pemaparan hasil penelitian ini dipresentasikan dengan baik oleh dr. Stephanie Settrin Chenderawasi, SpPK pada sidang promosi doktoralnya yang dipimpin oleh Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, Kamis (12/11) lalu bertempat di Ruang Senat Akademik Fakultas, Salemba. Disertasi penelitian berjudul “Peran Heparan Sulfat Proteoglikan Endotel Vaskular sebagai Penanda Dini Kebocoran Plasma pada Infeksi Virus Dengue” ini berhasil dipertanggungjawabkan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. dr. Rianto Setiabudy, SpFK; Prof. Dr. dr. Hardi Darmawan, MPH, TM, FRSTM, AIF; dan Prof. Dr. dr. Aryati, MS, SpPK(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya).

Pada sambutannya, promotor Prof. dr. Rahajuningsih Dharma, SpPK(K), DSc, FACT dan ko promotor Prof. dr. Herdiman T. Pohan. DTM&H, SpPD-KPTI dan Dra. Beti Ernawati Dewi, PhD berharap hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kemungkinan heparin sulfat proteoglikan endotel vascular (HSPG) dapat digunakan sebagai penanda dini kebocoran plasma, serta kemungkinan NS1 dengue dan TNFα sebagai faktor penyebab terkikisnya HSPG. (Humas FKUI-Mel/Die)