Promosi Doktor Roselina Panghiyangani

Promosi Doktor Roselina PSindroma Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan masalah reproduksi yang sering terjadi pada perempuan usia reproduksi. Namun sayangnya penyebab pasti SOPK hingga saat ini belum diketahui. Sebuah data di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menyebutkan bahwa rerata usia penderita SOPK berkisar antara 26 hingga 31 tahun.  SOPK dapat dianggap sebagai gangguan kelebihan androgen yang heterogen dengan berbagai tingkat kelainan reproduksi dan metabolik yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik dan lingkungan.

Infertilitas pada perempuan SOPK berkaitan dengan anovulasi, kadar LH yang tinggi dan hiperandrogenisme. Sekitar 60-80% peremuan dengan sindrom ovarium polikistik memiliki kadar testosterone sirkulasi yang tinggi, dan 25% memiliki kadar DHEAS yang tinggi mengakibatkan beberapa peneliti menduga bahwa steroidogenesis yang tidak terkontrol mungkin merupakan penyebab utama kelainan dalam kasus ini.

Hingga saat ini, etiopatogenesis SOPK masih belum jelas penyebabnya. Salah satu diantaranya adalah interaksi yang kompleks antara factor genetic dan lingkungan yang bersifat multifactorial. Walaupun untuk penanganan infertilitas yang disebabkan oleh SOPK melalui reproduksi berbantuan yaitu fertilisasi in vitro sudah berkembang baik, tetapi kualitas oosit dan embrio yang dihasilkan masih buruk sehingga keberhasilan kehamilannya rendah dan kejadian keguguran yang meningkat.

Gangguan pada proses pengaturan ovulasi dan ketidakmampuan enzim yang berperan dalam sintesis estrogen di ovarium, diduga menjadi penyebab dari SOPK. Penurunan aktivitas aromatase dapat menyebabkan hiperandrogenisme ovarium sehingga timbul gangguan perkembangan folikel.

Roselina Panghiyangani, S.Si, M.Biomed, seorang peneliti dari program Doktor Ilmu Biomedik FKUI kemudian melakukan penelitian untuk melihat penyebab SOPK melalui analisis peran berbagai sel yang terkait dengan SOPK. Penelitian kemudian dilakukan dengan subyek penelitian perempuan usia 18-40 tahun. Sampel kemudian diteliti di Klinik Yasmin RSCM Kencana, Laboratorium Biologi Molekuler dan Kultur Sel-Sitogenetika Departemen Biologi Kedokteran FKUI, dan Laboraturium Terpadu FKUI.

Hasil penelitian kemudian dipresentasikan dengan baik oleh Roselina Panghiyangani, S.Si, M.Biomed pada sidang promosi doktoralnya, Kamis (9/7) lalu bertempat di Ruang SAF FKUI Salemba, Jakarta. Disertasi penelitian berjudul “Indeks Proliferasi Sel Granulosa dan Ekspresi Gen CYP19A1: Hubungannya dengan Polimorfisme Gen Reseptor FSH Kodon 680 pada Pasien Sindroma Ovarium Polikistik” ini berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji adalah Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K) dengan anggota penguji Drs. Dwi Ari Pujianto, MS, PhD; Dr. rer. Physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi; dan Dr. rer. Nat. Marselina Irasonia Tan, MS (Sekolah Ilmu Tinggi Teknologi Hayati, ITB).

Prof. dr. Rainy Umbas, SpU(K), PhD, selaku ketua sidang hari itu mengangkat Roselina Panghiyangani, S.Si, M.Biomed sebagai Doktor dalam Ilmu Biomedik di FKUI. Ia merupakan Doktor ke-38 FKUI selama tahun 2015 ini. Promotor Prof. Drs. Purnomo Soeharso, PhD dan ko-promotor Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG(K) dan Dr. Dra. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed berharap hasil penelitian ini dapat memberi informasi lebih seputar SOPK kepada para klinisi yang menangani masalah yang berkaitan dengan reproduksi perempuan, khususnya penderita SOPK. (Mel/Dan/Die)