Teknik bayi tabung atau Fertilisasi in Vitro (FIV) dikembangkan untuk menangani pasien suami istri infertil yang gagal memperoleh keturunan melalui metode lain. Namun ternyata penerapan metode ini tidak semuanya membuahkan hasil yang memuaskan. Salah satu penyebabnya adalah jumlah oosit yang matang hanya satu pada setiap siklus normal sehingga seringkali sulit ditemukan saat dilakukan ovum pick up (OPU).
Pesatnya perkembangan program FIV menyebabkan banyak teknik atau metode yang dapat diterapkan seperti ICSI (intra cytoplasmic sperm injection) pada pria kasus oligoastenozoospermia berat. Walau pun demikian, keberhasilan hamil pada pasien infertil yang mengikuti program bayi tabung hanya berkisar 25-30%.
Hiperstimulasi Ovarium Terkendali (HOT) adalah salah satu prosedur pemberian regimen stimulator ovarium yang banyak digunakan pada penanganan pasien yang mengikuti program bayi tabung. Tujuan prosedur ini adalah untuk merangsang pertumbuhan dan pematangan banyak folikel pada saat bersamaan. Keberhasilan implantasi dan kehamilan embrio, dipengaruhi oleh kualitas embrio dan reseptivitas endometrium. Dampak HOT terhadap reseptivitas endometrium telah banyak diteliti secara retrospektif yaitu melihat hubungan antara kadar hormon steroid folikuler akhir setelah pemberian stimulator ovarium dengan tingkat kehamilan.
Pada siklus haid normal, reseptivitas endometrium periode implantasi dikendalikan oleh hormon steroid yaitu estrogen dan progesteron. Di lain pihak, pada siklus haid yang dirangsang dengan prosedur HOT terjadi peningkatan kadar hormon steroid sebagai dampak dari pertumbuhan dan perkembangan multi folikel ovarium. Endometrium yang merupakan target terakhir dari mekanisme kerja poros hipotalamus hipofisis ovarium sangat sensitif terhadap perubahan kadar hormon steroid. Perlu diketahui, apakah terjadi perubahan ekspresi petanda-petanda reseptivitas endometrium periode implantasi akibat pemberian hiperstimulasi ovarium terkendali.
Suatu penelitian kemudian dilakukan sepanjang periode tahun 2010-2013. Lokasi penelitian dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Zoologi LIPI Bogor, Laboratorium Imunologi Patologi Anatomi FKUI dan di Makmal Terpadu FKUI. Penelitian menggunakan hewan coba Beruk (Macaca nemestrina) betina usia reproduktif (pernah beranak), usia 8-10 tahun dengan berat badan 5-8 kg. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terhadap hubungan bermakna antara hormon progesteron fase folikuler akhir dan fase luteal dengan ekspresi petanda reseptivitas endometrium.
Hasil penelitian tersebut dipaparkan dengan baik oleh Drs. Nurhuda, MS dalam sidang doktoralnya yang berlangsung pada Jumat (19/6) lalu di Ruang Senat Akademik Fakultas FKUI, Salemba, Jakarta. Disertasi berjudul “Progesteron sebagai penentu Jendela Implantasi berdasarkan Penilaian Petanda Reseptifitas Endometrium (HOXA10, Integrin αVβ3 dan Pinopod) Macaca nemestrina pasca Pemberian Hiperstimulasi Ovarium Terkendali” ini berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Muharam R. Natadisastra, SpOG(K) dengan anggota tim penguji Prof. dr. Mohamad Sadikin, DSc; Dr. dr. Indra Gusti Mansur DHES, SpAnd; dan Prof. Dr. drh. Tuty L. Yusuf, MS (Fakultas Kedokteran Hewan IPB).
Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK selaku ketua sidang mengangkat Nurhuda sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Promotor Prof. Dr. dr. Ichramsyah Azim Rachman, SpOG(K) dan ko promotor Prof. drh. Dondin Sajuti MST, PhD (Fakultas Kedokteran Hewan IPB) dan dr. Nurjati Chairani Siregar, MS, PhD, SpPA(K) berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai indikator terhadap kematangan endometrium periode implantasi sehingga tingkat keberhasilan bayi tabung dapat ditingkatkan. (Mel/Dan/Die)