Promosi Doktor Dyah Kanya Dewi

Promosi Doktor Dyah Kanyawatidr. Dyah Kanya Wati, SpA(K) diangkat menjadi doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Disfungsi Mikrosirkulasi, Saturasi Vena Kava Superior, dan Laktat Jantung sebagai Prediktor Curah Jantung Pasca Bedah Jantung Terbuka Tetralogi Fallot (Kajian pada sTNFR-1 dan IL-6)” pada sidang promosi doktor yang berlangsung Selasa (7/7) lalu di Ruang Senat Akademik Fakultas FKUI, Salemba, Jakarta.

dr. Dyah berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang promosi yang dipimpin oleh Prof. dr. Rainy Umbas, SpU(K), Ph.D, setelah berhasil menjawab dengan baik serangkaian pertanyaan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Sarwono Waspadji, SpPD-KEMD dan anggota tim penguji Prof. dr. Mohammad Sadikin, DSc; Dr. dr. Mulyadi M. Djer, SpA(K); dan Prof. dr. Hendra Santoso, SpA(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali).

Dalam disertasi dr. Dyah yang menitikberatkan pada penyakit jantung bawaan disebutkan bahwa insiden Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di Indonesia mencapai 8 insiden per 1.000 kelahiran hidup. Terdapat dua kelompok besar PJB yakni PJB non-sianotik dan PJB sianotik. Sebagian besar PJB sianotik adalah Tetralogi Fallot (TP) yang merupakan lebih kurang 10% dari seluruh PJB.

Selama 30 tahun terakhir, perkembangan kateterisasi dan teknik bedah untuk diagnosis dan tata laksana PJB mengalami perkembangan yang mengesankan dan memiliki kontribusi besar dalam menurunkan angka kematian akibat PJB. Walau pun demikian anak yang menjalani operasi jantung tetap merupakan populasi yang berisiko untuk mengalami kematian pasca bedah.

Pasien bayi dan anak yang menjalani operasi jantung memiliki risiko mendapatkan komplikasi pasca bedah. Pemantauan pasca bedah pada umumnya dilakukan secara klinis dan pemeriksaan penunjang. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dokter intensivis untuk meningkatkan perbaikan perawatan pasien dan luaran yang dihasilkan pasca-perawatan, sehingga diperlukan teknik pemantauan yang lebih dini, cepat, dan akurat, baik di ruang operasi mau pun di ruang ICU.

Beberapa negara berkembang belum dapat menerapkan teknologi terkini dalam tindakan bedah jantung pada PJB. Padahal bayi dan anak yang menjalani operasi jantung memiliki risiko cukup tinggi untuk mengalami komplikasi pasca bedah. Komplikasi pasca bedah tersebut akan meningkatkan risiko kegagalan multi-organ, meningkatkan pemakaian ventilasi mekanis yang berkepanjangan, menambah lama rawat, meningkatkan morbiditas neurologis dan menambah biaya perawatan.

Salah satu penyulit pasca bedah jantung adalah penurunan curah jantung. Meskipun keadaan ini amat lazim, namun sangat sulit untuk memperkirakan pasien mana yang akan mengalami penurunan curah jantung walaupun telah dilakukan pemantauan secara ketat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa indikator klinis awal serta beberapa penanda biokimia dapat memberikan petunjuk awal pasien yang berisiko untuk mengalami penurunan curah jantung. Laktat merupakan bagian dari pemantauan pasca bedah untuk curah jantung dan prediktor mortalitas secara global, namun hubungan secara langsung dengan curah jantung belum banyak diteliti.

dr. Dyah kemudian melakukan penelitian untuk menentukan hubungan antara kadar laktat jantung pasca-iskemia  cedera reperfusi dengan perubahan curah jantung pada pasien TF pasca bedah. Penelitian dilakukan sepanjang Juli 2012 hingga Desember 2013 dengan melibatkan 52 pasien anak dengan TF yang menjalani operasi total koreksi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai laktat jantung, saturasi vena cava, dan mean arterial pressure (MAP) merupakan prediktor perubahan curah jantung pasca bedah.

Di akhir sidang, promotor Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan ko-promotor Prof. Dr. dr. Amir S. Madjid, SpAn-KIC dan Prof. dr. Siti Boedina Kresno, SpPK(K) menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian akademis yang diraih oleh dr. Dyah Kanya Wati, SpA(K). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi studi awal yang dapat menyempurnakan tatalaksana pasien pasca bedah anak agar hasil yang didapat menjadi optimal. (Mel/Dan/Die)