Peran TMEPAI pada Resistensi Sel Kanker Payudara Triple-Negative terhadap Doksorubisin

Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak pada perempuan. Secara garis besar, kanker payudara dibedakan berdasarkan keberadaan reseptor hormon estrogen, progesteron, dan protein Her-2. Pasien kanker payudara yang tidak memiliki ketiganya digolongkan sebagai kanker payudara triple negative (KPTN). Kanker payudara tipe ini bersifat agresif, rentan kambuh, cenderung diderita oleh perempuan pre-menopause, dan angka kesembuhan yang lebih rendah dibandingkan tipe lainnya.

Berbeda dengan kanker payudara yang dapat diberi terapi spesifik sesuai dengan penandanya, KPTN tidak dapat diobati dengan terapi spesifik yang telah tersedia. Oleh karenanya, obat yang digunakan untuk terapi KPTN sangat terbatas. Salah satu yang dapat digunakan adalah kemoterapi umum seperti doksorubisin. Sayangnya, kejadian kekebalan sel kanker terhadap doksorubisin sulit dihindari. Berbagai penelitian untuk mengetahui mekanisme kekebalan doksorubisin terhadap KPTN telah dilakukan tapi hasilnya belum memuaskan. Kekebalan sel kanker terhadap doksorubisin dapat diperoleh setelah mendapat obat atau karena sifat bawaan dari sel kanker tersebut. Jika sel kanker memiliki kekebalan bawaan maka pengobatan menjadi tidak efektif.

Salah satu protein yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker adalah TMEPAI (transmembrane prostate androgen-induced). Baru-baru ini dikemukakan bahwa peningkatan jumlah protein TMEPAI berhubungan dengan kekambuhan dan rendahnya angka kesembuhan pada pasien KPTN. TMEPAI juga terbukti meningkatkan pertumbuhan sel KPTN, baik pada penelitian yang menggunakan sel kanker maupun hewan coba. Meskipun penelitian mengenai sel KPTN terkait TMEPAI telah dilakukan sebelumnya, namun mekanisme TMEPAI yang menyebabkan kekebalan sel KPTN terhadap doksorubisin belum diketahui.

Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti dari Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI Bantari Wisynu Kusuma Wardhani, S.Farm, Apt, M.Biomed, melakukan penelitian untuk mengetahui peran dan mekanisme TMEPAI yang diinduksi TGF-β pada perubahan resistensi sel KPTN terhadap doksorubisin secara in vitro. Penelitian ini mencoba menelaah lebih jauh mengenai kejadian kekebalan sel KPTN terhadap doksorubisin. Fokus penelitian ini adalah kekebalan yang terjadi karena sifat bawaan sel KPTN.

Secara garis besar, penelitian ini menggunakan dua kelompok sel, yakni sel yang memiliki dan tidak memiliki TMEPAI. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah TMEPAI berpengaruh terhadap kekebalan sel KPTN yang diberi doksorubisin. Salah satu parameter yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah dosis doksorubisin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa doksorubisin kurang efektif pada sel yang memiliki TMEPAI karena dosis yang dibutuhkan lebih tinggi dibanding sel yang tidak memiliki TMEPAI. Terlebih lagi, sel yang memiliki TMEPAI mengalami peningkatan pertumbuhan dan penurunan kematian sel kanker.

Peningkatan protein lain seperti transporter yang berfungsi untuk mengeluarkan doksorubisin dari sel KPTN diduga menjadi salah satu mekanisme kekebalan. Dalam penelitian ini, TMEPAI diduga kuat berperan dalam peningkatan jumlah protein tersebut, sehingga doksorubisin tidak dapat bekerja dengan baik untuk membunuh sel KPTN.  Dengan demikian, penelitian ini memberikan sumbangan data mengenai peran TMEPAI pada kekebalan sel KPTN terhadap doksorubisin.

Pemaparan hasil penelitian tersebut dipresentasikan oleh Bantari Wisynu Kusuma Wardhani, S.Farm, Apt, M.Biomed pada sidang promosi doktoralnya, Kamis (12/12/2019) lalu di Ruang Teaching Theatre Lt. 6, Gedung IMERI FKUI Salemba.

Disertasi berjudul “Peran TMEPAI (Transmembrane Prostate Androgen-Induced) yang Diinduksi TGF-β pada Resistensi Sel Kanker Payudara Triple-Negative terhadap Doksorubisin” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji adalah dr. Vivian Soetikno, SpFK, PhD dengan anggota tim penguji Prof. Dr. rer.physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi; Dr. dr. Noorwaty Sutandyo, SpPD-KHOM; dan Rintis Noviyanti, PhD (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), selaku ketua sidang mengangkat Bantari Wisynu Kusuma Wardhani, S.Farm, Apt, M.Biomed sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI.

Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Riyanto Setiabudy, SpFK(K) dan ko-promotor Dr. Melva Louisa, S.Si, M.Biomed dan Yukihide Watanabe, PhD (University of Tsukuba, Jepang) berharap hasil temuan ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian TMEPAI selanjutnya yang menggunakan hewan uji dan jaringan pasien KPTN. Selain itu, temuan pada penelitian ini membawa harapan bagi perkembangan pengobatan yang lebih efektif untuk pasien KPTN dengan menjadikan TMEPAI sebagai target terapi.

(Humas FKUI)