Pengembangan Profesionalisme Staf Pengajar Kedokteran Untuk Transformasi Pendidikan Kedokteran di Indonesia

“Pendidikan kedokteran merupakan suatu kontinum yang dimulai sejak pendidikan dokter tahap sarjana, pendidikan dokter tahap profesi, pendidikan dokter spesialis, dan pendidikan dokter subspesialis dengan continuing medical education dan continuing professional development,” ujar Prof. dr. Ardi Findyartini, Ph.D., dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) pada Sabtu 11 Februari 2023.

Melalui pidato pengukuhan yang berjudul “Pengembangan Profesionalisme Staf Pengajar Kedokteran untuk Transformasi Pendidikan Kedokteran di Indonesia”, guru besar yang akrab disapa Prof. Titien tersebut memaparkan bahwa peran pendidikan kedokteran dalam kontinum lengkapnya, tidak hanya terbatas pada penyediaan jumlah dokter, dokter spesialis, dan dokter subspesialis, namun berperan juga dalam kualitas pencapaian kompetensi pelayanan kesehatan dan pengembangan keilmuan yang memadai, termasuk diantaranya adalah pengembangan staf pengajar kedokteran.

Tantangan utama yang sering dilaporkan dari berbagai adaptasi pembelajaran adalah pengembangan kemampuan terkait dengan literasi manusia dalam berkomunikasi, berempati, kesiapan pengaturan pembelajaran oleh peserta didik, kesiapan sistem pembelajaran, dan juga kesiapan staf pengajar dalam beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran dan penyesuaian tugas sehari-hari staf pengajar. “Institusi pendidikan kedokteran memiliki tugas besar dalam pengembangan keilmuan, pendidikan dan pengajaran, penelitian dan inovasi, serta pengabdian masyarakat. Staf pengajar kedokteran menjadi pusat dari seluruh aspek pengembangan tersebut,” ujar Prof. Titien.

Strategi yang diterapkan oleh tim Medical Education Unit FKUI bekerja sama dengan tim E-learning FKUI adalah segera mengindentifikasi kebutuhan staf pengajar dalam penyesuaian metode pembelajaran dalam kelas besar dan dalam kelompok, serta metode pembelajaran di tatanan klinis, menyesuaikan dengan platform pembelajaran daring dan kondisi pandemi. Transformasi program pengembangan staf pengajar juga dilakukan oleh tim Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI dalam penyelenggaraan pelatihan dosen klinik. Hal tersebut mempertimbangkan bahwa dosen klinik juga memerlukan dukungan spesifik dalam menjalankan peran pembimbingan dan supervise peserta didik program profesi.

Di akhir pidatonya, Prof. Titien berharap peran staf pengajar kedokteran harus selalu dimaknai ‘beyond transferring knowledge’. Motivasi dan pengembangan identitas profesional staf pengajar kedokteran sangat penting sehingga dapat selalu berperan dengan performa terbaik sesuai potensi diri masing-masing. Pengembangan potensi diri baik atas inisiatif pribadi ataupun dukungan dari sistem dalam institusi pendidikan dapat mendorong staf pengajar kedokteran yang mampu belajar sepanjang hayat. Selain itu, pengembangan staf pengajar kedokteran harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pengembangan institusi pendidikan kedokteran karena staf pengajar kedokteran yang selalu berkembang dan adaptif yang mampu mendukung institusi pendidikan kedokteran untuk senantiasa memperbaiki diri dalam pengembangan keilmuan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“Dengan demikian, tidak berlebihan kiranya bila pengembangan profesionalisme staf pengajar kedokteran sebaiknya menjadi inti dari transformasi pendidikan kedokteran di Indonesia,” pungkasnya.

Prosesi pengukuhan Prof. dr. Ardi Findyartini, Ph.D dipimpin langsung oleh Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, dan turut dihadiri oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU.; Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dan Direktur Utama RSUP Sulianti Saroso, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH.; Plt. Sesditjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, dr. Soenarto; Direktur Utama RSCM, Dr. dr. Lies Dina Liastuti, Sp.JP(K), MARS, FIHA.; Guru Besar Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI dan Perhimpunan Pengkaji Ilmu Pendidikan Kedokteran Indonesia, Prof. Dr. dr. Retno W. Subaryo, Sp.KK(K).; serta Advisor and Founder PT Blue Bird sekaligus Ketua MWA UI Periode 2007–2012, dr. H. Purnomo Prawiro.

Prof. Titien menyelesaikan program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus menjadi dokter umum pada tahun 2002. Kemudian, Prof. Titien melanjutkan pendidikannya dalam bidang Medical Education di University of Melbourne, Australia, dan mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 2007. Sejak tahun 2009 beliau aktif mengajar di Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI dan dikukuhkan menjadi Guru Besar Pendidikan Kedokteran Pertama di FKUI pada usia 44 tahun.

Beberapa judul karya ilmiah beliau diantaranya adalah Strengthening Resilience in Medical and Health Professions Education: The Dynamic Interaction of Culture, Humanistic Environment, and Positive Role Modelling (2022); Professional identity formation of medical teachers in a non-Western setting, Professional identity formation of medical students: A mixed-methods study in a hierarchical and collectivist culture (2022); Collaborative clinical reasoning learning using an integrated care pathway in undergraduate interprofessional education: An explorative study (2022); dan Supporting newly graduated medical doctors in managing COVID-19: An evaluation of a Massive Open Online Course in a limited resource setting.

(Humas FKUI)