Penelitian Potensi Kurkumin untuk Menghambat Pertumbuhan Sel Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan kanker yang terbentuk di jaringan payudara yang disebabkan oleh perkembangan sel-sel tumor ganas yang berasal dari lapisan kelenjar susu. Hingga saat ini, kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada wanita yang ditemukan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Banyak strategi pemilihan terapi sedang dilakukan untuk mengatasi resistensi dalam pengobatan kanker payudara.

Salah satu mekanisme terjadinya kanker yaitu perubahan epigenetik yang dapat dikembalikan fungsinya dengan obat,. Namun, obat-obatan tersebut sebagian memiliki efek samping sehingga membatasi dosis dan lama pengobatan. Oleh karena itu penggunaan senyawa aktif bahan alam untuk menghambat pertumbuhan sel kanker merupakan bidang penting dalam penelitian pengobatan kanker.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat. Salah satu tanaman tersebut adalah Curcuma longa atau kurkumin. Tanaman ini telah dikenal luas dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencegah dan mengobati berbagai kondisi ketidakseimbangan tubuh sebagai anti-radang, anti-oksidan, dan lain-lain. Pada berbagai penelitian, kurkumin telah dipakai sebagai senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara melalui berbagai mekanisme. Salah satunya dengan jalan kematian sel yang terprogram. Kematian sel yang terprogram dapat melalui banyak jalur, diantaranya adalah jalur RASSF1A yang berfungsi menghambat pertumbuhan sel kanker dan Bax yang merangsang kematian sel terprogram. Apabila RASSF1A dan Bax menurun, maka sel akan membelah secara tidak terkontrol.

Bukti efektivitas kurkumin sebagai zat kemopreventif telah diteliti dengan menggunakan kultur sel, namun belum diteliti pada sel kultur kanker payudara pasien Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti dari Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI, dr. Nunung Ainur Rahmah, SpPA, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kurkumin dengan protein RASSF1A dan protein Bax yang dapat merangsang kematian terprogram pada sel kanker payudara.

Salah satu sel kanker yang dipakai adalah sel CSA03 diisolasi dari jaringan kanker payudara seorang wanita Indonesia yang mempunyai reseptor hormon positif. Sebagai pembanding digunakan sel MCF-7 (reseptor hormon positif) dan MDA-MB-468 (reseptor hormon negatif) yang diperoleh dari wanita Kaukasia.

Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan kurkumin dengan kadar protein RASSF1A dan Bax dalam menunjang mekanisme kematian terprogram, sehingga menghambat pertumbuhan sel kanker payudara. Kurkumin dapat diberikan pada sel kanker payudara reseptor hormon positif dan negatif, sehingga terdapat potensi pengembangan penelitian lanjutan menggunakan kurkumin sebagai terapi pendamping kemoterapi pada pasien kanker payudara.

Pemaparan hasil penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Nunung Ainur Rahmah, SpPA pada sidang promosi doktoralnya, Kamis (28/11/2019) lalu di Ruang Teaching Theatre Lt.6, Gedung IMERI FKUI Salemba.

Disertasi berjudul “Hubungan Kurkumin dengan Kadar Protein RASSF1A, BAX, dan Aktivitas Kaspase-3 dalam Menunjang Mekanisme Apoptosis pada Sel Kanker Payudara CSA03, MCF-7, dan MDA-MB-468” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH; Prof. dr. Bethy S. Hernowo, SpPA(K), PhD (Universitas Padjajaran); Dr. dr. Samuel Johny Haryono, SpB(K)Onk (Rumah Sakit Kanker Dharmais); dan Harliansyah, M.Si, PhD (Universitas YARSI).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Nunung Ainur Rahmah, SpPA sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI.

Melalui sambutannya, promotor Prof. dr. Fransiscus D. Suyatna, SpFK, PhD dan ko-promotor Prof. dr. Mpu Kanoko S, SpPA(K), PhD dan Dr. dr. Primariadewi Rustamadji, MM, SpPA(K) berharap hasil penelitian ini dapat menunjang pengambangan penelitian kurkumin sebagai sumber alam yang potensial untuk terapi suportif kanker payudara.

(Humas FKUI)