Kasus stunting atau bertubuh pendek masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi anak-anak di Indonesia dengan kategori stunting mencapai 37,2%. Angka ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan tahun 2010 sebesar 35,6%.
Stunting dapat menyebabkan gangguan kecerdasan anak dan akan sulit disembuhkan ketika anak telah berusia lebih dua tahun. Umumnya stunting disebabkan karena asupan makanan yang tidak memadai dan munculnya penyakit infeksi seperti diare yang sering terjadi pada anak, khususnya yang berusia di bawah dua tahun. Munculnya penyakit diare dipengaruhi oleh faktor kondisi sanitasi, kebersihan individu (hygiene) dan air minum.
Selain kedua penyebab tersebut, diketahui ada penyebab lain yang mempengaruhi angka kejadian stunting yaitu pelayanan kesehatan, air, sanitasi, perawatan ibu dan anak serta rumah tangga yang rawan pangan. Beberapa penelitian telah menemukan hubungan yang cukup signifikan mengenai hubungan antara sanitasi, kebersihan individu, program air minum, diare serta stunting. Oleh karena itu, untuk menekan stunting karena diare, masyarakat dapat memperhatikan SHAW (Sanitation-Hygiene And Water).
Peneliti dari FKUI, Pathurrahman, SKM, MAP, kemudian mencoba mengeksplorasi hubungan antara program SHAW tersebut dengan penurunan jumlah penderita diare yang akan diikuti dengan penurunan angka kejadian stunting. Ia melakukan penelitian dengan menggunakan sampel pada anak-anak dengan keadaan normal (tidak stunting) di daerah terpapar program SHAW dan anak-anak normal di daerah tidak terpapar program SHAW.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di daerah program non-SHAW cenderung akan mengalami stunting. Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa diare memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap stunting dengan kontribusi minimal sebesar 5,8%. Dengan adanya intervensi sanitasi, higienitas, dan air minum seperti perbaikan kualitas air minum dapat mengurangi kejadian diare. Selain itu, kejadian diare juga terpengaruh terhadap asupan makanan. Jika asupan makanan bermasalah, akan berpengaruh langsung terhadap stunting.
Program SHAW terbukti berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap berkurangnya kejadian diare. Oleh karena itu, program sanitasi, higienitas, dan air minum dapat direkomendasikan terutama pada anak-anak yang tinggal di pedesaan.
Pemaparan hasil penelitian tersebut disampaikan Pathurrahman, SKM, MAP pada sidang promosi doktornya Kamis (8/6) lalu di Auditorium Lt. 3 Gedung IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi penelitian berjudul “Pengaruh Sanitasi, Hygiene, dan Air terhadap Pencegahan Stunting melalui Pengurangan Diare pada Anak umur 6-12 bulan: Analisa SEM (Structural Equation Modeling)”, ini berhasil dipertanggung jawabkan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh, dr. Rina Agustina, MSc, PhD dengan anggota tim penguji, Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, PhD (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI); dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD (Nutrition International Indonesia); dan Ir. Helda Khusnun, MSc, PhD (SEAMEO-RECFON).
Di akhir sidang, Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, PhD, SpMK(K) selaku ketua sidang, mengangkat Pathurrahman, SKM, MAP sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Gizi di FKUI. Promotor Prof. Dr. dr. Agus Firmansyah, SpA(K) dan ko promotor Jahja Umar, PhD (UIN Syarif Hidayatullah) dan Dr. Ir. Umi Fahmida, MSc (SEAMEO-RECFON) berharap hasil penelitian ini dapat menjadi masukan terutama bagi para pengambil kebijakan sebagai referensi dalam merumuskan kebijakan pencegahan kejadian stunting anak yang saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. (Humas FKUI)