Penyakit langka didefinisikan sebagai penyakit dengan prevalensi kurang dari 1:2000 kelahiran hidup. Sekitar 72% kasus penyakit langka disebabkan oleh mutasi genetik. Penanganan penyakit langka menjadi tantangan besar dalam dunia kesehatan global, termasuk di Indonesia. Salah satu kesulitan terbesar dalam menangani penyakit langka adalah proses diagnosis yang rumit dan menghabiskan waktu yang panjang.
Peserta Program Doktor dari Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Ivan William Harsono, MTI, CPHIMS, FISQua melakukan penelitian disertasi yang berfokus pada inovasi dalam diagnostik penyakit langka. Penelitian ini dilatarbelakangi kesadaran akan minimnya akses diagnostik dan kurangnya fasilitas laboratorium khusus untuk penyakit langka di Indonesia. Kondisi ini seringkali membuat pasien dan keluarga menghadapi proses diagnosis yang lama dan penuh ketidakpastian.
Penelitian Ivan bertajuk “Analisis Molekular Mutasi Glycogen Branching Enzyme 1 (GBE1) via Protein Expression Study pada Penderita Glycogen Storage Disease IV dan Patogenisitasnya”, melalui penelitian ini Ia berhasil menemukan mutasi baru pada gen GBE1 (gen yang mengkode protein enzim percabangan glikogen) yang belum pernah dilaporkan sebelumnya di dunia.
Dalam disertasinya, Ivan menyoroti pentingnya pendekatan multiomik yang mencakup analisis fenotipe atau klinis, genetik, bioinformatika, pemodelan protein, dan studi fungsional ekspresi protein. Penemuan ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengembangan metode diagnosis yang lebih efektif, terutama untuk penyakit langka yang masih sering terabaikan.
Penelitian yang dilakukan oleh dr. Ivan ini juga berhasil menyederhanakan proses diagnosis melalui pipeline baru bernama Indonesia Exome Rare Disease Variant Discovery (IDeRare) untuk menyederhanakan proses pencarian varian mutasi genetik yang relevan. Metode ini terbukti lebih cepat dan akurat dibandingkan dengan metode diagnosis konvensional yang seringkali membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Selain itu, pada penelitian ini juga melibatkan eksperimen in vitro pada sel HEK293T untuk mempelajari bagaimana varian mutasi baru, seperti mutasi Arg198Thr pada gen GBE1, mempengaruhi fungsi protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutasi tersebut menurunkan ekspresi enzim GBE1, yang berperan dalam metabolisme glikogen. Temuan pada penelitian membuktikan bahwa mutasi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai patogenik, yang berarti bahwa varian ini berkontribusi langsung terhadap timbulnya penyakit GSD IV.
“Penemuan mutasi baru dan pembuktian patogenisitas Arg198Thr pada gen GBE1 yang kami lakukan membuktikan pentingnya pendekatan multiomik dalam mempercepat dan meningkatkan akurasi diagnosis penyakit langka,” ujar dr. Ivan.
“Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memvalidasi IDeRare dengan menggunakan data registri penyakit langka yang tersedia di RS Cipto Mangunkusumo atau nasional dibandingkan dengan hasil analisis mutasi yang dikerjakan oleh pihak ketiga, dan saya siap berpartisipasi dalam proses validasi tersebut,” tegasnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga penderita penyakit langka melalui konseling genetik dan tindakan promotif preventif, seperti skrining pranikah bagi semua calon pasangan suami-istri, serta melakukan skrining NIPT (Non-Invasive Prenatal Testing) pada kehamilan berisiko tinggi, dilanjutkan dengan program skrining genetik nasional bagi setiap anak yang lahir dari keluarga dengan riwayat keluarga yang memiliki mortalitas tinggi pada usia dibawah lima tahun, menggunakan panel skrining seperti Whole Exome Sequencing (WES).
Disertasi tersebut berhasil dipertahankan oleh Ivan William Harsono dalam sidang terbuka promosi doktor yang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), M.P.H., yang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2024 di Auditorium lt.3, Gedung IMERI FKUI, Jakarta.
Ivan mampu menjawab pertanyaan dan sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh Dr. Fadilah, S.Si., MSi., dengan anggota Dr. dr. Titis Prawitasari Sp.A(K); Dr. dr. Syarifah Dewi, M.Biomed dan Dr. drh. Silvia Tri Widyaningtyas, M.Biomed, serta penguji tamu dari Universitas Pelita Harapan Dr. dr. Dina Garniasih Rd, Sp.A(K), M.Kes.
Bertindak sebagai promotor pada sidang promosi ini adalah Dwi Ari Pujianto, S.Si, M.Biomed, Ph.D dengan ko-promotor Dr. dr. Yulia Ariani, Sp.A(K) dan A./Prof. Beben Benyamin, B.Sc., M. Agr., PhD.
Promotor Dwi Ari Pujianto menyampaikan sambutannya di akhir sidang promosi. Beliau mengapresiasi perjalanan akademik dr. Ivan yang luar biasa, lulus pada usia 26 tahun dengan perpaduan keahlian klinis, teknologi informasi, dan laboratorium. “Penelitian dr. Ivan memberikan kontribusi signifikan dalam ilmu pengetahuan dan memudahkan ahli genetik dan klinisi dalam mempercepat diagnosis penyakit. Kelulusan di usia muda ini tidak hanya mencerminkan kecerdasan intelektual, tetapi juga kemampuan luar biasa dalam mengelola tuntutan akademik yang kompleks. Tentunya, prestasi ini menjadi kebanggaan kita semua,” ujarnya.
Sementara itu, ketua sidang, Prof. Dwiana Ocviyanti mengapresiasi kelulusan dr. Ivan, yang berhasil lulus dengan predikat summa cumlaude di usia 26 tahun, lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Ia memuji perjalanan akademik dr. Ivan, yang dimulai sejak belum genap berusia 16 tahun saat memulai pendidikan kedokteran umum (dr.), menyelesaikan Program Magister Teknologi Informatika (MTI) dalam waktu 1 tahun 3 bulan sebagai lulusan terbaik dan termuda dengan predikat summa cum laude IPK 3.96, hingga kemudian berhasil menyelesaikan Program Doktoral Ilmu Biomedik hanya dalam 6 semester dengan predikat summa cum laude, IPK 3.97. Beliau berharap dr. Ivan terus melanjutkan penelitian dan berkontribusi lebih jauh di bidang ini, serta berpotensi membantu memajukan pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama dalam bidang deteksi dini dan penanganan penyakit langka.
(Humas FKUI)