Kanker serviks merupakan kanker yang sering terjadi pada perempuan dan berhubungan erat dengan infeksi virus human papilloma (HPV). Angka kematian kanker serviks di Indonesia sangat tinggi karena 90% pasien datang dengan diagnosis kanker invasif stadium lanjut atau terminal, sehingga hasil pengobatan seringkali mengecewakan.
Penatalaksanaan kanker serviks adalah dengan pembedahan, radiasi, kemoradiasi dan kemoterapi, tergantung pada stadium klinis. Hal tersebut sangat memengaruhi kesintasan, kemungkinan kontrol lokal dan kontrol loko-regional. Faktor prognostik kanker serviks dipengaruhi oleh faktor klinikopatologik, di antaranya: stadium, besar tumor, jenis hisatologi, derajat defisiensi, invasi stroma limfo-vaskular, nekrosis, metastasis dan kelenjar getah bening. Akan tetapi respons terapi radiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut ini pun tetap bervariasi walaupun dengan faktor klinikopatologi yang sama. Oleh karena itu, dipikirkan faktor prognosis tambahan sepeti faktor angiogenesis dan faktor apoptosis seperti survivin, telomerase dan sitokrom c.
Survivin merupakan protein yang terdiri dari 142 asam amino inhibitor apoptosis (IAPs) yang mempunyai kemampuan untuk meregulasi proliferasi sel dan kematian sel serta terekspresi dalam siklus sel fase G2/M. Banyaknya apoptosis dan ekspresi survivin digunakan sebagai prediksi untuk menilai respons sebelum terapi radiasi. Telomerase merupakan komplek enzim ribonukleoprotein sebagai enzim abadi sel. Tidak adanya aktivitas telomerase pada kontrol normal mengindikasikan telomerase sebagai penanda skrining yang baik dan deteksi kemungkinan metastasis pada keganasan ginekologi. Sitokrom c terdiri atas 104 asam amino dan berperan penting dalam perkembangan atau kematian sel. Peran sitokrom c ditemukan pada beberapa penelitian kanker pada manusia, di antaranya kanker tiroid, kanker paru, kanker kolon, kanker prostat, kanker payudara, kanker ovarium, dan kanker serviks.
Survivin, telomerase dan sitokrom c diketahui dapat menjadi potensi skrining yang baik pada kanker serviks. Namun hingga saat ini belum diketahui peran dan kadarnya. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui peran dan kadar surviving, telomerase dan sitokrom c sebagai prediktor respons terapi radiasi pada kanker serviks stadium lanjut, khususnya stadium IIIB.
Penelitian kemudian dilakukan oleh staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM, dr. Fitriyadi Kusuma, SpOG(K). Dari hasil penelitian didapat dua model skor prediksi respons terapi pasien kanker serviks stadium IIIB.
Hasil penelitian disertasi ini kemudian dipresentasikan oleh dr. Fitriyadi Kusuma, SpOG(K) dengan baik pada sidang doktoralnya Senin (17/7) lalu di Teaching Theatre Room, Lt.6 Gedung IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi dengan judul “Kadar Survivin, Telomerase, dan Sitokrom C sebagai Prediktor Respons Terapi Radiasi pada Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Serviks Stadium IIB” ini berhasil dipertanggung jawabkan di hadapan para tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji yaitu Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna, M. Epid; Dr. dr. Sri Mutya Sekarutami, SpRad(K)OnkRad; Dr. dr. Primariadewi Rustamadji, SpPA(K); Dr. dr. Jacub Pandelaki, SpRad(K); dan Dr. dr. Supriadi Gandamihardja, SpOG(K) (Universitas Padjajaran).
Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang pada hari itu, mengangkat dr. Fitriyadi Kusuma, SpOG(K) sebagai doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Disertasi yang disusun dengan bimbingan promotor Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG(K) dan ko promotor Dr. dr. Laila Nuranna, SpOG(K) dan Dr. dr. Ani Retno Prijanti, MS ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai acuan untuk mengembangkan terapi gen pada terapi kanker serviks. (Humas FKUI)