Model Prediksi dan Respons Terapi pada Kanker Paru

Kanker paru merupakan salah satu keganasan yang paling sering ditemukan dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak. Kanker paru memiliki angka kematian yang tinggi walau telah banyak kemajuan dalam diagnostik dan terapi. Bahkan angka bertahan hidup hingga lima tahun (5 years survival) pada kanker paru amat rendah, yaitu sekitar 15%. Padahal bila kanker paru terdeteksi pada stadium IA maka angka ketahanan hidup 5 tahun dapat mencapai 80%.

WHO membagi 2 kelompok kanker paru berdasarkan sifat biologis, terapi dan prognosisnya, yaitu Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dan Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK). Stadium klinis menentukan prognosis dan jenis terapi yang sesuai untuk kanker paru. Jika masih berada di stadium dini (IA sampai IIIA) dapat dilakukan dengan pembedahan. Namun pada pasien dengan stadium lanjut atau dengan penyebaran sel kanker, perlu diberi tambahan terapi berupa kemoterapi.

Tingginya angka kejadian KPKBSK di Indonesia memerlukan biomarker non-invasif yang dapat memprediksi terjadinya progresi. Hingga saat ini belum ditemukan adanya penanda yang akurat, kurang invasif, reproducible dan cepat sebagai prediktor respons terapi dan progresi pada KPKBSK.

MiR-21 sering digunakan sebagai penanda berkaitan dengan perannya sebagai onkomir. Selain miR-21, miR-10b juga berperan dalam proses penyebaran. Namun peran miRNA dalam sirkulasi sebagai prediktor progresivitas dan respons terapi pada KPKBSK belum banyak diteliti. Berbagai molekul tersebut diduga berperan dalam penatalaksanaan KPKBSK sebagai petanda untuk prediksi progresi. Melalui penelitian terhadap molekul-molekul tersebut, diharapkan didapatkan model prediksi terapi dan progresi, maka dapat direncanakan terapi yang lebih terarah di masa depan.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Lyana Setiawan, SpPK sebagai bagian dari penelitian disertasinya. Di akhir penelitian didapat model prediksi untuk progesi dan respons terapi, namun masih diperlukan penelitian lanjutan untuk memvalidasi model prediksi tersebut.

Hasil penelitian kemudian dipaparkan dengan baik oleh dr. Lyana pada sidang promosi doktoralnya, Rabu (5/7) lalu di Ruang Auditorium IMERI-FKUI, Lantai 3. Disertasi berjudul “Peran miR-10b, miR-21, suPAR, dan PAI-1 sebagai Prediktor Respons Terapi dan Progresivitas pada Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)” berhasil dipertanggungjawabkan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji dr. Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD; Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, SpFK(K); dr. Nurjati Chairani Siregar, SpPA, PhD; dan Prof. dr. Sofia Mubarika, PhD (Universitas Gadjah Mada).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Lyana Setiawan, SpPK sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Rahajuningsih Setiabudy, SpPK(K), DSc, FACT dan ko-promotor Prof. Dr. dr. Siti Boedina Kresno, SpPK(K) dan Dr. dr. Noorwati Sutandyo, SpPD-KHOM berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar pengembangan terapi target pada KPKBSK. (Humas FKUI)