Metode Identifikasi Spesies Parasit Malaria dengan Gen COI

Indonesia merupakan negara endemis malaria. Ditemukan empat jenis spesies penyakit malaria, dua diantaranya yaitu Plasmodium falciparum dan P. vivax yang merupakan parasit berbahaya penyebab malaria pada manusia. Laporan terkini mengenai manusia yang terinfeksi oleh parasit malaria satwa primata telah menarik perhatian para peneliti untuk melakukan pengamatan lebih lanjut mengenai interaksi alami antara manusia dan parasit.

Zoonosis merupakan kondisi terjadinya transmisi penyakit infeksi dari hewan ke manusia yang diakibatkan oleh adanya pengaruh lingkungan seperti penebangan hutan secara masif. Kondisi tersebut sangat memungkinkan terjadinya transmisi penyakit dari satwa primata ke manusia (zoonosis) atau sebaliknya (antroponosis).

Temuan adanya zoonosis telah lama dilaporkan, termasuk P. falciparum dan P. vivax, dua parasit zoonosis malaria hasil transmisi dari satwa primata. Baku emas diagnosis parasit malaria masih berdasarkan pada identifikasi mikroskopik yang membutuhkan keahlian tinggi. Kelemahan dari teknik tersebut adalah sulitnya menentukan spesies parasit bila ditemukan infeksi campuran, parasitemia sangat rendah, perubahan pola morfologi spesies parasit yang diakibatkan oleh obat anti malaria dan variasi galur. Berkembangnya parasitologi molekul telah memunculkan metode diagnosis alternatif yang secara simultan dapat mengidentifikasi dan membedakan spesies parasit. Walau demikian, belum ada keseragaman deteksi molekul penentu spesies parasit malaria.

Berdasarkan permasalahan tersebut, identifikasi spesies malaria yang cepat, sensitif dan spesifik sangat diperlukan sebagai alternatif diagnosis parasit malaria. Data terbaru menyebutkan bahwa gen COI (Cytochrome c Oxidase Subunit I) dapat digunakan sebagai target spesiasi parasit malaria dan alat diagnosis kasus zoonosis. Seorang peneliti dari Program Studi Doktor Ilmu Biomedik FKUI, Dra. Wuryantari, M.Biomed, kemudian melakukan penelitian untuk mendapatkan pengembangan metode identifikasi spesies parasit menggunakan gen COI sebagai penanda identifikasi.

Penelitian kemudian dilakukan dengan menggunakan 2.309 sampel darah manusia dan 323 sampel darah orangutan. Hasil penelitian membuktikan bahwa COI dapat mengidentifikasi spesies parasit malaria secara spesifik dan sensitif serta dapat diaplikasikan sebagai alat identifikasi zoonosis malaria.

Hasil penelitian tersebut kemudian dipresentasikan oleh Dra. Wuryantari pada sidang promosi doktoralnya Jumat (6/1) lalu d Ruang Kuliah Parasitologi, FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Identifikasi Spesies Parasit Malaria Menggunakan DNA Barcode COI (Cytochrome c Oxidase Subunit I) dan Molekul DARC (Duffy Antigen Receptor for Chemokines) serta DBP (Duffy Binding Protein) yang Berperan dalam Zoonosis Malaria” ini berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Prof. dr. Agnes Kurniawan, PhD, SpParK(K) dengan anggota tim penguji Drs. Dwi Ari Pujianto, MS, PhD; Dr. drh. Joko Pamungkas, MSc (Institut Pertanian Bogor); dan Prof. dr. Supargiyono, DTM&H, SU, PhD, SpParK (Universitas Gadjah Mada).

Di akhir sidang, Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, SpMK(K), PhD, selaku ketua sidang, mengangkat Dra. Wuryantari, M.Biomed sebagai doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Dalam sambutannya, promotor Prof. dr. Herawati Sudoyo, PhD dan ko promotor Prof. dr. Syafruddin, PhD (Universitas Hasanuddin) dan Dra. Rintis Noviyanti, PhD (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman) berharap hasil penelitian ini dapat memberikan dasar pengembangan program pengendalian penyakit malaria dengan munculnya parasit baru yang bersifat zoonotik. (Humas FKUI)