Preeklamsia merupakan masalah kesehatan maternal di dunia yang memberikan dampak pada morbiditas dan mortalitas baik pada masa kehamilan dan kelahiran. Preeklamsia berasosiasi dengan komplikasi pada masa kehamilan dan kelahiran, baik akut maupun jangka panjang. Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa preeklamsia bukan hanya penyakit pada kehamilan, tetapi penyakit yang berkaitan dengan kesehatan kehamilan dan kelahiran secara keseluruhan dan kelangsungan kehidupan umat manusia.
Terdapat kondisi yang tumpang tindih antara preeklamsia dengan patologi kehamilan lainnya. Kondisi ini memperlihatkan berbagai gejala sebagai sindrom tanpa entitas penyakit tertentu. Kondisi tersebut menegaskan patogenesis preeklamsia yang bersifat multifaktorial sehingga perjalanan penyakit ini belum dapat dijelaskan secara komperehensif. Situasi ini juga menjelaskan mengapa berbagai upaya prediktif dan preventif untuk mengatasi preeklamsia masih belum optimal dan penatalaksanaannya hingga saat ini adalah dengan persalinan.
Proses kehamilan merupakan periode tumbuh kembang kritis yang berasosiasi dengan proliferasi dan diferensiasi sel. Kehamilan ditandai dengan beberapa tahapan yang saling berkesinambungan yang dipengaruhi secara kuat oleh nutrisi saat kehamilan dan interaksi aksis hormonal maternal-fetal-plasenta. Kompleksitas nutrisi dalam proses ini mengakibatkan peran nutrisi dalam kehamilan seringkali dilupakan.
Karakteristik mendasar semua sistem makhluk hidup adalah kemampuan untuk memberi respons, adaptasi, toleransi, dan kompensasi terhadap gangguan atau stres dari lingkungan eksternal. Salah satu respons stres makhluk hidup adalah autofagi yang diinduksi oleh keterbatasan nutrisi, hipoksia dan organel yang rusak. Autofagi dalam bahasa latin mengandung arti ‘self eating’ yang awalnya dikategorikan sebagai program kematian sel bersama dengan apoptosis dan nekrosis.
Nutrisi merupakan regulator utama autofagi. Angka kejadian preeklamsia yang tinggi di negara berkembang menimbulkan dugaan adanya keterlibatan defisiensi nutrisi pada patogenesis preeklamsia. Terkait dengan hal tersebut, perlu diketahui apakah zat nutrisi berperan dalam etiopatogenesis preeklamsia melalui kegagalan autofagi.
Penelitian kemudian dilakukan oleh, dr. Martina Hutabarat, SpOG(K) untuk mengetahui peran nutrisi dan kegagalan autofagi pada patomekanisme preeklamsia. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat peran nutrisi yang berkorelasi dengan proses autofagi pada patomekanisme preeklamsia.
Hasil penelitian disertasi tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik pada sidang promosi doktornya Senin (9/1) lalu di Ruang Kuliah Parasitologi, FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Peran Nutrisi dan Kegagalan Autofagi pada Patomekanisme Preeklamsia” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Sarwono Waspadji, SpPD-KEMD dengan anggota tim penguji Prof. dr. Rahajuningsih Dharma, SpPK(K), DSc; Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, MPH (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI); Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI; dan Prof. Dr. dr. Johanes C. Mose, SpOG(K) (Universitas Padjajaran).
Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Martina Hutabarat, SpOG(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Promotor Dr. dr. Noroyono Wibowo, SpOG(K) dan ko promotor Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI berharap penelitian ini dapat memperkuat peran nutrisi sebagai komponen pencegahan kehamilan dengan preeklamsia dan kompikasinya. (Humas FKUI)