Kenali Gejala Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme Sejak Dini, untuk Intervensi yang Lebih Mumpuni

Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan dan perilaku anak yang ditandai dengan terganggunya kemampuan komunikasi, interaksi sosial, serta perilaku berulang / repetitif tanpa tujuan. Autisme termasuk suatu spektrum gejala yang berarti bahwa gejalanya sangat bervariasi mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat.

Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), menjelaskan akan pentingnya deteksi dini gejala autisme pada anak. Deteksi dini ini bertujuan untuk menghindari keterlambatan dalam diagnosis dan intervensi autisme nantinya. Berdasarkan American Academy of Pediatric (AAP), deteksi dini autisme pada anak dapat dilakukan mulai usia 18 dan 24 bulan.

Lebih lanjut, Prof Rini mengatakan bahwa orang tua harus mulai waspada ketika terdapat perilaku yang tidak biasa atau “aneh” pada anak. Hal ini bisa menandakan adanya gangguan perkembangan anak yang mungkin dapat mengarah ke gejala autisme.

“Tanda-tanda autisme yang dapat diperhatikan oleh orang tua, seperti ketika anak sudah berusia 9 bulan namun tidak ada reaksi ketika namanya dipanggil atau tidak ada ketertarikan saat diperlihatkan mainan, pada anak usia 12 bulan menghindari kontak mata atau terlambat bicara, belum dapat menunjuk, anak usia 16 bulan selalu mengulang-ngulang satu kata atau tertarik dan terobsesi berlebih terhadap benda atau aktivitas, dan pada anak usia 24 bulan anak belum dapat mengerti instruksi yang diberikan dan belum ada kata-kata yang diucapkan dengan jelas dan benar,” jelas Prof Rini.

Sesuai definisinya, anak autisme juga tidak suka berinteraksi dengan anak lain atau menunjukkan reaksi yang tidak biasa terhadap suara, bau, rasa, serta penglihatan, dan perabaan. Selain mengenali gejala dan tanda autisme, terdapat perangkat deteksi yang dapat digunakan oleh orang tua, seperti kuesioner Modified Checklist for Autism in Toddlers-R/F (M-CHAT-R/F) dan beberapa perangkat deteksi lainnya. Deteksi dini oleh orangtua secara menyeluruh terhadap perkembangan anak, dapat menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA).

“Dengan deteksi yang lebih cepat, anak dengan autisme dapat dilakukan intervensi dini agar performa di masa depannya dapat lebih baik,” tutur Prof Rini.

Intervensi yang lebih awal dan tepat pada anak dengan autisme ini akan memberikan lebih banyak waktu dan kesempatan kepada anak. Intervensi tersebut bertujuan memperbaiki kemampuan komunikasi, kemampuan adaptif, dan perilaku anak.

Berbagai terapi yang bisa diberikan, dimulai dari terapi dengan sensori integrasi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi perilaku, dan Aquatic Therapy.

“Peran orang tua dalam penanganan anak autisme ini sangat penting. Orang tua dapat menemani dan memastikan interaksi aktif antara anak dan orang tua, memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai hal, mengurangi waktu screentime pada anak, menyediakan waktu untuk mengantar dan mendampingi anak terapi, mendukung keterampilan perkembangan anak, serta konsisten dan menindaklanjuti program terapi di rumah,” terang Prof Rini.

Lebih lanjut Prof. Rini menjelaskan bahwa pada intinya orang tua harus memperhatikan kondisi perkembangan anak. Sesuaikan kondisi perkembangan anak dengan milestone perkembangan pada anak seusianya. Apabila ada yang tidak sesuai dan mengarah ke gejala autisme, orang tua dapat segera melakukan konsultasi kepada dokter supaya diagnosis dapat segera ditegakkan dan intervensi dini dapat dilakukan. Pada taraf terapi pun, orang tua sangat berperan untuk hasil yang lebih optimal.

(Humas FKUI)

Mulai chat
💬 Butuh bantuan?
Scan the code
Halo 👋
Ada pertanyaan atau hal yang bisa kami bantu?

Waktu Operasional
Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB
Pesan yang masuk di luar waktu operasional akan direspon pada hari kerja berikutnya.