Guru Besar FKUI Raih Penghargaan Roosseno Award VIII

Guru Besar Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. dr. R. Sjamsuhidajat, SpB(KBD) meraih pengharagaan Roosseno Award VIII atas dedikasi beliau sebagai dokter spesialis bedah selama 52 tahun (1959-2011) dan sebagai pengajar pendidikan kedokteran selama 46 tahun (1974 sampai sekarang).

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Utama Biro Oktroi Roosseno, Prof. Dr. Toeti Heraty N. Roosseno pada Sabtu (30/6) di Auditorium Roosseno Plaza, Kemang, Jakarta.

Roosseno Award VIII diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-67 Biro Oktroi Roosseno dan peringatan hari kelahiran Prof. Dr. (HC) Ir. Roosseno.

Roosseno Award adalah penghargaan yang diberikan kepada tokoh nasional Indonesia yang dinilai mampu memberi inspirasi atas karya, kegiatan, dan semangat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, atau sosial humaniora.

Tahun ini, Dewan Direksi Biro Oktroi Roosseno bersama Dewan Testimonium yang terdiri dari Prof. dr. Asikin Hanafiah, SpJP (Guru Besar Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI); Prof. dr. Aryono Djuned Pusponegoro, SpB(KBD) (Guru Besar Emeritus Ilmu Bedah FKUI); Prof. Dr. dr. Farid A. Moeloek. SpOG(K) (Guru Besar Dept. Obstetri dan Ginekologi FKUI); Prof. Sangkot Marzuki (Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia); dr. Boenjamin Setiawan, PhD (Pendiri PT Kalbe Farma); dan Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM, S.H, M.Si, SpF(K) (Guru Besar Dept. Forensik dan Medikolegal FKUI), sepakat memilih Prof. Sjamsuhidajat sebagai penerima Roosseno Award VIII.

Dalam pidatonya, Prof. Sjamsuhidajat mengaku tidak menyangka akan menerima penghargaan tersebut. Terlebih lagi, penghargaan yang diraih ini telah mampu menyejajarkan beliau dengan beberapa tokoh nasional Indonesia yang pernah menerima Roosseno Award sebelumnya, yaitu Prof. B.J. Habibie, Prof. Franz Magnis Suseno, Prof. Wiratman Wangsadinata, dan Prof. Saparinah Sadli.

Selama menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah dan pengajar pendidikan kedokteran, Prof. Sjamsuhidajat selalu menjunjung tinggi tanggung jawab profesi dokter sebagai profesi yang senantiasa mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan mengemban cita-cita luhur untuk menolong sesama.

Ke depannya, menurut Prof. Sjamsuhidajat, pendidikan kedokteran dapat dipandang dengan kata kunci “it is always about people and it is always evolving” yakni selalu mengutamakan manusia dan selalu berkembang.

Lebih lanjut, Prof. Sjamsuhidajat mengatakan bahwa pendidikan kedokteran tak hanya harus mencetak dokter dan dokter spesialis yang memiliki pengetahuan dan keterampilan terbaik, tetapi juga harus mampu mempersiapkan para dokter untuk menjadi manusia yang siap menerima keistimewaan namun senantiasa humanis dan profesional.

 “Pendidikan kedokteran tidak hanya harus memastikan pencapaian pengetahuan dan keterampilan yang terbaik oleh para dokter dan dokter spesialis. Perlu diingat dan ditegaskan juga bahwa pendidikan kedokteran harus mampu mempersiapkan para dokter untuk menjadi manusia yang siap menerima privilege dan senantiasa humanis dan profesional,” tutur Prof. Sjamsuhidajat. (Humas FKUI)