FKUI Selenggarakan Gelar Wicara dengan Tema Menjaga Etik Kedokteran di Era Teknologi Informasi

Kehidupan bermasyarakat dewasa ini sudah semakin erat kaitannya dengan penggunaaan media sosial. Banyak orang yang menggunakan media sosial sekadar untuk hiburan, namun banyak juga yang memanfaatkannya untuk menunjang pekerjaan atau bahkan sebagai mata pencaharian utama. Walau sifatnya personal, penggunaan media sosial bagi sivitas kampus tetap terikat dengan norma dan etik yang berlaku di lingkungan kampus.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui Career Development Center (CDC) mengadakan gelar wicara dengan topik ‘Menjaga Etik Kedokteran di Era Teknologi Informasi: Sudut Pandang Tiga Medical Influencer Lintas Generasi’ pada Sabtu, 18 Maret 2023 bertempat di Auditorium lantai 3 IMERI FKUI.

Gelar wicara ini mengundang tiga narasumber FKUI lintas generasi, yaitu Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB mewakili generasi X; dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A dari generasi millenial; dan dr. Hashfi Azhar sebagai generasi Z. Ketiganya adalah penggiat dan medical influencer di media sosial, seperti instagram, twitter, dan tiktok. Acara ini dimoderatori oleh Koordinator Unit Alumni dan CDC FKUI sekaligus founder dari @fkdigital.id, dr. Tommy Dharmawan, Sp.BTKV, PhD.

Prof Ari, sebagai Dekan FKUI dan juga penggiat media sosial, dalam paparannya membahas mengenai penggunaan media sosial sebagai sarana edukasi kedokteran. Menurutnya, media sosial dapat digunakan oleh para dokter untuk edukasi kesehatan kepada masyarakat. Namun, media sosial juga dapat menjadi boomerang bagi para dokter jika tidak berhati-hati dalam penggunaannya. Untuk mencegah hal tersebut, Prof Ari menghimbau kepada para audiens agar selalu mengambil materi atau konten dari sumber-sumber yang terpercaya. “Sebelum melakukan edukasi, pastikan menggunakan sumber akurat dan terpercaya, klarifikasi isu-isu hoaks kesehatan di masyarakat sesuai evidence based medicine,” kata Prof. Ari.

Sementara itu, Co-founder @tentanganakofficial, dr. Mesty turut memberikan tanggapan tentang media sosial sebagai salah satu wadah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Dokter spesialis anak ini memulai kariernya sebagai medical influencer dengan mengenali dirinya dan berpikir tentang apa sebenarnya yang bisa dia berikan untuk memberantas hoaks tentang anak usia dini di masyarakat. Melalui edukasi kesehatan di Instagram, dr. Mesty pun aktif berbagi informasi dan tips kesehatan untuk anak usia dini. Akan tetapi, ia juga selalu memperhatikan prinsipnya dalam bermedia sosial, “Saya selalu ingat THINK sebelum post konten di instagram. Apa itu THINK? Cek kembali kontennya, is it True? Is it Honest? Is it Impactful? Is it Necessary? Is it Kind?”

Narasumber selanjutnya, yang mewakili generasi Z, dr. Hashfi mengatakan bahwa cara penyampaian edukasi juga penting untuk diperhatikan supaya pesan yang ingin diberikan sampai kepada masyarakat. Pemilik akun tiktok @hashfiazhar ini berusaha membuat konten edukasi yang dimulai dengan mengambil perhatian penonton dengan sesuatu yang mengundang tawa, namun diakhir konten ia memberikan edukasi kesehatan yang berguna. Menurutnya, cara ini cukup efektif dan mendapat respon baik dari masyarakat. Dalam pembuatan konten tersebut, dr. Hashfi juga konsisten untuk melihat kembali dan meminta tanggapan dari teman dan orang lain sebelum membagikannya ke media sosial.

Di era teknologi informasi saat ini, media sosial sangat berguna untuk penyampaian informasi kesehatan. Akan tetapi, dalam penggunaanya, tetap harus memperhatikan aturan yang berlaku dan menjunjung prinsip etik kedokteran.

(Humas FKUI)