FKUI Ajak Masyarakat Waspadai Boraks dan Formalin pada Jajanan Anak

Kesehatan anak merupakan salah satu indikator penentu untuk mencapai generasi emas Indonesia di masa mendatang. Oleh karena itu, peran orang tua dan juga guru sekolah teramat penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan makanan yang sehat dan bersih setiap harinya.

Kesibukan orang tua terkadang membuat tidak semua anak membawa bekal makanan saat ke sekolah. Andai pun membawa bekal, anak-anak cenderung tergoda untuk jajan diluar bekal yang telah dibawakan oleh bapak dan ibunya. Kecenderungan ini dapat menjadi ancaman bagi kesehatan anak. Amankah jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anak kita?

Bahaya mengintai dibalik boraks dan formalin

Isu mengenai penggunaan boraks dan formalin memang sudah lama diperbincangkan, sayangnya hingga saat ini masih sering ditemukan jajanan sekolahan yang menggunakan kedua bahan kimia berbahaya ini. Padahal, kedua bahan ini masuk ke kategori bahan yang bersifat toksik alias beracun.

Boraks sejatinya digunakan untuk membuar campuran detergen, glasi enamel gigi buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, dan pengawet kayu. Demikian pula dengan formalin, bahan ini biasanya digunakan sebagai pengawet pada mayat, bahan tambahan kosmetik, perabot kayu, dan desinfektan kuat.

Boraks bila tertelan dalam jumlah tinggi dapat meracuni sel-sel tubuh dan menyebabkan kerusakan usus, hati, ginjal dan otak. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan kerusakan hati dan kanker.

Efek buruk boraks bekerja pada jangka waktu lama, ia akan tertimbun dan terakumulasi terlebih dahulu dalam tubuh, kemudian akan menimbulkan efek samping seperti pusing, mual, muntah, diare, kejang bahkan koma. Pada anak kecil dan bayi, jika boraks ada di dalam tubuh sebanyak 5 gram saja maka dapat menyebabkan kematian.

Makanan yang mengandung boraks dan formalin sekilas tidak akan berbeda tampilannya secara visual. Ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin biasanya tidak mudah hancur, kenyal, sangat renyah, tahan lebih dari 3 hari (tidak busuk dan berjamur), berwarna lebih mencolok, dan juga tidak dikerubungi oleh lalat dan semut.

Namun terkadang hal ini luput dari perhatian kita, karena anak-anak yang jajan tentu tidak memperhatikan hal semacam ini ketika mereka membeli jajanan. Asalkan ramai, rasanya enak, warnanya menarik, maka anak-anak sudah lahap menyantapnya.

Peran antosianin dalam bunga Ruellia: zat yang sensitif terhadap perubahan pH

Pada prosedur pemeriksaan di laboratorium kimia, formalin dapat dideteksi dengan menggunakan uji Fuchsin, Tollens dan Fehling. Sedangkan untuk deteksi boraks melalui uji nyala dengan asam sulfat. Namun pemeriksaan ini memerlukan bahan kimia dan peralatan standar laboratorium. Hal ini tentunya akan sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk menguji apakah ada kandungan boraks dan formalin dalam makanannya.

Staf dan peneliti di Departemen Kimia Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) berhasil menemukan cara deteksi mudah boraks dan formalin menggunakan indikator ekstrak herbal, yaitu bunga Ruellia (Ruellia tuberosa). Bunga Ruellia ini berwarna ungu dan berbentuk terompet, banyak ditemukan di pinggir jalan dan juga sangat mudah tumbuh dimana-mana.

Tanaman bunga yang berasal dari Meksiko, Karibia dan Amerika Selatan ini memiliki kandungan pigmen antosianin. Zat antosianin ini yang memberikan warna ungu pada bunga Ruellia. Prinsip utama dalam penemuan ini adalah memanfaatkan zat antosianin yang sensitif terhadap derajat keasaman (pH) lingkungan yang ditandai dengan perubahan warna. Pada dasarnya antosianin yang terdapat pada bunga Ruellia memiliki penanda warna: merah untuk pH 1-3, coklat-kemerahan untuk pH 5-6, coklat-kehijauan untuk pH 7-8, hijau untuk pH 9-11 dan kuning untuk pH 13-14.

Penyuluhan dan pemeriksaan jajanan anak

Berangkat dari keprihatinan akan ancaman kesehatan pada anak-anak, para staf dan peneliti dari Departemen Kimia Kedokteran FKUI mengajak masyarakat untuk mewaspadai boraks dan formalin pada jajanan anak melalui suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat bernama Program Aksi UI untuk Negeri.

Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 27 dan 29 Agustus 2019 di Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Mengambil topik “Penyuluhan jajanan sehat, pelatihan pemeriksaan boraks dan formalin dalam pangan jajanan anak dengan indikator ekstrak herbal,” program ini sukses mengedukasi 50 orang peserta yang terdiri dari ibu-ibu kader PKK setempat dan pedagang jajanan sekolah.

Ketua program, Dr. Ade Arsianti, M.Si, kepada Humas FKUI menjelaskan bahwa penggunaan boraks dan formalin masih marak di masyarakat terutama digunakan oleh para pedagang jajanan anak-anak.

“Dampak boraks dan formalin itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan otak anak-anak kita,” tutur Dr. Ade. “Meskipun penyalahgunaan boraks dan formalin sudah menurun, namun kita sebagai orang tua harus tetap waspada,” lanjutnya kemudian.

Cara mudah deteksi boraks dan formalin dengan menggunakan ekstrak bunga Ruellia

Setelah sesi pemaparan materi dari narasumber, peserta diajak untuk melakukan uji pemeriksaan terhadap sampel makanan yang telah dibawa sebelumnya. Para peserta dibagi ke dalam empat kelompok dengan masing-masing kelompok didampingi oleh staf dari Departemen Kimia Kedokteran FKUI.

“Cara deteksinya sangat mudah, hanya dengan menggunakan peralatan sederhana di rumah. Cukup siapkan ulekan, pipet tetes, wadah berongga kecil seperti tempat cat air (palet), sampel makanan, air putih dan beberapa helai bunga Ruellia,” jelas Dr. Ade sembari melakukan demo pemeriksaan singkat.

Sampel makanan dihancurkan sampai halus dan ditambahkan sedikit air. Setiap sampel makanan ditaruh di rongga palet yang berbeda-beda. Bisa diberikan label nama untuk menandai makanan apa saja yang diujikan untuk memudahkan identifikasi makanan. Lakukan hal yang sama pada bunga Ruellia, dihaluskan dan diberikan sedikit air.

Setelah semua siap, ambil beberapa tetes cairan ekstrak bunga Ruellia dan kemudian teteskan pada masing-masing sampel makanan. Amati perubahan warna pada sampel makanan. Apabila makanan positif mengandung boraks maka warnanya akan berubah menjadi hijau karena pH boraks sekitar 9-11. Apabila makanan positif mengandung formalin, maka warnanya akan berubah menjadi coklat-kemerahan karena pH formalin sekitar 5-6.

Lalu bagaimana dengan makanan yang tidak mengandung keduanya? Makanan yang bebas formalin dan boraks akan berwarna ungu atau tidak mengalami perubahan warna seperti aslinya warna ekstrak yang ditambahkan ke makanan pada awalnya. Perubahan warna yang terjadi sangat singkat hanya beberapa menit saja sudah bisa terlihat hasilnya.

Beberapa jajanan anak ternyata positif mengandung boraks dan formalin

Hasil yang diperoleh sangat mengejutkan, beberapa makanan yang di uji coba saat itu memberikan hasil yang positif mengandung formalin dan boraks.

Tidak lupa dibuat pula kontrol uji dengan menggunakan boraks dan formalin sebagai acuan warna. Perubahan warna semua sampel semua diamati dan dicatat.

“Kini, ibu bisa melakukan tes terhadap jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anaknya, mudah dan cepat hanya dalam hitungan menit saja. Semoga dengan adanya edukasi ini, para orang tua dapat melindungi anak dari bahaya boraks dan formalin” ujar Dr. Ade sekaligus menutup kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan Ratu Jaya.

(Humas FKUI)