Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. dr. Theddeus O.H. Prasetyono, Sp.B.P.R.E., Subsp.T.(K) menjadi pembicara pada International Session The 19th Congress of the Korean Society for Diabetic Foot yang diselenggarakan hari Sabtu, 25 Februari 2023 di St. Mary’s Hospital, Seoul, Korea Selatan. Pakar FKUI dalam bidang bedah plastik rekonstruksi dan estetik tersebut membawakan materi berjudul The Wound Healing “Stories” for Diabetic Foot.
Dr. dr. Theddeus menjadi satu-satunya pembicara internasional dalam kongres tersebut setelah narasumber internasional lainnya yaitu Ms. Sophie Whitelaw dari National University Hospital, Singapura, berhalangan hadir. Pada akhirnya, kuliah pleno yang dipandu oleh moderator Dr. Seung-Kyu Han dari Departement of Plastic Surgery, College of Medicine Korea University yang juga bertindak selaku Presiden Korean Society for Diabetic Foot hanya disampaikan oleh pembicara dari Indonesia.
The 19th Congress of the Korean Society for Diabetic Foot merupakan acara tahunan yang diadakan oleh organisasi non profit The Korean Society for Diabetic Foot. Acara ini digelar sebagai wadah dalam meningkatkan pengetahuan dan berbagi keilmuan dari para profesional mengenai pencegahan dan pengobatan kaki diabetes dengan melibatkan kontribusi dan kepesertaan multidisiplin dan multiprofesi. Kegiatan tersebut dihadiri oleh para dokter dengan spesialisasi dari berbagai bidang seperti Endokrinologi, Ortopaedi, Bedah Plastik, Kedokteran Rehabilitasi, Bedah Vaskular, hingga Keperawatan.
Melalui paparannya, Dr. dr. Theddeus menyampaikan bahwa walaupun pengetahuan kedokteran tentang kompleksitas kaki diabetik mengalami kemajuan pesat, upaya prevensi tetap harus menempati prioritas utama. Berbagai upaya prevensi harus disertai dengan peningkatan literasi masyarakat luas tentang diabetes melitus dan kaki diabetik, terlebih lagi bagi para pasien beserta keluarga dan kerabat pendukungnya. Komplikasi amputasi sebagai kondisi lanjut yang menghantui penderita kaki diabetik dipengaruhi oleh multifaktor yang sudah dikenali seperti neuropati (kerusakan sistem persarafan), penyakit pembuluh darah tepi, derajat klinis kaki diabetik, infeksi tulang, dan juga kendali gula darah pasien. Ulkus yang terjadi pada kaki diabetik tidak berbeda kompleksitasnya secara mendasar bila dibandingkan dengan ulkus kronis jenis lain dalam kondisi mula terjadi, penundaan lanjut dan proses penyembuhannya yang stagnan.
Perlukaan atau ulkus tidak mengalami kemajuan proses penyembuhan dan terhenti pada tahap inflamasi. Kekhususan yang ditunjukkan oleh ulkus diabetik adalah adanya silent neuropathy (gangguan saraf yang tidak terdeteksi pada kesempatan awal) yang selanjutnya ditingkahi oleh kondisi iskemia dan berkembang menjadi kondisi neuroiskemia. Banyak neuropeptida penting untuk proses penyembuhan yang tidak diproduksi dan sepi fungsi. Infeksi memperlebar jalan menuju kejadian amputasi. Keunikan lanjut yang diketemukan dalam “cerita” gangguan proses penyembuhan luka pada kaki diabetik adalah adanya polineuropati diabetik yang berifat permanen.
(Humas FKUI)