Dosen FKUI Kembangkan Model Umpan Balik Efektif untuk Membangun Identitas Profesional Mahasiswa Kedokteran

Tenaga medis seperti dokter selalu dituntut untuk memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas kepada pasien maupun keluarganya. Untuk itulah identitas profesional sebagai dokter perlu dibangun secara optimal sejak masa pendidikannya di fakultas kedokteran. Pembentukan identitas profesional yang optimal membutuhkan interaksi antara staf pengajar dan mahasiswa dalam bentuk umpan balik yang akan membantu mahasiswa merumuskan cara memperbaiki performa mereka.

Saat ini, praktik umpan balik belum dapat berjalan secara optimal. Umpan balik terkadang dirasa terlalu umum sehingga mahasiswa sulit menentukan langkah perbaikan. Rasa enggan menyinggung perasaan mahasiswa juga turut menghalangi staf pengajar untuk menyampaikan umpan balik dengan spesifik. Selain itu, keterbatasan waktu juga membuat interaksi terlalu singkat dan kurang efektif. Akibatnya walaupun umpan balik telah diberikan, mahasiswa belum tentu menyadari keberadaan umpan balik, atau bahkan terkadang lupa untuk mengisi umpan balik tersebut.

Peserta Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Estivana Felaza, M.Pd.Ked, menuturkan bahwa setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi keberhasilan umpan balik pada proses kegiatan belajar mengajar di kampus, yaitu pemberi umpan balik, penerima umpan balik, dan lingkungan.

“Keberhasilan umpan balik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor pemberi umpan balik, penerima umpan balik, dan lingkungan. Selama ini intervensi umumnya diarahkan pada pemberi umpan balik dengan melatihkan cara pemberian umpan balik. Pendekatan ini perlu juga mempertimbangkan faktor mahasiswa sebagai penerima umpan balik dan faktor budaya pada lingkungan tempat terjadinya umpan balik tersebut,” tutur dosen dari Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI tersebut.

Salah satu contoh model umpan balik yang banyak digunakan dalam tatanan budaya timur, termasuk Indonesia, adalah pemberian umpan balik searah dengan sandwich model. Model ini memastikan keseimbangan umpan balik positif dan negatif sehingga membuat mahasiswa merasa nyaman dan termotivasi untuk menyikapi umpan balik. Namun, model umpan balik ini kurang tepat untuk digunakan saat ini. Oleh karena itu, dibutuhkan model umpan balik yang sesuai dengan kebutuhan serta mengetahui efektivitasnya pada proses pembelajaran pada tatanan klinik.

Sebuah penelitian disertasi berjudul “Pengembangan Model Umpan Balik Efektif Bagi Mahasiswa Kedokteran dalam Tatanan Klinis” kemudian dilakukan oleh dr. Estivana menggunakan desain sequential exploratory dengan responden mahasiswa dan pengajar FKUI pada bulan November 2021–Agustus 2023. Penelitian diawali dengan penyebaran kuesioner untuk menilai karakteristik mahasiswa, dilanjutkan Focus Group Discussion pada mahasiswa dan pengajar serta wawancara dengan pengelola program untuk mendapatkan gambaran praktik umpan balik dan atribut yang memengaruhinya.

“Model umpan balik kemudian disusun dengan mengaitkan atribut dengan langkah umpan balik yang sesuai. Model yang disusun lalu di-review oleh pakar pendidikan kedokteran serta pengajar. Selanjutnya model dilatihkan pada pengajar untuk kemudian diujikan saat mini-CEx (Mini Clinical Evaluation Exercise) Modul Kesehatan Anak dan Remaja. Efektivitas model tersebut dibandingkan dengan model standar menggunakan desain kuasi-eksperimental,” ujar dr. Estivana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplorasi praktik umpan balik menemukan ciri khas pada faktor lingkungan yaitu hierarkis, kolektivistik, dan keterbatasan waktu. Faktor pengajar yaitu berkomitmen mendidik, pakar dalam bidangnya, dan sibuk; serta faktor mahasiswa yaitu dependen terhadap umpan balik, tidak peka, terkesan kurang resilien, terlihat patuh, dan curiga terhadap umpan balik positif.

Berdasarkan atribut pada faktor yang disebutkan tersebut, dr. Estivana kemudian menyusun dan mengembangkan rumusan model umpan balik yang dihasilkan menjadi lima langkah dan diberi nama model RAISE. Kelima langkah tersebut adalah Rapport building, Acknowledge student’s strength, Identify aspects that need improvement, Share teacher’s experience, serta Establish a plan to improve.

“Model ini dinilai efektivitasnya dengan membandingkannya terhadap model standar dalam aspek kepuasan mahasiswa, peningkatan nilai mini-CEx, dan kedalaman refleksi mahasiswa. Kelompok yang mendapatkan umpan balik dengan model RAISE lebih mendalam refleksinya dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan aspek kepuasan mahasiswa dan perubahan nilai mini-CEx antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna secara statistik,” jelas dr. Estivana.

Kedalaman refleksi yang didapatkan pada kelompok intervensi didukung dengan lingkungan aman yang memungkinkan interaksi efektif antara pengajar dan mahasiswa, upaya memfasilitasi refleksi yang dilakukan melalui pertanyaan pengajar, serta kesempatan pengajar berbagi pengalaman yang memberikan contoh nyata perilaku reflektif kepada mahasiswa. Kemampuan melakukan refleksi secara mendalam dibutuhkan mahasiswa dalam pendidikannya maupun kelas setelah menjalani profesi dalam upaya menjadi dokter yang juga pembelajar sepanjang hayat. Penelitian ini berhasil mengembangkan model umpan balik RAISE sesuai kebutuhan pembelajaran klinik di FKUI dan terbukti efektif memfasilitasi mahasiswa melakukan refleksi lebih mendalam.

Berkat penelitiannya tersebut, dr. Estivana Felaza memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran dari FKUI. Beliau berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang promosi doktor yang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) yang dilaksanakan pada Kamis, 16 November 2023 di Auditorium lt. 3, Gedung IMERI-FKUI, Kampus UI Salemba, Jakarta.

Bertindak sebagai promotor pada sidang promosi doktor ini adalah Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL(K) dengan ko-promotor yaitu Prof. dr. Ardi Findyartini, Ph.D dan Dr. dr. Rita Mustika, M.Epid. Adapun tim penguji diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD, Subsp. PTI(K) dengan anggota yaitu Dr. dr. Joedo Prihartono, M.P.H serta dua penguji tamu yaitu Dr. Lucia RM Royanto, M.Si., M.Sp.Ed, Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Associate Professor Dr. Subha Ramani, MBBS, M.P.H., Ph.D., FAMEE dari Harvard Medical School.

(Humas FKUI)