Doktor Ilmu Biomedik FKUI Teliti Jahe sebagai Potensi Obat Baru untuk Kelainan Metabolik

Sindrom Metabolik atau MetS merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2 (DMT-2). Seseorang dapat dikatakan menderita MetS apabila mengalami sedikitnya tiga dari lima kondisi, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), abnormalitas kadar lemak dalam darah (dislipidemia), kadar trigliserida tinggi, kadar gula darah tinggi, dan obesitas dengan penumpukan lemak di perut.

“Prevalensi MetS secara global kian meningkat. Menurut data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), dari 35% populasi dewasa di Amerika Serikat, sebanyak 50-60% mengalami MetS. Di Cina, MetS dialami oleh sekitar 58,1% populasi berusia >60 tahun. Sementara itu, di Indonesia, prevalensi MetS mencapai angka 23%,” tutur dr. Shirly Gunawan, Sp.FK dalam sidang promosi doktornya yang berlangsung pada hari Rabu, 14 Juni 2023 di Ruang Teaching Theatre Lt. 6, Gedung IMERI, FKUI Salemba.

Tingginya angka prevalensi MetS tidak diimbangi dengan pengobatan MetS yang adekuat. Hingga saat ini, belum ada obat tunggal untuk mengatasi MetS. Pada umumnya, pasien dengan MetS mendapatkan pengobatan yang bersifat polifarmasi sehingga memengaruhi kepatuhan (compliance) pasien dalam berobat. Hal inilah yang kemudian mendorong minat dr. Shirly, peserta Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI untuk melakukan penelitian penggunaan bahan alam dalam pengobatan MetS.

dr. Shirly Gunawan, Sp.FK

Shirly kemudian mengembangkan penelitian disertasinya mengenai efek kandungan pada jahe terhadap MetS. Jahe dikenal sebagai salah satu tanaman obat yang memiliki banyak aktivitas biologis, seperti aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, antiobesitas, antidiabetes, antimikroba, antikanker, neuroproteksi, proteksi kardiovaskuler, dan proteksi terhadap gangguan saluran nafas. Dalam penelitian ini, dr. Shirly menganalisis efek modulasi salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam jahe, yaitu 6-gingerol terhadap MetS dengan fokus pada jalur ER stress atau endoplasmic reticulum stress.

Jalur ER stress merupakan salah satu jalur mekanisme yang berperan penting dalam terjadinya MetS. ER stress adalah kondisi akumulasi unfolded atau misfolded protein pada lumen retikulum endoplasma (RE). Kondisi ini akan mengaktivasi jalur sinyal Unfolded Protein Response (UPR) dengan target utama pada organ hati, jaringan lemak, usus, dan otot rangka. UPR berperan dalam meredakan ER stress, menjaga keseimbangan RE, serta meningkatkan kemampuan adaptasi dan daya tahan sel. Apabila sel dapat menghadapi ER stress maka sel akan bertahan hidup. Namun sebaliknya, jika sel tidak mampu mengatasi ER stress maka terjadi disfungsi dan kematian sel, yang diduga berperan dalam terjadinya kelainan metabolik, seperti DMT-2, dislipidemia, dan obesitas. 

Penelitian ini merupakan studi pra-klinis eksperimental laboratorium secara in vivo dengan menggunakan model hewan coba tikus jantan Sprague-Dawley. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok dengan 5 ekor tikus tiap kelompok. Kelompok pertama adalah tikus yang diberikan diet standar; kelompok kedua yaitu tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa (high fat high fructose, HFHF); kelompok ketiga, keempat, kelima adalah tikus yang diberi diet HFHF dan ditambah 6-gingerol dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB. Pemberian 6-gigerol ini dilakukan selama 8 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6-gingerol dosis 100-200 mg/kg/hari memiliki kemampuan modulasi jalur ER stress pada model tikus MetS. 6-gingerol dapat mengurangi berat badan; menurunkan secara bermakna kadar gula darah puasa dan memperbaiki resistensi insulin; menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida; menurunkan kadar AST, ALT, dan ALP; meningkatkan rasio adiponectin/ leptin (rasio A/L); menurunkan IL-6 dan TNF-alfa; menurunkan kadar calprotectin feses; memperbaiki disbiosis dengan menurunkan rasio Firmicutes/ Bacteroidota dan meningkatkan bakteri penghasil butirat; mengurangi hipertrofi jaringan adiposa; serta mengurangi progresivitas inflamasi; akumulasi lipid dan apoptosis pada sel hati. Dengan demikian, 6-gingerol berpotensi menjadi kandidat obat baru untuk kelainan metabolik.

Foto Bersama Promovendus, Ketua Sidang, Promotor, Ko-promotor, dan Tim Penguji

Selain memberikan hasil penelitian yang menjanjikan, studi yang dilakukan dr. Sherly ini memiliki kelebihan karena berhasil membuat model hewan MetS yang dapat menampilkan komponen metabolik sesuai dengan kriteria diagnosis MetS. Keterbaruan dari penelitian ini ditunjukkan pula dengan keberhasilannya dalam membuktikan efek modulasi 6-gingerol melalui jalur ER stress, tidak hanya dilakukan pada 1 parameter, melainkan pada beberapa parameter sekaligus.

Pemaparan hasil penelitian disertasi berjudul “Efek Modulasi 6-gingerol pada Model Tikus Sindrom Metabolik: Fokus pada Jalur Endoplasmic Reticulum Stress tersebut berhasil dipertahankan Shirly dihadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. Melva Louisa, S.Si, Apt., M. Biomed dengan anggota tim penguji Dr. Dra. Puspita Eka Wuyung, M.S; Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD-KEMD; dan penguji tamu dari Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya, Dr. dr. Iskandar R. Budianto, Sp.B Susp Ped (K).

Di akhir sidang, Ketua Sidang yang juga Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB mengangkat dr. Shirly Gunawan, Sp.FK sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI dengan nilai cumlaude (IPK 3.99).

Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Erni Hernawati Purwaningsih, M.S beserta kopromotor dr. Vivian Soetikno, Sp.FK, Ph.D dan Prof. Dr. dr. Frans Ferdinal, M.S berharap hasil penelitian yang bermakna ini dapat menjadi dasar dari penelitian selanjutnya, khususnya penelitian uji klinis 6-gingerol sebagai kandungan obat untuk sindrom metabolik. Hal ini tentunya akan sangat bermanfaat dalam mengurangi polifarmasi pada pasien dengan sindrom metabolik dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan sindrom metabolik

(Humas FKUI)