Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kombinasi terapi dengan nanokurkumin dapat meningkatkan efektivitas pengobatan kutil anogenital (KA) atau kutil kelamin yang selama ini sulit diobati dan sering kali berulang (rekuren). Sistem imunitas lokal memiliki peran penting dalam patomekanisme dan persistensi KA, sehingga pemeriksaan biomarker lebih difokuskan pada jaringan lesi. Hal ini menarik perhatian kandidat Doktor dari Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Hernayati M. Hutabarat, Sp.DVE, untuk meneliti lebih lanjut mengenai efektivitas nanokurkumin tersebut.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu diawali dengan tahap preliminari yang melibatkan tiga subjek untuk menentukan metode pengambilan sampel jaringan terbaik antara cotton swab dan skin tape stripping. Hasilnya menunjukkan bahwa metode cotton swab lebih efektif untuk memeriksa biomarker NF-κB, IFN-γ, dan Treg-FOXP3+.
Pada tahap utama, dilakukan uji klinis tersamar acak buta ganda dengan kontrol yang melibatkan 78 subjek. Penelitian dilaksanakan selama tujuh minggu dengan delapan kali kunjungan setiap minggu. Subjek dibagi menjadi dua kelompok: Kelompok kontrol yang menerima terapi TCA 90% + kapsul kontrol, dan kelompok eksperimen yang menerima terapi TCA 90% + kapsul nanokurkumin (200 mg, 1 kali sehari). Pengambilan sampel lesi menggunakan cotton swab dilakukan pada kunjungan pertama, keempat, dan kedelapan untuk memeriksa biomarker.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang menerima nanokurkumin mengalami perbaikan klinis yang signifikan dengan pengurangan volume total lesi KA sebesar ≥ 90% pada kunjungan kedelapan. Selain itu, terdapat perbedaan bermakna dalam proporsi pengurangan volume lesi pada kunjungan kedelapan pada kelompok nanokurkumin. Pengurangan volume lesi yang signifikan juga ditemukan pada subjek dengan status HIV reaktif maupun nonreaktif, serta pada subjek dengan CD4+ ≥ 200 sel/µL pada kelompok nanokurkumin,” ungkap dr. Hernayati.
Kelompok nanokurkumin menunjukkan median volume lesi yang lebih kecil pada kategori IFN-γ tinggi di kunjungan kedelapan. Korelasi negatif moderat ditemukan antara IFN-γ dan volume lesi serta Treg-FOXP3+ terhadap volume lesi pada kunjungan keempat dan kedelapan, sementara kelompok kontrol tidak menunjukkan korelasi signifikan.
Konsentrasi NF-κB berkorelasi positif moderat terhadap volume lesi hanya pada kunjungan kedelapan pada kedua kelompok. Namun pada subjek dengan HIV reaktif, korelasi moderat positif signifikan ditemukan pada kelompok nanokurkumin, sedangkan pada kelompok kontrol korelasi positif lemah tidak signifikan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan nanokurkumin pada terapi TCA 90% memberikan perbaikan klinis yang lebih baik secara signifikan pada lesi KA dibandingkan terapi TCA 90% saja.
Dokter Hernayati mampu mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengaruh Nanokurkumin Oral sebagai Terapi Tambahan Kutil Anogenital; Kajian terhadap Klinis, Nuclear Factor Kappa-Light Chain-Enhancer of Activated B Cells, Interferon-Gamma, dan T Regulator-Foxp3+ pada Jaringan Lesi” dalam sidang terbuka promosi doktor di Auditorium Lantai 6 Gedung IMERI-FKUI, Jakarta, pada 28 Juni 2024. Dokter Hernayati menjawab berbagai pertanyaan dan sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD-KPTI, dengan anggota tim penguji Dr. dr. Windy Keumala Budianti, Sp.DVE, Subsp.D.A.I; Prof. dr. Franciscus D. Suyatna, Sp.FK, Ph.D; Dr. dr. Joedo Prihartono, M.P.H dan penguji dari Universitas Sebelas Maret Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.DVE, Subsp. Ven.
Sidang promosi doktor ini diketuai oleh Prof. Dr. dr. Em Yunir, SpPD-KEMD, dengan promotor Prof. dr. Kusmarinah Bramono, Sp.DVE, Subsp.D.T, Ph.D dan ko-promotor Dr. dr. Wresti Indriatmi, Sp.DVE, Subsp.Ven, M.Epid dan Dr. Drs. Heri Wibowo, M.Biomed.
Selaku promotor, Prof Kusmarinah menyampaikan sambutan dan ucapan selamat kepada dr. Hernayati. “Hari ini adalah momen yang bahagia bagi Doktor Hernayati setelah melalui perjalanan S3 nya yang penuh suka duka. Hasil penelitian yang dilakukan tentu merupakan sumbangsih yang penting dalam dunia dermatovenerologi. Efek dari kurkumin yang dapat mempercepat terapi dari kutil anogenital ini tentunya juga akan menekan angka penularan infeksi HPV tersebut,” sambut Prof Kusmarinah.
(Humas FKUI)