Salah satu produk biologi yang sering digunakan dalam pengobatan adalah antibodi monoklonal, yang digunakan sebagai terapi berbagai macam penyakit, termasuk peradangan kronis seperti Rheumatoid Arthritis (RA). Salah satu obat yang digunakan pada RA adalah Tocilizumab (TCZ), yang membantu mengurangi peradangan dengan mengikat IL6R yang ada di dalam tubuh.
Setelah paten Tocilizumab habis di Eropa pada 2015 dan di Amerika Serikat pada 2017, diperlukan penelitian untuk menghadirkan versi baru produk tersebut yang serupa (biosimilar) namun lebih terjangkau serta berkualitas (biobetter). Peneliti yang juga peserta Program Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Engla Merizka, S.ST., M.Biomed., berhasil mengembangkan produk kandidat biosimilar dan biobetter dari Tocilizumab.
Pada penelitiannya, Engla menggunakan pendekatan bioinformatika untuk merancang struktur kandidat biosimilar dan biobetter Tocilizumab. Dengan bantuan simulasi komputer, Ia memastikan bahwa struktur baru ini memiliki potensi fungsi yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan obat asli. Tahap selanjutnya melibatkan uji laboratorium, di mana gen kandidat biosimilar dimasukkan ke dalam sel mamalia untuk memproduksi protein yang diperlukan.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandidat biosimilar Tocilizumab memiliki struktur dan fungsi yang hampir identik dengan produk asli, sementara kandidat biobetter menunjukkan afinitas ikatan yang lebih baik antara IL6R dan IL6 dibandingkan versi asli,” jelas Engla dalam sidang terbuka promosi doktornya yang berlangsung pada Senin 12 Agustus 2024 di Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI FKUI, Jakarta.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kandidat biosimilar dan biobetter Tocilizumab berpotensi dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi pilihan terapi yang lebih ekonomis dan efektif. Meski demikian, masih diperlukan beberapa tes tambahan sebelum produk ini bisa diproduksi untuk keperluan industri dan diterapkan dalam pengobatan secara luas.
“Diharapkan penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pengembangan produk-produk biosimilar lainnya, tidak hanya untuk keperluan diagnostik, tetapi juga sebagai terapi alternatif yang lebih terjangkau bagi masyarakat,” tambah Engla.
Penelitian ini merupakan langkah maju dalam upaya Indonesia untuk mandiri dalam memproduksi obat-obatan penting, mengurangi ketergantungan pada produk impor, serta menyediakan pilihan pengobatan yang lebih terjangkau bagi pasien.
Hasil penelitian disertasi yang berjudul “Pengembangan Produk Kandidat Biosimilar dan Biobetter Tocilizumab Untuk Penghambatan Interaksi IL6R-IL6 Dengan Pendekatan Bioinformatika dan Analisis In Vitro” tersebut berhasil dipertahankan oleh Engla dalam sidang terbuka promosi doktor yang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH. Engla berhasil menjawab berbagai pertanyaan dan sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh Dr. Fadilah, S.Si, M.Si, dengan anggota tim penguji Dr. dr. Alvina Widhani, Sp.PD-KAI; Dr. Drs. Heri Wibowo, M.S; dan penguji tamu dari PT. Bio Farma yaitu Dr. apt. Neni Nurainy.
Bertindak sebagai promotor pada sidang promosi ini adalah Prof. Dr. rer. physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi dan ko-promotor Dr. dr. Budiman Bela, Sp.MK(K) serta Dr. drh. Silvia Tri Widyaningtyas, M. Biomed.
Prof. Septelia sebagai promotor menyampaikan sambutannya di akhir sidang promosi. “Pada penelitian disertasi ini telah dilakukan perancangan biosimilar produk untuk mencegah badai sitokin pada kondisi autoimun atau peradangan. Obat Tocilizumab ini juga terbukti saat masa pandemi COVID-19 mampu mengatasi badai sitokin yang berat pada pasien. Namun obat impor ini sangat mahal dan langka ketersediaannya. Penelitian ini dikembangkan sebagai solusi untuk masalah tersebut, sehingga bisa digunakan pada kondisi autoimun atau peradangan lain termasuk radang sendi kronik. Saya ucapkan selamat kepada Doktor Engla atas inovasinya ini.”
(Humas FKUI)