Doktor FKUI Teliti Kombinasi Transplantasi Membran Amnion dan Antibiotik Tetes Mata pada Tatalaksana Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah salah satu penyakit pada jaringan kornea mata yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dan menjadi salah satu penyebab utama kebutaan terbesar di dunia. Ulkus kornea dapat disebabkan oleh beberapa penyebab antara lain infeksi, degenerasi, gangguan imunologis dan penyebab lainnya. Sebagian besar ulkus kornea disebabkan oleh infeksi akibat beberapa mikroba seperti bakteri, jamur, virus dan parasit (protozoa).

Ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri merupakan salah satu penyebab terbanyak pada kasus infeksi kornea. Insiden ulkus kornea bakteri relatif bervariasi di setiap negara di dunia. Umumnya ulkus kornea lebih sering terjadi di negara-negara berkembang karena tingkat kesehatan dan kebersihan yang lebih buruk dibanding negara maju. Spesies bakteri penyebab utama yang banyak ditemukan adalah dari golongan Staphylococcus sp, Pseudomonas sp, dan Streptococcus sp.

Tatalaksana konvensional pada ulkus kornea bakteri umumnya diberikan terapi antibiotik topikal yang sensitif terhadap bakteri atau berspektrum luas. Pada ulkus kornea yang ringan dan sedang, proses penyembuhan dapat terjadi dalam waktu 3-7 hari setelah pengobatan sesuai dengan tingkat keparahan ulkus dan bakteri penyebab.

Sedangkan pada ulkus kornea berat, proses penyembuhan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Proses akhir penyembuhan ulkus kornea akan terbentuk jaringan parut (sikatrik) yang dapat menganggu tajam penglihatan hingga menyebabkan kebutaan. Pada kondisi tersebut seringkali dibutuhkan tindakan operasi yaitu transplantasi atau cangkok kornea.

Tingginya angka kebutaan yang disebabkan oleh ulkus kornea, khususnya akibat bakteri,  mencetuskan pemikiran untuk mencari alternatif terapi lainnya. Alternatif yang dibutuhkan adalah terapi atau tatalaksana yang dapat memberikan hasil yang lebih optimal dalam proses penyembuhan ulkus, yaitu dapat menurunkan proses peradangan, mempercepat pembentukan lapisan epitel dan mengurangi pembentukan jaringan parut kornea.

Pada beberapa laporan kasus terkini, proses penyembuhan ulkus kornea dapat dipersingkat dengan melakukan Transplantasi Membran Amnion (TMA) pada daerah ulkus. Membran Amnion (MA) yang digunakan untuk tindakan medis tersebut tersedia dalam bentuk cryo-preserved dan freeze-dried (beku kering). MA merupakan salah satu komponen jaringan plasenta pada janin yang merupakan lapisan paling dalam melapisi kantong rongga amnion.

Berangkat dari latar belakang tersebut, maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui dan membuktikan perbedaan perubahan klinis pada kelompok TMA dan terapi standar (non-TMA). Staf pengajar sekaligus peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM, dr. Made Susiyanti, SpM(K) kemudian melakukan penelitian tersebut. Penelitian dilakukan dengan menilai dan mengevaluasi penggunaan kombinasi TMA dan antibiotik tetes mata pada ulkus kornea bakteri sedang dan berat.

Hasil klinis penelitian memperlihatkan bahwa kombinasi TMA dan antibiotik tetes mata secara bermakna dapat mempercepat proses penyembuhan ulkus kornea bakteri yaitu meningkatkan tajam penglihatan lebih baik, mempercepat pembentukan lapisan epitel kornea yang baru, dan kekeruhan jaringan parut kornea yang terjadi lebih ringan dibandingkan dengan terapi tunggal antibiotik tetes mata. Hasil klinis tersebut sejalan dengan penurunan ekspresi TNF-α yang lebih besar serta peningkatan ekspresi MMP-9 dan TGF-β1 yang lebih tinggi pada kelompok yang menjalani TMA.

Hasil penelitian dipaparkan dr. Made Susiyanti, SpMK(K) pada sidang promosi doktoralnya Rabu (28/11/2018) lalu di Teaching Theatre Lt. 6, Tower Edukasi Gedung IMERI FKUI.

Disertasi berjudul “Transplantasi Freeze-Dried Membran Amnion Manusia pada Penyembuhan Ulkus Kornea Bakteri: Tinjauan Ekspresi mRNA dan protein TNF-α, MMP-9, TGF-β1, danTGF-β2 di Air Mata dan Jaringan Kornea” berhasil dipertanggung jawabkan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Andi Arus Viktor, SpM(K) dengan anggota tim penguji dr. Alida R. Harahap, DMM, SpPK(K), PhD; Dr. dr. Ani Retno Prijanti, MS; dan Prof. Dr. dr. Winarto, DMM, SpMK, SpM(K) (Universitas Diponegoro).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Made Susiyanti, SpMK(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Hasil disertasi tersebut disusun di bawah bimbingan promotor Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) dan ko promotor Dr. rer. Physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi dan dr. Isabella Kurnia Liem, M.Biomed, PA, PhD.

Dalam sambutannya, promotor berharap penggunaan­­­­ transplantasi membran amnion sebagai terapi tambahan antibiotik tetes mata pada ulkus kornea bakteri diharapkan dapat menjadi pedoman terapi suportif baru untuk  mempercepat proses penyembuhan ulkus.

(Humas FKUI)