Ciptakan Sistem Skoring Kekambuhan pada Pseudotumor Orbita, Dosen FKUI Raih Gelar Doktor

Pseudotumor orbita merupakan peradangan nonspesifik yang terjadi di rongga mata dan tidak diketahui penyebabnya. Pseudotumor orbita merupakan penyakit tumor mata terbanyak ketiga, setelah penyakit tiroid (oftalmopati Graves) dan limfoproliferatif. Insidens penyakit ini berkisar antara 4-11% dari seluruh kasus tumor orbita. Pseudotumor orbita adalah tumor yang sifatnya jinak, namun penatalaksanaannya masih merupakan tantangan.

Tatalaksana utama pseudotumor orbita adalah terapi obat kortikosteroid. Pengobatan ini memerlukan jangka waktu minum obat yang panjang, sehingga risiko putus obat tinggi akibat resistensi, ketergantungan, dan efek samping obat.

Hal ini menyebabkan angka kesembuhan yang rendah serta angka kegagalan terapi dan kekambuhan yang tinggi. Di sisi lain, beragamnya tanda klinis dan histopatologis pseudotumor orbita belum diketahui perannya terhadap kekambuhan. Meskipun belum diketahui secara pasti, peradangan kronik diduga menjadi dasar terjadinya penyakit ini.

Hubungan antara sel mast, ekspresi immunoglobulin G4 (IgG4), Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), dan Transforming Growth Factor-β (TGF-β) dengan inflamasi kronik maupun autoimun sudah terbukti di berbagai penyakit. Namun, belum diketahui bagaimana peran sel mast, ekspresi IgG4, TNF-α, dan TGF-β dalam mekanisme kekambuhan pseudotumor orbita, yang juga didasari oleh suatu proses inflamasi kronik.

Permasalahan tersebut mendorong peneliti sekaligus staf pengajar dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM, dr. Neni Anggraini, SpM(K), untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor prediksi kekambuhan pseudotumor orbita dari segi klinis, histopatologi dan penanda tumor jumlah sel mast, ekspresi IgG4, TNF-α, dan TGF-β.

Penanda tumor yang diperiksa pada penelitian ini adalah jumlah sel mast, ekspresi IgG4, TNF-α, dan TGF-β. Berdasarkan hasil penelitian, faktor klinis massa di kelopak dan/atau konjungtiva, proptosis (pendorongan bola mata ke depan), penurunan tajam penglihatan terkait penyakit, hambatan gerak bola mata, lokasi tumor, dan tatalaksana memengaruhi kekambuhan secara individual.

Faktor klinis lokasi dan tatalaksana dapat dijadikan sebagai faktor prediksi kekambuhan, sedangkan jenis histopatologi, jumlah sel mast, ekspresi IgG4, TNF-α, TGF-β tidak dapat dijadikan faktor prediksi kekambuhan. Selain itu, penelitian tersebut juga menghasilkan sebuah model skoring probabilitas kekambuhan pseudotumor orbita berdasarkan lokasi tumor dan tatalaksana, yaitu lokasi non-anterior, tatalaksana kortikosteroid tunggal, serta lokasi non-anterior dan tatalaksana kortikosteroid tunggal.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Neni Anggraini, SpM(K) pada sidang promosi doktoralnya, Selasa (2/7/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt.3, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Faktor Prediksi Klinikopatologi Kekambuhan Pseudotumor Orbita: Kajian terhadap Jumlah Sel Mast, Ekspresi IgG4, TNF-α, dan TGF-β” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji, Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI(K), dengan anggota tim penguji Prof. dr. Saptawati Bardosono, MSc; dr. Alida Roswita Harahap, SpPK(K), PhD; Dr. dr. Halimah Pagarra, SpM(K) (Universitas Hasanuddin); dan Dr. dr. Agus Supartoto, SpM(K) (Universitas Gadjah Mada).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Neni Anggraini, SpM(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI.

Melalui sambutannya, promotor Prof. dr. Rita Sita Sitorus, PhD, SpM(K) dan ko-promotor Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM(K) serta dr. Nurjati Chairani Siregar, MS, SpPA(K), PhD berharap hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas penatalaksanaan dan pelayanan pasien pseudotumor orbita.

(Humas FKUI)