Bahaya Mengonsumsi Minyak Jelantah Bagi Kesehatan

Kecenderungan memasak dengan menggunakan minyak jelantah di masyarakat masih tinggi. Alasannya bisa berbagai macam, seperti rasa masakan yang lebih gurih dan harga minyah goreng yang kian mahal.

“Minyak jelantah didefinisikan sebagai minyak yang digunakan kembali setelah menggoreng, jadi itu merupakan minyak bekas, sudah lebih dari dua atau tiga kali untuk menggoreng. Mengonsumsi minyak jelantah berbahaya bagi Kesehatan,” tutur Dr. Ade Arsianti, S.Si, M.Si, staf pengajar Departemen Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam program telewicara dengan Radio Republik Indonesia (RRI) pada 7 April 2022.

Bahaya mengonsumsi minyak jelantah dikarenakan minyak yang sudah digunakan berkali-kali pada saat menggoreng itu melalui proses pemanasan, dan menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang menghasikan radikal bebas dan senyawa-senyawa teroksida. Senyawa radikal bebas dan teroksida ini kalau terkonsumsi dapat menyerang sel-sel yang sehat dan menghasilkan sel-sel yang tidak normal atau sel kanker.

“Jadi dia bisa memicu meningkatnya resiko menderita kanker karena mengonsumsi minyak jelantah, dan ini berdampak jangka panjang kalau sudah terlalu sering. Tubuh kita (memang) ada tempat untuk menetralisir senyawa teroksida dan radikal bebas yang masuk, tapi kalau sudah terlalu sering dan tubuh kita sendiri sudah tidak bisa menetralisir, akhirnya itu bisa menyerang sel-sel normal dan menyebabkan terbentuknya sel kanker,” jelas Dr. Ade Arsianti.

Lebih jauh Dr. Ade menjelaskan bahwa hal ini diperuntukan untuk segala jenis minyak goreng. Minyak gorang yang mengalami perubahan warna, aroma, rasa, dan kekentalan lebih baik agar tidak dikonsumsii.

“Yang paling cepat rusak itu adalah yang mengandung asam lemak yang tidak jenuh. Dan kandungan ini hampir dimiliki oleh semua jenis minyak goreng,” ujarnya.

Kanker yang sering ditemui dari banyak kasus mengonsumsi minyak jelantah adalah kanker laring, mengkonsumsi makanan yang di goreng dengan minyak jelantah membuat tenggorokan terasa gatal, dan kalau terlalu sering bisa menyebabkan kanker laring atau kanker pada daerah tenggorokan, dan kalau tertelan kemudian masuk ke dalam sistem pencernaan, bisa menyebabkan kanker kolon atau kanker usus, karena kalau sudah masuk ke dalam sistem percernaan sel-sel jaringan tersebut akan diserang oleh senyawa-senyawa radikal bebas ini.

Dr. Ade Arsianti mengimbau kepada masyarakat agar menggunakan minyak goreng secukupnya saja agar tidak tersisa minyak dalam jumlah yang banyak.


*Artikel ini ditulis ulang dari program telewicara kesehatan kerja sama FKUI dengan Radio Republik Indonesia. Rekaman telewicara dapat didengarkan ulang melalui Spotify Info Sehat FKUI untuk Anda.


(Humas FKUI)