Apa yang Harus Diperhatikan Pada Haid Pertama Remaja Putri?

Umumnya, seorang remaja perempuan akan mengalami masa pubertas pada rentang usia 10 hingga 14 tahun. Masa pubertas tersebut biasanya ditandai dengan perubahan secara fisik, emosional, hingga fungsi reproduksi. Salah satu tanda seorang remaja perempuan memasuki masa pubertas adalah dengan mengalami menstruasi atau haid pertamanya. Namun, dalam beberapa kasus terdapat seorang remaja perempuan yang belum mengalami haid pertama pada usia tersebut.

Guru Besar Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), M.P.H menjelaskan bahwa yang terpenting pada masa pubertas bagi seorang remaja perempuan hingga usia 14 tahun adalah perubahan fisik, yaitu pertumbuhan payudara dan tumbuhnya rambut kemaluan. Sementara untuk menstruasi pertama dapat ditunggu sampai usia 16 tahun.

Prof. Andon juga menjelaskan, bahwa siklus menstruasi pada remaja perempuan sejak menstruasi pertamanya memang masih belum teratur. “Dalam hal ini, sejak menstruasi pertama siklusnya akan menjadi 90 hari sekali. Pada tahun kedua akan berubah menjadi maksimal 45 hari. Kemudian pada tahun ketiga siklus tersebut akan normal menjadi 21-30 hari. Namun jika sudah menstruasi teratur kemudian berhenti selama enam bulan, itu disebut dengan amenorrhea sekunder,” jelas dokter Konsultan Fertilitas-Endokrinologi Reproduksi dari Divisi Imunoendokrinologi dan Reproduksi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tersebut.

Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), M.P.H

Lebih lanjut Prof. Andon menjelaskan salah satu penyebab seorang terlambat menstruasi pertama dapat dipengaruhi oleh tinggi badan. “Jadi memang prosesnya tumbuh dahulu tinggi badannya seperti itu. Nah, kalau yang harus kita waspadai adalah tinggi badannya dibandingkan dengan teman-teman sekolahnya lebih rendah dan tidak ada pertumbuhan payudara dan rambut kemaluan. Nah, itu harus diwaspadai,” sebut Prof. Andon dalam Instagram Live yang berjudul “Remaja Putri Tidak Pernah Haid, Mengapa?” pada Selasa, 12 Desember 2023.

Tinggi badan yang rendah atau short stature dapat dikenali dengan tanda-tanda yang disebut dengan sindrom turner. Sindrom turner adalah suatu kondisi yang memengaruhi seorang perempuan ketika salah satu kromosom X (kromosom seks) absen atau rusak parsial. Pada kasus ini, dokter spesialis anak dan dokter spesialis kandungan saling berkomunikasi untuk mengatasi masalah ini.

“Di samping kita bantu menumbuhkan payudara, kita harus secepatnya membantu agar tinggi badannya bertambah. Tetapi kalau kita terlambat, atau sudah kita berikan hormon untuk menumbuhkan payudara (namun) kemudian tidak lama lempeng epifisis, yang merupakan tempat utama pertumbuhan tulang memanjang yang ada di ujung-ujung tulang itu, tertutup. Maka kalau tertutup dia tidak bisa lagi memanjang dan berhenti. Dalam hal ini, tinggi badan remaja kita tidak dapat bertambah lagi dan menjadi tinggi badan tetap atau permanen. Jadi sebelum lempeng epifisis itu tertutup kita harus upayakan agar bisa bertambah panjang, karena ini lumayan, bisa bertambah 5 cm atau 10 cm kalau ditangani dengan baik,” kata Prof. Andon.

Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K), MPH dalam kegiatan Live Instagram yang berlangsung Selasa, 12 Desember 2023

Selain itu, seorang remaja perempuan yang belum mengalami menstruasi pertama juga dapat dipengaruhi oleh suatu penyakit salah satunya adalah sindrom kallmann. Seseorang yang mengalami sindrom kallmann akan mengalami tinggi badan yang normal, hanya saja pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan terlambat serta tidak mengalami menstruasi.

Prof. Andon juga menjelaskan apabila khawatir belum mengalami mensturasi pertama sampai usia 16 tahun, maka dapat melakukan pemeriksaan kromosom. Pada pemeriksaan dapat dilihat apakah kondisi tersebut merupakan gangguan pertumbuhan rahim atau sebenarnya memang ada kaitannya dengan gangguan kromosom. Namun, jika rahimnya normal, tetap harus diperiksa juga karena kemungkinan adanya kelainan kromosom sindrom turner.

Melalui siaran langsung Instagram yang dimoderatori oleh dr. Intan Kusumaningtyas, Sp.OG, M.P.H tersebut, Prof. Andon mengingatkan para orang tua untuk memperhatikan pertumbuhan badan anaknya sejak lahir. Selain tinggi badan yang menjadi salah satu penyebab gangguan menstruasi, berat badan juga menjadi salah satu penyebab lainnya. Dalam hal ini, berat badan yang terlalu berat atau terlalu ringan berpotensi mengalami gangguan menstruasi. Oleh karena itu, harus diperhatikan pola hidup dan pola makanannya untuk menjaga kesehatan organ reproduksinya.

(Humas FKUI)