Air merupakan kebutuhan primer bagi setiap mahluk hidup, termasuk manusia. Air digunakan untuk berbagai keperluan seperti minum, masak, mencuci, mandi, peturasan, dan ibadah. Menurut staf pengajar dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. Dra. Conny Riana Tjampakasari, MS, DMM, air yang digunakan sehari-hari harus dalam keadaan bersih sehingga dapat terhindar dari penyakit.
“Ciri-ciri air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Jika air tercemar atau terkontaminasi, maka akan mengganggu kehidupan. Sumber kontaminan pada air bisa berupa faktor fisika, faktor kimia, radiologi, dan mikrobiologi. Kita juga harus menggunakan air bersih, baik untuk konsumsi maupun kebutuhan yang lain, agar terhindar dari penyakit seperti diare, disentri, tipes, cacingan, dan penyakit kulit,” ujar Dr. Dra. Conny dalam paparan materinya pada kegiatan Edukasi dalam rangka Pengabdian kepada Masyarakat yang berlangsung Sabtu 22 Juni 2024 di Kampus Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Pusat.
Lebih lanjut Dr. Dra. Conny menyampaikan bahwa sudah ada beberapa peraturan pemerintah yang mendefinisikan kriteria air bersih dan standar baku air minum, salah satunya adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
“Dalam Permenkes tersebut dijelaskan bahwa air minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Ada parameter wajib untuk air minum, salah satunya adalah tidak boleh ditemukan bakteri Total Coliform dan bakteri Escherichia Coli pada 100 mililiter sampel air yang diperiksa,” ucapnya.
Air yang mempunyai kualitas dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bisa langsung diminum serta tidak memunculkan dampak samping yang bisa membahayakan kesehatan manusia. Wajib bagi seluruh anggota masyarakat menggunakan air bersih setiap hari dan menjaga kualitas air tetap bersih di lingkungannya. Salah satu caranya dengan memasak air sebelum dikonsumsi agar dapat menghilangkan kuman yang mungkin terdapat di dalam air.
Kegiatan pengabdian masyarakat mengambil tema “Pemahaman dan Pengujian Kualitas Air di Daerah Rawamangun: Upaya Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Penggunaan Air Bersih”. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 12 sampai 22 Juni 2024 dan merupakan kolaborasi dari Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI) cabang DKI Jakarta dengan beberapa institusi pendidikan yaitu FKUI, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta (FMIPA UNJ), Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti (FK Usakti), dan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ), serta mendapat dukungan dari PAM Jaya, Eco-Sains, dan Indonesian Hydration Working Group (IHWG).
“Sejak tanggal 12 Juni 2024 kami mulai melakukan penelitian dan pengujian kualitas air di empat RW yang ada di daerah Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur. Dalam program sebelumnya tahun 2018 yang sudah dilakukan oleh FMIPA UNJ, ditemukan adanya cemaran E. coli pada sumber air di daerah tersebut. Sehingga perlu dilakukan analisa dan edukasi lebih lanjut, untuk peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku warga terhadap bahaya cemaran E. coli yang tinggi,” terang Ketua Permi DKI Jakarta Prof. Dr. dr. Yeva Rosana, MS, SpMK(K).
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan sampel air dan analisa laboratorium di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNJ pada tanggal 12-21 Juni 2023, dan edukasi kepada masyarakat pada pada tanggal 22 Juni 2024 dengan menghadirkan narasumber yaitu Dr. Dalia Sukmawati, M.Si dari FMIPA UNJ, Dr. Dra. Conny Riana Tjampakasari, MS, DMM (FKUI), dan Drs. Iman Santoso, M.Phil dari FMIPA UI.
Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB dalam sambutannya mengatakan bahwa permasalah air bersih merupakan salah satu permasalah utama kota-kota besar seperti Jakarta. Oleh karena itu pengabdian masyarakat dalam bentuk penelitian yang telah dilakukan, dan kemudian diikuti dengan edukasi kepada masyarakat sangatlah tepat.
“Saya rasa tepat sekali pengabdian masyarakat yang dilakukan ini, mengenai edukasi air bersih. Edukasi ini didasari dari proses penelitian sehingga apa yang disampaikan adalah berdasarkan evidence atau bukti yang ditemukan yang ada di tengah masyarakat,” tuturnya.
Dekan FKUI juga menyoroti ada beberapa tempat di Jakarta yang sudah ada rembesan air laut sehingga kualitas air bersihnya terganggu. Selain itu, masih banyak juga masyarakat yang membuang sampah dan kotoran ke sungai, yang mana sebagian dari sungai tersebut menjadi air resapan yang digunakan sebagai sumber air bersih.
“Oleh karena itu tepatlah hari ini para peneliti menyampaikan paparan dan mengedukasi masyarakat sehingga ke depan, kita sebagai masyarakat peduli atas permasalah air bersih ini. Kita tahu bahwa air yang kita konsumsi maupun yang kita gunakan apabila tercemar tentu akan membawa dampak pada kesehatan, pada akhirnya kondisi Kesehatan yang terganggu akan menyebabkan kualitas hidup dan produktivitas menjadi menurun,” lanjut Prof. Ari Fahrial Syam.
Selain Dekan FKUI, turut memberikan sambutan dalam kegiatan pengmas tersebut, Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Rawamangun Yusuf Efendi, Dekan FMIPA UNJ Prof. Muktiningsih Nurjayadi, M.Si, Dekan FK Trisakti Dr. dr. Yenny, Sp.FK, dan Dekan FKK UMJ Dr. dr. Tri Ariguntar Wikaningtyas, Sp.PK.
(Humas FKUI)