Sepsis merupakan masalah penting dalam pelayanan kesehatan. Meskipun sudah banyak perkembangan dalam tatalaksana sepsis, angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Pada sepsis terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan ekstravasasi protein dan cairan plasma. Kebocoran plasma sistemik pada sepsi dapat mengakibatkan berbagai komplikasi dari renjatan hingga kematian. Pada renjatan sepsis, terjadi kerusakan fungsi barier endotel. Perpindahan cairan ke ruang ekstravaskular dapat menyebabkan edema di paru, ginjal dan otak yang membahayakan nyawa.
Meskipun memiliki kepentingan klinis, masih belum ada teknik yang andal untuk kuantifikasi edema interstisial dalam praktik klinis. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai kebocoran plasma saat ini berupa pemeriksaan kecepatan perpindahan transkapiler albumin radioaktif injeksi dan termodilusi transpulmonal. Namun pemeriksaan tersebut bersifat invasif dan mahal. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan glikokaliks, namun pemeriksaan tersebut masih mahal dan belum tersedia secara luas.
Degradasi glikokaliks, ditandai meningkatnya sindekan-1 dalam darah. Kondisi ini menyebabkan perubahan permeabilitas vascular sistemik. Pada glomerulus bermanifestasi sebagai albuminaria sehingga kenaikan rasio albumin-kreatinin (ACR) urin berpotensi menggambarkan kebocoran plasma sistemik. Hingga saat ini belum ada rujukan nilai sindekan-1 dan ACR urin sebagai penanda kebocoran plasma sistemik pada anak. Diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui peran ACR urin dan nilai rujukan ACR urin sebagai penanda kebocoran plasma sistemik pada anak sepsis dan mengkaji kaitannya dengan sindekan-1.
Penelitian dilakukan oleh dr. Rina Amalia Caromina Saragih, SpA, peneliti dari program studi S3 Ilmu Kedokteran FKUI. Penelitian yang dilakukan dalam rentang waktu Maret-Desember 2015 ini mendapati hasil akhir bahwa ACR urin dapat digunakan sebagai penanda kebocoran plasma sistemik. Peningkatan ACR urin akan mengikuti peningkatan sindekan-1.
Hasil penelitian tersebut kemudian dipaparkan oleh dr. Rina pada sidang promosi doktoralnya, Selasa (21/6) di Ruang Senat Akademik Fakultas, FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Rasio Albumin-Kreatinin Urin sebagai Penanda Kebocoran Plasma Sistemik Sepsis pada Anak: Kajian terhadap Sindekan-1” ini berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K); Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc; dan Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara).
Di akhir sidang, Prof. dr. Pratiwi P. Sudarmono, SpMK(K), selaku ketua sidang, mengangkat dr. Rina Amalia Caromina Saragih, SpA sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Promotor Prof. dr. Taralan Tambunan, SpA(K) dan ko promotor Dr. dr. Hindra Irawan Satari, M. Trop (Paed), SpA(K) dan Dr. dr. Diana Aulia, SpPK(K) menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian yang diraih dr. Rina. Promotor dan ko promotor juga berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai pengganti marker untuk perjalanan penyakit sepsis, khususnya pada kebocoran plasma. (Humas FKUI)