Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang terdiri dari Shakira Amirah (Mahasiwa FKUI angkatan 2020); Muhammad Candrika Agyawisnu Yuwono (FKUI 2020); Sydney Tjandra (FKUI 2021); dan Najma Ali (FKUI 2021) berhasil torehkan prestasi pada ajang Internasional East Asian Medical Students’ Conference (EAMSC) 2023 yang diselenggarakan pada tanggal 27-31 Januari 2023 di Kathmandu, Nepal.
Poster ilmiah yang mereka buat dengan judul “Regulating the Temperature and Level of Cold Water Immersion as an Effective First-aid of Hyperthermia: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Studies,” berhasil menjadi Juara 2 pada kegiatan ilmiah yang diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa kedokteran Asian Medical Students’ Association (AMSA) Internasional tersebut.
Tim mahasiswa FKUI melakukan tinjauan sistematis dan meta analisis yang merangkum dan mensintesis efektivitas cold water immersion (CWI) dalam mengatasi heat stroke, termasuk menentukan suhu yang paling efektif serta level imersi terbaik.
“Heat stroke, merupakan kondisi darurat yang ditandai dengan hipertermia berat dan disfungsi organ, menyebabkan tingkat morbiditas yang signifikan jika tidak ditangani dengan baik. Hipertermia umum terjadi di lingkungan panas, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat 175 juta pada tahun 2015. Studi lain di negara tropis memperkirakan tingkat kematian akibat penyakit terkait panas adalah 19,5%,” tutur Najma Ali.
Lebih lanjut Najma menjelaskan bahwa cold water immersion dapat dijadikan sebagai salah satu metode pertolongan pertama terbaik dalam kondisi hipertermia, “Cold water immersion (CWI) terbukti memiliki tingkat pendinginan yang lebih unggul, tingkat kelangsungan hidup yang baik, dan implementasi yang lebih mudah diakses dibandingkan ice water. Hingga saat ini, belum ada meta-analisis yang menentukan suhu dan tingkat perendaman terbaik untuk CWI,” pungkasnya.
Menurut hasil penelitian yang mereka lakukan, CWI secara signifikan mampu menurunkan suhu tubuh pada pasien dengan hipertermia dengan suhu optimal 14-16 derajat celsius dan level immersion di atas pinggang. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa CWI memiliki efek signifikan yang bisa menjadi solusi tepat dalam penanganan pertama hipertermia.
Sementara itu, anggota tim lainnya Shakira Amirah mengatakan bahwa tim mahasiswa FKUI yang berkompetisi di Nepal ini merupakan perwakilan dari AMSA-Indonesia. “Sebelum mengikuti proses konferensi di Nepal, kami harus mengikuti seleksi di tingkat nasional yang diselenggarakan oleh AMSA-Indonesia dan berhasil meraih Juara 1. Oleh sebab itu, karya kami yang menjadi perwakilan Indonesia untuk dapat tampil di EAMSC 2023,” ucap Shakira.
“Saat penyusunan karya ilmiah ini, kami terus berupaya menyusun versi terbaik dari poster kami dengan berbagai masukan dan bimbingan dari Prof. dr. Ardi Findyartini, Ph.D, Guru Besar Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI, dan kakak kelas kami dari FKUI 2017 Gilbert Lazarus, S.Ked, dan dr. Felix Lee, BMedSc(Hons) FKUI 2013. Kami bersyukur dan berterima kasih atas bimbingan dari dosen dan kakak tingkat yang bersedia membimbing dan berbagi ilmu kepada kami,” lanjut Shakira.
Ada kisah tentang cara unik yang mereka lakukan saat mempresentasikan poster ilmiahnya di Nepal. Tim ini berhasil menarik perhatian dewan juri dan hadirin dengan menggunakan alat bantu boneka dalam presentasinya.
“Kami melakukan drama singkat dengan menggunakan alat bantu boneka. Boneka tersebut kami umpamakan sebagai orang yang terkena hypertermia. Ceritanya suhu pada boneka tidak turun ketika diimersi dengan air bersuhu temperatur. Lalu sebagai solusi, maka diberikan CWI pada boneka dengan cara menenggelamkannya ke mangkuk berisi air dingin untuk menurunkan suhu boneka tersebut. Ternyata cara ini berhasil membangkitkan antusias juri dan penonton,” kisah Shakira.
Selamat kepada para delegasi yang telah mengukir prestasi. Semoga pengalaman membanggakan ini dapat menjadi motivasi bagi teman-teman FKUI lainnya untuk terus mengukir prestasi. Maju terus FKUI!
(Humas FKUI)