Diabetes melitus (DM) masih menjadi salah satu penyakit yang paling umum di dunia, dengan Indonesia menduduki peringkat ke-5 jumlah penderita tertinggi. Pada tahun 2021, terdapat 19,5 juta penderita DM di Indonesia, dan angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045. Salah satu komplikasi kronis yang sering terjadi pada penderita DM, terutama kelompok usia produktif, adalah tendinopati Achilles.
Tendinopati Achilles merupakan peradangan kronis pada tendon yang mengganggu pergerakan pergelangan kaki dan meningkatkan risiko robekan pada tendon. Lebih jauh peradangan ini dapat menimbulkan kelainan bentuk pada pergelangan kaki yang dapat mengganggu proses berdiri dan berjalan pasien, sehingga dapat menyebabkan munculnya luka pada sisi telapak kaki akibat peningkatan tekanan pada sepertiga bagian depan kaki.
Saat ini, penatalaksanaan tendinopati Achilles pada penderita DM meliputi latihan peregangan, penggunaan NSAID, suntikan steroid, dan tindakan pembedahan untuk memperbaiki tendon yang robek. Namun, efektivitas terapi ini bervariasi dan dapat menimbulkan efek samping seperti pecahnya tendon dan infeksi pasca operasi. Oleh karena itu, diperlukan alternatif terapi yang lebih aman dan efektif.
Penelitian baru yang dilakukan oleh dr. Ihsan Oesman, SpOT(K), peserta Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengungkapkan potensi besar penggunaan sekretom dan eksosom asal sel punca mesenkimal sumsum tulang (SPM-ST) dalam mengatasi tendinopati Achilles pada penderita diabetes melitus (DM). Data penelitian mengenai penggunaan sekretom dan eksosom pada tendinopati Achilles ini masih cukup terbatas dan masih berupa penelitian praklinis. Penelitian ini menawarkan harapan baru bagi penderita tendinopati Achilles yang sering mengalami nyeri kronis dan gangguan mobilitas.
Penelitian dr. Ihsan terdiri dari tiga tahap: studi percontohan tahap 1 dan 2, serta studi utama tahap 3. Tahap pertama bertujuan menentukan dosis volume minimum infiltrasi ke tendon Achilles. Hasilnya menunjukkan 0,8 ml sebagai volume optimal untuk distribusi cairan yang merata. Tahap kedua fokus pada metode penciptaan tendinopati diabetik dan dosis injeksi STZ yang paling efektif, yaitu 30 mg/kg, yang meningkatkan kadar gula darah hingga rata-rata 213,88 ± 8,99 mg/dL dengan gambaran tendinopati yang signifikan pada pemeriksaan mikroskopik.
Pada tahap ketiga, dr. Ihsan menguji pemberian sekretom, eksosom, atau kombinasi keduanya pada tikus dengan tendinopati Achilles. Hasilnya menunjukkan bahwa baik sekretom maupun eksosom, serta kombinasinya, dapat menurunkan kadar IL-6 dan TGF-β serta meningkatkan kadar VEGF dan Col-1 dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan IL-6 dan TGF-β mempercepat penyelesaian peradangan, sementara peningkatan VEGF dan Col-1 menunjukkan perbaikan struktur mikroskopik tendon.
“Penelitian kami menunjukkan potensi besar dari sekretom dan eksosom sel punca mesenkimal sumsum tulang dalam regenerasi tendon Achilles yang mengalami tendinopati, khususnya pada penderita diabetes. Ini bisa menjadi alternatif terapi yang lebih efektif dan aman dibandingkan metode konvensional,” ungkap dr. Ihsan.
Penemuan ini membawa harapan baru bagi penderita tendinopati Achilles diabetes, dengan potensi untuk mengurangi nyeri, meningkatkan mobilitas, dan memperbaiki kualitas hidup tanpa risiko efek samping yang tinggi. Penelitian ini juga membuka jalan untuk studi klinis lebih lanjut guna mengkonfirmasi temuan ini pada manusia.
Dokter Ihsan berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Efek Pemberian Sekretom, Eksosom Asal Sel Punca Mesenkimal Sumsum Tulang (SPM-ST), dan Kombinasinya pada Regenerasi Tendinopati Achilles Diabetes Tikus Sprague Dawley (SD): Kajian IL-6, TGF-β, Col-1, VEGF, dan Skor Bonar” dalam sidang terbuka promosi doktor di Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI-FKUI, Jakarta, pada 8 Juli 2024. Dokter Ihsan berhasil menjawab berbagai pertanyaan dan sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD,Subsp P.T.I.(K), dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Em Yunir, SpPD-KEMD; dr. Nurjati Chairani Siregar, MS, Sp.PA(K), Ph.D.; Dr. dr. Retno Asti Werdhani, MEpid, Sp.KKLP; Dr. Dra. Puspita Eka Wuyung, MS. dan penguji tamu dari Universitas Airlangga yaitu Dr. dr. Heri Suroto, SpOT(K), MARS.
Sidang promosi doktor ini diketuai oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dengan Prof. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K) berperan sebagai promotor dan dr. Radiana Dhewayani Antarianto, M.Biomed, Ph.D serta Dr. dr. Merci Monica Br. Pasaribu, Sp.PK(K) sebagai ko-promotor.
Prof Ismail sebagai promotor menyampaikan sambutan dan ucapan selamat kepada dr. Ihsan. “Izinkan saya ucapkan selamat kepada dr. Ihsan Oesman atas pencapaiannya yang besar ini. Dokter Ihsan telah menunjukkan dedikasi, ketekunan, dan semangat juang yang tinggi untuk menyelesaikan disertasinya ini. Dokter Ihsan menemukan peluang baru untuk tatalaksana tendinopati pada diabetes. Temuan ini memberikan kontribusi berarti dalam bidang ortopedi dan diabetes,” ucap Prof Ismail.
(Humas FKUI)