Kualitas Hidup Lansia di Era Teknologi Tentukan Capaian Indonesia Emas 2045

Prof. Dr. dr. Martina WS Nasrun, Sp.KJ Subsp.Ger (K) dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Kualitas Hidup Lansia Indonesia di Era Teknologi: Tantangan dan Upaya agar Sehat Jiwa-Raga, Bahagia, Mandiri, dan Sejahtera (Menuju Indonesia 2045)”. Prosesi pengukuhan yang diadakan pada Rabu 6 Maret 2024, di Aula IMERI FKUI, tersebut dipimpin langsung oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D.

Dalam pidatonya, Prof. Martina memaparkan kondisi penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dan tantangan yang dihadapi saat ini. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, lansia di Indonesia berjumlah 11,75% dari total penduduk. Artinya, sekitar 30 juta dari 270 juta penduduk adalah lansia (ageing population). Dari angka tersebut, tercatat rasio beban demografi sebesar 17,08% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif (15–59 tahun) menanggung 17 orang lansia.

Lansia yang tidak mampu mandiri, baik secara finansial, kesehatan, motorik, maupun kognitif, berpeluang mengalami depresi akibat ketidakberdayaannya. Kondisi depresi ini ternyata menyebabkan lansia mengalami demensia 2,3 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak depresi. Selain itu, lansia yang menderita gangguan fisik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol, dan penyakit jantung, memiliki risiko demensia lebih besar.

Demensia merupakan penurunan fungsi kognitif/intelektual yang berdampak terhadap fungsi sosial dan pekerjaan seseorang. Gangguan ini mengubah perilaku dan perasaan, sehingga menurunkan kualitas hidup orang dengan demensia (ODD) maupun perawatnya (caregiver). Selain depresi dan demensia, masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada lansia adalah kesepian (loneliness), insomnia, serta pemakaian obat yang irasional termasuk polifarmasi dan OTC (over the counter, yang dibeli tanpa resep dokter).

Menurut Prof. Martina, kejadian kesepian-depresi-demensia (KDD) dapat dicegah melalui deteksi dini serta pengelolaan yang optimal, komprehensif, dan interdisiplin terhadap individu. Program pencegahan depresi dimulai dengan mengurangi loneliness, meningkatkan resiliensi lansia, dan meningkatkan aktivitas sosial serta dukungan untuk lansia. Selain itu, penting untuk memberikan literasi teknologi kepada lansia agar mereka bisa bertahan di era kemajuan teknologi saat ini.

Literasi digital diperlukan bagi lansia karena membantu meningkatkan keterjangkauan layanan kesehatan. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memberikan dukungan kepada caregiver serta mengurangi biaya perawatan kesehatan dan sosial bagi lansia. Bahkan, penjadwalan dan konfirmasi janji perawatan kesehatan dilakukan melalui perangkat nirkabel, begitu pula pengaksesan catatan medis. Penggunaan teknologi dan internet sebagai alat bantu komunikasi secara tidak langsung mengurangi angka kesepian pada lansia.

Saat ini, Tim Peneliti Departemen Psikiatri FKUI-RSCM tengah mengembangkan perangkat aplikasi e-Health Care bernama Pandu-Ina, yakni aplikasi untuk membantu caregiver dalam merawat orang dengan demensia (Behavior and Psychological Symptoms of Dementia). Aplikasi Pandu-Ina telah mendapat hak kekayaan intelektual dan sedang dilakukan penelitian uji efektivitas aplikasi terhadap kualitas hidup ODD dan caregiver-nya. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan lansia.

“Penting sekali bagi lansia untuk menjaga kesehatan, sehingga bonus demografi kedua dapat tercapai pada 2045. Lansia yang sehat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu, diperlukan gaya hidup sehat seperti pada program GERMAS yang dicanangkan Kemenkes RI. Pembudayaan program tersebut dilakukan dengan menerapkan gaya hidup CERDIK, yakni cek kesehatan, enyahkan asap rokok, rajin olah raga, diet seimbang istirahat cukup, dan kelola stres,” ujar Prof. Martina.

Penelitian Prof. Martina terkait kesehatan lansia merupakan satu dari sekian banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah Technological Acceptance and Features Needed in Mobile Health Apps Development for People Living with Dementia and Their Caregivers in Indonesia (2024); Translation, Validity, and Reliability of the Brief Questionnaire on Smoking Urges (QSU-Brief) in Indonesian (2024); dan Relationship Between Quality of Life of People with Dementia and Their Caregivers in Indonesia (2021).

Prof. Martina menamatkan pendidikan Profesi Dokter (1986), Spesialis Psikiatri (1995), dan Program Doktoral Pendidikan Dokter (2007) di FKUI. Pada 2005, ia menyelesaikan pendidikan Konsultan Psikogeriatri di Kolegium Perhimpunan Kedokteran Jiwa Indonesia. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Divisi Psikiatri Geriatri Departemen Psikiatri FKUI-RSCM, Staf Medik Departemen Kesehatan Jiwa RSCM, Staf Pengajar Departemen Psikiatri FKUI, Peneliti IMERI FKUI Klaster Neuroscience and Brain Development, dan Tim Geriatri Terpadu RSCM.

Prosesi pengukuhan Prof. Martina turut dihadiri oleh Rektor Universitas Respati Indonesia, Prof. Dr. drg. Tri Budi Wahyuni Raharjo, MS; Rektor Universitas Atmajaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (K); Wakil Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Dr. dr. Ria Maria Theresa, Sp.KJ; Direktur Layanan Operasional RSCM, Dr. dr. Sumariyono, SpPD-KR, MPH; Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanudin, Prof. Dr. Andi Jayalangkara Tanra, dr., Sp.K.J., Subsp.B.P. (K); dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. dr. Theresia L. Toruan, Sp.D.V.E., Subsp. O.B.K., FINSDV, FAADV.

(Humas FKUI)