Guru Besar FKUI Gelar Pameran Lukisan Tunggal

Guru Besar Ilmu Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. dr. R.M. Padmosantjojo, Sp.BS(K) menggelar Pameran Lukisan pada tanggal 23-26 Februari 2023 di Lobi Aula IMERI FKUI, Kampus FKUI Salemba, Jakarta. Sebanyak 40 lukisan yang merupakan hasil karya Prof. Padmo dipamerkan pada pameran tunggal tersebut.

“Saya mulai melukis ini begitu umur saya 60 tahun. Saya tahu 65 tahun saya akan pensiun, lalu kerjanya apa? Jadi saya mencoba menghidupkan otak kanan saya, yang itu merupakan seni dan juga menikmati sesuatu,” ucap Prof. Padmo dalam sambutannya pada acara pembukaan pameran, Kamis 23 Februari 2023.

Lebih lanjut Prof. Padmo mengisahkan bahwa beliau belajar melukis secara otodidak, dan yang unik adalah Prof. Padmo melukis tidak dengan menggunakan kuas lukis seperti lazimnya orang yang melukis pada kanvas.

“Oleh karena itu saya belajar, belajar sendiri tidak ada gurunya, jadi seperti biasa dahulu kalau belajar itu pakai buku karena kalau sekarang pakai internet, pakai HP (handphone). Kalo dulu tidak, masih beli buku. Maka saya membeli buku-buku tentang melukis. Saya belajar sendiri sehingga kalau saudara lihat lukisan ini semuanya tidak seperti yang diajarkan oleh guru-guru menggambar melukis. Karena apa? Saya tidak pakai kuas melukisnya, tidak pakai tangan, tidak pakai pisau palet, tetapi pakai cutton buds dan tusuk gigi,” ujar Prof. Padmo.

Sementara itu Ketua Ikatan Alumni FKUI Kol. Kes. Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, FINSS, FINPS, AAK dalam sambutannya mengatakan, “InshaAllah ini akan menjadi pupuk bagi kita untuk selalu bersemangat, bahwa kita tidak hanya mengabdikan diri untuk keilmuan tetapi juga yang memberi keilmuan. Profesor Padmo sudah memberikan contohnya yang terbaik untuk kita, terimakasih Prof sudah menyumbangkan lukisannya untuk dilihat oleh kita semua.”

Pada kesempatan yang sama, Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB menyampaikan suka citanya atas penyelenggaraan pameran lukisan karya Prof. Padmo. Dalam sambutannya Dekan menekankan bahwa pendidikan kedokteran dan budaya atau sudah seharusnya berjalan beriringan. “Prof. Padmo selalu bilang hubungannya antara medicine dan art itu suatu hal yang berdekatan. Nyatanya bagaimana? Nyatanya memang seharusnya selalu ada kegiatan-kegiatan yang menunjukkan budaya, atau kesenian seperti pameran lukisan ini,” tutur Prof. Ari Fahrial.

Profesor Padmosantjojo, menarik perhatian dunia setelah pada tahun 1987 berhasil melakukan operasi kembar siam dempet kepala vertikal. Pada saat itu kasus tersebut merupakan kasus yang langka dan operasinya sangat sulit untuk dilakukan. Namun Prof. Padmo beserta tim berhasil melakukan operasi pemisahan. Kisahnya pun terus berlanjut, kedua anak kembar yang bernama Yuliana dan Yuliani tersebut turut dirawat oleh Prof. Padmo dan disekolahkan hingga jenjang kuliah.

Dalam catatan yang dibagikan kepada para pengunjung pameran, Prof. Padmo menuliskan bahwa kebahagiaan umumnya dikaitkan dengan hasil hidup yang seimbang. Para pakar ahli ilmu kemasyarakatan banyak membahas dan menjelaskan apa itu keseimbangan hidup. Sayangnya menurut Prof. Padmo, penjelasan tersebut terlalu ilmiah sehingga orang awam sukar memahami.

Keadaan yang dikatakan seimbang secara awam bisa ditunjukkan pada timbangan. Tangan timbangan sisi satu harus sama tinggi dengan sisi lawannya. Jadi tidak boleh ada satu sisi yang berlebih dibandingkan sisi lawannya. Pada manusia, contoh yang jelas adalah pada saat berjalan atau menari. Otot-otot yang berfungsi untuk membengkokkan anggota gerak badan pada persendian bila bekerja artinya berkontraksi. Maka otot lawannya yang berfungsi untuk meluruskan harus relaksasi atau lemas tidak berkontraksi. Dengan demikian akan didapatkan gerakan anggota badan yang serasi dan enak dipandang.

Dijelaskan Prof. Padmo, organ-organ tubuh lain cara bekerjanya sama seperti kerja otot-otot anggota gerak, dengan kata lain apabila organ bekerja karena ada zat yang memicu maka harus ada yang mengikuti adalah zat yang berfungsi meredam, untuk menghasilkan kerja yang baik dan efektif.

Seperti layaknya kendaraan, ada pedal gas yang berfungsi memacu gerakan atau kecepatan, maka perlu diimbangi dengan pedal rem agar gerakan bisa sempurna dan halus.

Prof. Padmo menuliskan, bahwa di dalam ilmu kedokteran banyak contoh yang jelas, seperti adanya sistem simpatis dan parasimpatis, dan adanya asetil kolin yang diimbangi dengan kolin esterase. Demikian juga otak manusia, semua fungsi hidup dari seseorang diatur dalam artian mempunyai nucleus atau pusatnya di otak besar, yang terdiri dari dua belahan, belahan kiri dan belahan kanan. Pada orang yang tidak kidal maka belahan kiri itu lebih dominan (menguasai) sedangkan otak besar belahan kanan mengimbanginya.

Apabila belahan kiri bekerja menunjukkan adanya proses berpikir yang analitik, rasional, dan mengatur kecakapan, keterampilan serta orientasi yang semuanya dikaitkan dengan disiplin, maka belahan kanan mengimbangi dengan fungsi relaksasi menikmati hiburan, mengatur emosi, lalu seni. Umumnya semua ini kurang berdisiplin.

Seni itu dapat bermacam-macam, dapat merupakan seni pahat, seni suara, seni melukis lalu seni kesusasteraan, dan tidak lupa seni menari. Pengembangan fungsi kedua belahan ini yang berimbang menghasilkan kehidupan yang bahagia, dan bisa meredam kelelahan serta kebosanan.

Seorang dokter diwajibkan merawat dan mengobati orang sakit, kadang-kadang hal itu sangat rumit dan melelahkan. Misalnya dalam menegakkan diagnosis dalam pengobatan atau dalam memberikan suatu Tindakan operasi. Melelahkan karena sering membutuhkan waktu yang panjang, oleh karena itu diperlukan keseimbangan fungsi otak besar itu, terutama adalah fungsi yang meredam semangat aktivitas, yaitu belahan kanan.

Menurut Prof. Padmo, orang sering mengatakan medical science is science and art. Jadi ilmu kedokteran itu harus dijabarkan dengan menggabungkan antara ilmu dasar dan seni. Bagi beliau sebagai seorang ahli bedah saraf yang pekerjaannya memerlukan ketelitian, kesabaran, keterampilan dan waktu yang panjang disamping ilmu pengetahuan dasar tadi, beliau memilih seni lukis sebagai pengembangan otak kanan.

(Humas FKUI)