Kanker nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di bagian atas tenggorokan, tepat di belakang hidung. Kanker ini tumbuh pada lapisan jaringan mukosa di wilayah nasofaring. Di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, kanker nasofaring menjadi jenis kanker kepala dan leher yang paling banyak ditemukan, dengan angka kejadian mencapai 28,4% dari semua kasus. Tingkat kematian akibat kanker ini di Indonesia adalah yang tertinggi kedua di Asia setelah Tiongkok.
Metastasis merupakan proses sel-sel kanker menyebar dari tempat asalnya ke bagian tubuh lainnya. Proses ini merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian akibat kanker. Pada kanker nasofaring, penyebaran sel kanker ke tulang sangat umum terjadi, yaitu sekitar 64-67% kasus. Untuk lebih memperdalam pemahaman mengenai proses metastasis ini, kandidat Doktor dari Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas indonesia (FKUI), dr. Rahmat Cahyanur, SpPD, K-HOM melakukan penelitian disertasi terkait ekspresi gen tertentu yang berperan. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis peran ekspresi gen CXCR4, RANKL, RANK, BMP2, OPN, PTHLH, IL-8, dan SRC dalam penyebaran kanker nasofaring ke tulang.
Penelitian ini diikuti oleh subjek sebanyak 95 pasien kanker nasofaring yang terdiri dari 64 pasien dengan metastasis dan 31 pasien tanpa metastasis dengan mayoritas subjek adalah laki-laki. Dari pasien dengan metastasis, 73,4% mengalami penyebaran sel kanker ke tulang, terutama tulang punggung (70,2%), tulang iga dan/atau dada (57,4%), serta tulang panggul (27,7%).
Dengan menggunakan teknologi NanoString, penelitian ini mengukur perbedaan ekspresi gen dari mRNA yang diekstraksi dari blok parafin. Hasilnya menunjukkan bahwa ekspresi gen CXCR4 meningkat pada semua subjek (100%), diikuti oleh IL-8 (93,68%), SRC (92,63%), OPN (72,10%), RANK (62,10%), dan BMP2 (58,95%). Sementara itu, gen PTHLH dan RANKL menunjukkan peningkatan masing-masing pada 17,95% dan 4,21% subjek. Dibandingkan dengan kelompok tanpa metastasis, pada kelompok dengan metastasis tulang, gen IL-8 menurun sementara gen CXCR4 meningkat lebih tinggi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa jalur komunikasi antar sel, seperti WNT dan GPCR, berperan penting pada kelompok dengan metastasis tulang. “Temuan ini menunjukkan bahwa pada pasien kanker nasofaring stadium lanjut, peningkatan ekspresi mRNA CXCR4 berperan signifikan dalam penyebaran kanker ke tulang. Dengan hasil ini, diharapkan penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk aplikasi klinis yang lebih baik dalam menangani kanker nasofaring yang telah menyebar ke tulang,” jelas dr. Rahmat yang juga merupakan staf pengajar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Dokter Rahmat berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Metastasis Tulang Primer pada Kanker Nasofaring: Kajian terhadap Ekspresi Gen CXCR4, RANK, RANKL, BMP2, OPN, PTHLH, IL-8, dan SRC” dengan menjawab berbagai sanggahan dan pertanyaan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD, Subsp. P.T.I(K), dengan anggota tim penguji Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, M.S., Sp.Ok, Ph.D; Dr. dr. Lisnawati, Sp.P.A, Subsp. S.P.(K), Subsp. Kv.R.M.(K); dr. Mardiah Suci Hardianti, Sp.PD, Subs.H.O.M.(K); dan penguji tamu dari Program Sains Biomedik Universitas YARSI Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D.
Sidang promosi doktor diketuai oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, dengan promotor Prof. Dr. dr. Achmad Fauzi Kamal, Sp.OT, Subsp. Onk. Ort. R. dan ko-promotor Dr. dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD, Subsp. H.O.M(K) dan dr. Marlinda Adham, Sp.THT-KL(K), Subsp.Onk(K), Ph.D.
Prof. Achmad Fauzi Kamal sebagai promotor turut mengucapkan selamat dan menyampaikan pesan dalam sambutannya. “Pada hari ini kita kembali menambah Doktor baru di FKUI, yaitu Dr. dr. Rahmat Cahyanur, Sp.PD, KHOM. Saya kira penelitian ini yang mengkaji ekspresi berbagai gen tersebut dalam proses metastasis tulang pada kanker nasofaring merupakan sebuah novelty. Hasil ini juga memberikan pemahaman untuk kita semua tentang jalur yang berperan dalam metastasis ini. Informasi ini saya kira akan bermanfaat bagi siapapun, termasuk klinisi, peneliti, dan juga dosen,” tuturnya.
(Humas FKUI)