Doktor FKUI Teliti Potensi Pengobatan Kanker Payudara Pada Ekstrak Kedelai

Kanker payudara saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita di seluruh dunia. Pengobatan kanker payudara masih didominasi oleh terapi medis konvensional, seperti pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Kerap kali pengobatan-pengobatan tersebut menimbulkan efek samping dan pengaruh pada kualitas hidup pasien.

Potensi penggunaan bahan alam dalam pengobatan kanker menjadi salah satu topik yang menarik untuk diteliti. Peserta Program Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Andi Muh. Maulana, S.Si., M.Sc., memaparkan bahwa kedelai yang merupakan salah satu bahan makanan yang sering dikonsumsi ternyata memiliki senyawa-senyawa anti-kanker, seperti isoflavon dan saponin. Studi sebelumnya (Ravishankar dkk, 2013) mengemukakan beberapa mekanisme proteksi senyawa isoflavon terhadap risiko kanker, yaitu dengan penghambatan langsung stres dan kerusakan oksidatif, serta mengganggu perkembangan sel kanker.

“Penelitian terkait kemampuan senyawa dari ekstrak kedelai di Indonesia terhadap pertumbuhan sel kanker masih sangat terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut potensi tersebut dengan melakukan uji klinis pada hewan tikus yang diinduksi dengan DMBA, kemudian kami lakukan evaluasi terhadap luaran klinis, respons imun, gambaran jaringan pada kanker, serta aktivitas dari tumor tersebut,” tutur Andi pada sidang promosi doktor yang berlangsung tanggal 24 April 2024 di IMERI FKUI, Jakarta.

Lebih lanjut Andi menjelaskan studi yang dilakukannya pada 30 ekor tikus Sprague-Dawley ini menunjukkan respons positif terhadap terapi ekstrak kedelai yang diberikan. Ekstrak kedelai terbukti dapat memberikan efek langsung pada tumor dengan menurunkan jumlah, massa, dan volume tumor secara signifikan. Ekspresi protein Ki-67 dan VEGF yang berperan dalam pertumbuhan tumor menjadi terhambat setelah pemberian terapi ekstrak kedelai. Selain itu, senyawa ini juga diamati mampu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit keganasan dengan memicu peningkatan efektivitas fungsi dari sel T sitotoksik atau sel pembunuh dalam melawan sel kanker.

“Kami berharap penelitian ini dapat menjadi langkah awal dalam formulasi terapi penunjang kanker payudara yang lebih aman sehingga efek samping terapi medis konvensional dapat diminimalisasi. Akan tetapi, penelitian lebih lanjut terkait hal ini tentu sangat dibutuhkan sebelum kita dapat mengaplikasikan langsung pada manusia. Kami berharap temuan dari penelitian ini dapat berkontribusi dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian kanker payudara secara global,” ujar Andi pada akhir pemaparannya.

Penelitian disertasi yang dilakukan Andi Muh. Maulana berjudul “Ekstrak Kedelai Menghambat Patogenesis Kanker Payudara Tikus yang Diinduksi DMBA: Kajian Klinis, Respons Imun, Histopatologik, Ekspresi Protein Ki-67 dan VEGF”. Penelitian tersebut berhasil dipertahankan Andi dengan menjawab berbagai pertanyaan dan sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh Dr. Drs. Heri Wibowo, M.S., dan anggota tim penguji yaitu, Dr. dr. Primariadewi Rustamadji, M.M., Sp.PA(K); Prof. drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, M.S., Ph.D., APVet., DACCM (Guru Besar IPB University); Prof. Taifo Mahmud, Ph.D (Oregon State University, Amerika Serikat); dan Dr. dr. Sjahjenny Mustokoweni, Sp.PA(K), MIAC (Universitas Airlangga).

Sidang promosi doktor diketuai oleh Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), bertindak selaku promotor pada sidang promosi doktor ini adalah Prof. Dr. Drs. Kusmardi, M.S dengan ko-promotor Prof. Dr. dr. Erni Hernawati Purwaningsih, M.S dan Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), M.P.H.

Melalui sambutannya, promotor Prof. Kusmardi mengatakan, “Saya ucapkan selamat kepada Dr. Andi Muh. Maulana, S.Si, M.Sc., semoga dengan tingkat pendidikan ini Saudara bisa lebih banyak menghasilkan karya. Topik penelitian yang dilakukan oleh Saudara Andi mengenai pemanfaatan ekstrak kedelai untuk mencegah pertumbuhan kanker payudara ini sangat menarik. Penelitian ini sangat komprehensif yang mana terdapat juga tinjauan secara imunologis selain dari pertumbuhan kanker itu sendiri. Semoga kesimpulan yang didapat dari penelitian ini dapat terus memajukan dan mengembangkan terapi klinis pada kedokteran, khususnya kanker payudara.”

(Humas FKUI)