Stroke merupakan penyakit pada pembuluh darah otak yang menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia. Berdasarkan proses terjadinya, stroke dapat dibedakan menjadi stroke perdarahan dan stroke non-perdarahan atau sumbatan. Stroke sumbatan hiperakut adalah kondisi yang terjadi ketika aliran darah menuju jaringan otak terganggu karena adanya sumbatan dalam kurun waktu 6 jam dari awitan stroke. Waktu awitan ini perlu untuk diketahui untuk menentukan apakah terapi trombolisis intravena atau trombektomi mekanik dapat dilakukan.
Peneliti yang sekaligus peserta Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Reyhan Eddy Yunus, Sp.Rad, Subsp.NKL(K), M.Sc, berhasil mengembangkan model kecerdasan buatan berbasis pembelajaran mesin yang dapat membantu klinisi dalam memilih pasien yang membutuhkan terapi trombolisis pada stroke sumbatan hiperakut, mengingat pentingnya terapi tersebut diberikan dalam waktu cepat setelah tanda dan gejala muncul.
“Model kecerdasan buatan yang kami kembangkan mampu memprediksi kebermanfaatan terapi trombolisis pada pasien stroke sumbatan hiperakut secara lebih cepat, sehingga dapat mempersingkat waktu penanganan stroke,” kata dr. Reyhan. Ia menambahkan bahwa otak merupakan organ yang sangat sensitif jika kekurangan suplai darah, sehingga penanganan yang cepat sangat krusial.
Studi ini melibatkan 145 sampel yang digunakan untuk pengembangan algoritma pembelajaran mesin. Sampel diambil secara retrospektif berdasarkan registrasi code stroke RSCM sejak November 2014 hingga Februari 2023. Penderita stroke sumbatan hiperakut yang diberikan tatalaksana trombolisis, memiliki data CT scan otak non-kontras, data klinis saat masuk rumah sakit dan 24 jam pasca trombolisis, serta data laboratorium darah yang terkait stroke, diinklusikan dalam penelitian ini. Variabel data ini digunakan sebagai masukan uji coba dalam pengembangan model pembelajaran mesin untuk memprediksi kondisi perbaikan klinis pasien pasca terapi trombolisis.
Pengolahan data dan pengembangan model dilakukan menggunakan algoritma pembelajaran mesin Random Forest (RF) dan Convolutional Neural Network (CNN). Model kecerdasan buatan ini mampu membantu prediksi luaran pasien stroke sumbatan hiperakut sesudah trombolisis yang memanfaatkan data klinis, laboratorium, dan pemeriksaan CT scan otak. Reyhan mengusulkan bahwa model yang dibuat ini dapat digunakan sebagai alat bantu bagi klinisi, terutama di rumah sakit dengan keterbatasan dokter spesialis namun memiliki kemampuan untuk melakukan terapi trombolisis.
“Dengan adanya penelitian ini, diharapkan tercipta terobosan-terobosan baru dalam penatalaksanaan stroke sumbatan guna menurunkan tingkat kematian dan disabilitas pasien,” ujar Reyhan. Namun, ia juga menekankan bahwa model kecerdasan buatan ini masih perlu diuji coba dan diaplikasikan lebih luas pada rumah sakit pusat stroke lainnya yang melakukan terapi trombolisis.
Penelitian ini merupakan yang pertama di Indonesia yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menentukan terapi pada pasien stroke sumbatan hiperakut, dengan menggunakan data lokal. Hasil penelitian ini membuka peluang baru dalam penanganan stroke, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi beban sistem kesehatan.
Dokter Reyhan berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Model Kecerdasan Buatan Pembelajaran Mesin untuk Prediksi Keberhasilan Terapi Trombolisis Intravena pada Stroke Iskemik Hiperakut Sirkulasi Anterior dengan Menggunakan CT Scan Otak, Data Klinis, dan Laboratorium Darah” dalam sidang terbuka promosi doktor di Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI-FKUI, Jakarta, pada 9 Juli 2024. Dokter Reyhan berhasil menjawab berbagai pertanyaan dan sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD,Subsp P.T.I.(K), dengan anggota tim penguji Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T, M.Kom; Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM; Dr. dr. Aria Kekalih, MTI dan penguji tamu dari Universitas Syiah-Kuala yaitu Prof. Dr. dr. Syahrul, Sp.N(K).
Sidang promosi doktor ini diketuai oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dengan Prof. Dr. dr. Salim Harris, Sp.S(K), FICA berperan sebagai promotor dan Dr. dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad, Subsp.RI(K), S.H., M.H. serta Dr. dr. Jacub Pandelaki, Sp.Rad, Subsp.RI(K) sebagai ko-promotor.
Prof Salim Harris sebagai promotor menyampaikan sambutan dan ucapan selamat kepada dr. Reyhan. “Saya ucapkan selamat kepada Doktor Reyhan yang hari ini mendapatkan berkah gelar yang luar biasa. Doktor Reyhan telah memberikan kontribusi dalam membantu pada neurolog dengan membuat suatu pembelajaran mesin yang sangat bermanfaat untuk terapi reperfusi, yang dampaknya dapat dirasakan oleh pasien di seluruh Indonesia. Dengan adanya model kecerdasan buatan ini, klinisi yang bekerja memiliki pegangan dalam menindaklanjuti pasien-pasien stroke hiperakut yang membutuhkan terapi reperfusi,” ucap Prof Salim Harris.
(Humas FKUI)