Doktor Ilmu Gizi FKUI Teliti Pengaruh Kualitas Diet dan Kebocoran Usus dengan Kekebalan Tubuh Remaja Terhadap COVID-19

COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-COV-2, merupakan penyakit yang beberapa waktu lalu menjadi pandemi dan menyerang semua kelompok usia. Sebagian pasien COVID-19 juga mengalami gejala sistem pencernaan, seperti diare, mual, dan gangguan nafsu makan. Adanya temuan virus dalam tinja pada sebagian pasien COVID-19 dengan gangguan pencernaan, menunjukkan tingkat keparahan COVID-19 yang sangat mungkin bergantung pada kesehatan usus saat pasien terinfeksi. Kebocoran usus merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kekebalan tubuh remaja terhadap SARS-COV-2 dan kualitas diet yang baik dapat membantu memperbaikinya sehingga meningkatkan kesehatan remaja.

Penelitian terbaru oleh dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Gizi, dari Program Studi Doktor Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengungkap hubungan antara kualitas diet dengan kebocoran usus dan kekebalan tubuh remaja terhadap virus SARS-CoV-2. Penelitian ini merupakan bagian dari proyek DIVINE yang didanai oleh Hibah Rispro LPDP, yang melibatkan 319 remaja berusia 12–17 tahun dari Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2022-2023.

Para remaja yang berpartisipasi dalam penelitian ini sudah mendapatkan vaksinasi lengkap COVID-19 dengan vaksin Coronavac. Kualitas diet mereka dinilai menggunakan Healthy Eating Index (HEI) 2015 berdasarkan wawancara mengenai asupan makanan selama 24 jam sebelumnya. Sementara itu, kebocoran usus diukur melalui kadar protein Zonulin dalam darah, dan respons kekebalan tubuh terhadap virus dinilai berdasarkan kemampuan tubuh dalam menghambat virus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor HEI 2015 para remaja adalah 48,4 ± 9,2, dengan hampir 60% remaja memiliki kualitas diet yang buruk. Median kadar protein Zonulin dalam darah tercatat sebesar 155,4 ng/mL, dan sekitar 93,7% remaja memiliki kekebalan tubuh yang mampu menetralisir virus dengan rata-rata kemampuan menghambat sebesar 50,4%. Namun, penelitian menemukan bahwa skor HEI 2015 tidak berhubungan signifikan dengan kadar protein Zonulin dalam darah maupun dengan kemampuan menghambat virus, meskipun sudah dikontrol dengan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, riwayat infeksi, dan riwayat vaksinasi.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas diet secara keseluruhan mungkin bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi kebocoran usus dan respons kekebalan tubuh terhadap SARS-CoV-2,” kata dr. Karina. Analisis komponen individual dari HEI 2015 menemukan bahwa hanya konsumsi makanan berprotein yang berhubungan positif dengan kadar protein Zonulin, mengindikasikan adanya kebocoran usus.

Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun kualitas diet tidak berhubungan langsung dengan kebocoran usus dan respons kekebalan tubuh, namun jenis makanan tertentu, seperti makanan berprotein, memiliki pengaruh yang lebih spesifik. “Ini menekankan perlunya pendekatan yang lebih terarah dalam mengatasi masalah kebocoran usus dan meningkatkan kekebalan tubuh remaja, termasuk melalui pemberian suplemen probiotik dan pendidikan gizi,” tambah dr. Karina.

Sebagai langkah ke depan, dr. Karina merekomendasikan penelitian intervensi untuk memperbaiki kebocoran usus dengan probiotik serta edukasi gizi yang lebih mendalam. Remaja juga didorong untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan, terutama yang kaya protein baik dari sumber hewani maupun nabati, untuk mendukung kesehatan usus dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya diet seimbang dan peran spesifik makanan dalam menjaga kesehatan usus dan kekebalan tubuh, terutama di kalangan remaja yang rentan terhadap infeksi virus.

Dokter Karina berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Hubungan Kualitas Diet dengan Permeabilitas Usus dan Respons Antibodi terhadap SARS-CoV-2 pada Remaja dari Tiga Kota Besar di Indonesia” dalam sidang terbuka promosi doktor di Ruang Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI FKUI, Jakarta, pada 17 Juli 2024. Ia berhasil menjawab sanggahan dan pertanyaan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K), MPH, dengan anggota tim yang terdiri dari Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K); Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, FINASIM dan penguji tamu dari Universitas Gadjah Mada yaitu Dr. dr. Emy Huriyati, M.K.

Sidang dipimpin oleh dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, dengan promotor Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, Sp.PD, KGEH, FINASIM, FACG, FASGE, serta ko-promotor Prof. Dr. dr. Rina Agustina, M.Gizi, dan Dr. Anuraj H. Shankar dari University of Oxford.

(Humas FKUI)

Mulai chat
💬 Butuh bantuan?
Scan the code
Halo 👋
Ada pertanyaan atau hal yang bisa kami bantu?

Waktu Operasional
Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB
Pesan yang masuk di luar waktu operasional akan direspon pada hari kerja berikutnya.