Operasi pengangkatan kandung empedu melalui metode laparoskopi telah menjadi prosedur standar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun, komplikasi serius seperti cedera saluran empedu tetap menjadi risiko yang signifikan meskipun kasusnya terhitung jarang. Peserta dari Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Adianto Nugroho, Sp.B, Subsp. B.D.(K), dalam penelitiannya menyoroti pentingnya keterampilan non teknis, seperti kesadaran situasi dan pengambilan keputusan, disamping keterampilan teknis guna mengurangi komplikasi tersebut.
Keterampilan teknis sangat penting dalam operasi, namun dr. Adianto menekankan bahwa keterampilan non teknis juga sangat krusial. Keterampilan non teknis mencakup kemampuan kognitif, sosial, dan personal yang diperlukan untuk melakukan operasi dengan aman dan efektif. Di Indonesia, pendidikan bedah selama ini lebih menekankan aspek teknis, sedangkan keterampilan non teknis belum diajarkan secara eksplisit.
Penelitian ini menggunakan metode campuran yang terdiri dari survei, analisis video operasi, dan wawancara mendalam. Sebanyak 35 dokter bedah yang rutin melakukan operasi laparoskopi kolesistektomi ikut serta dalam penelitian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa masih banyak dokter yang belum menguasai keterampilan non teknis dengan baik, ditunjukkan oleh adanya kejadian cedera saluran empedu, penggunaan alat bantu yang tidak optimal, dan kecenderungan terlambat mengubah operasi laparoskopi menjadi operasi terbuka ketika diperlukan.
“Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa perilaku operasional laparoskopik para dokter bedah belum optimal, sehingga kami mengembangkan modul pembelajaran keterampilan non teknis kognitif yang terstruktur,” ujar dr. Adianto Nugroho.
Modul yang dikembangkan ini mencakup kuliah dan diskusi berbasis kasus untuk melatih kesadaran situasi dan pengambilan keputusan. Uji coba modul ini menunjukkan hasil yang positif, di mana peserta yang mengikuti modul ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterampilan non teknis mereka dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Penelitian ini juga mengembangkan instrumen evaluasi yang valid dan andal untuk menilai keterampilan non teknis dokter bedah. “Modul pembelajaran ini diharapkan bisa menjadi bagian integral dari pendidikan bedah di Indonesia dan dapat digunakan sebagai kursus penyegar bagi dokter bedah yang sudah berpengalaman,” tambah dr. Adianto.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai retensi jangka panjang dari keterampilan non teknis ini dan dampaknya terhadap perubahan perilaku operasi. Selain itu, pengembangan modul non teknis serupa untuk jenis operasi lain juga menarik dipertimbangkan untuk meningkatkan keselamatan dan efektivitas pembedahan.
Dengan demikian, penelitian dr. Adianto Nugroho memberikan kontribusi signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan bedah di Indonesia, serta mengurangi risiko komplikasi dalam operasi laparoskopi kolesistektomi melalui peningkatan keterampilan non teknis dokter bedah.
Adianto Nugroho berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Peran Pembelajaran Keterampilan Nonteknis Kognitif Dalam Laparoskopik Kolesistektomi: Tinjauan Kritis Kesadaran Situasi Dan Pengambilan Keputusan Intraoperasi Menuju Perilaku Yang Baik Dalam Mencegah Komplikasi” dalam sidang terbuka promosi doktor di Ruang Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI-FKUI, Jakarta, pada 11 Juli 2024. Ia berhasil menjawab sanggahan dan pertanyaan dari tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI, dengan anggota tim yang terdiri dari Prof. dr. Diantha Soemantri, M.Med.Ed, Ph.D; Dr. dr. Aria Kekalih, MTI; dan penguji tamu yaitu Prof. Ir. Abdoorakhman Gintings, M.Ed, M.Si, PhD dan Dr. dr. Warsinggih, SpBSubspBD(K).
Sidang ini dipimpin oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, dengan promotor Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU, Ph.D, serta kopromotor Prof. Dr. dr. Toar Jean Maurice Lalisang, SpBSubspBD(K), dan Dr. dr. Wresti Indriatmi, Sp.DVE, SubspVen, M.Epid.
Prof. Akmal Taher selaku promotor menyampaikan ucapan apresiasi dalam sambutannya. “Kita ucapkan selamat kepada Dr. dr. Ardianto yang pada hari ini berhasil menyelesaikan tugas dengan hasil yang cukup baik. Tidak mudah untuk mendapatkan responden para ahli bedah digestif untuk secara jujur menjawab survei yang diberikan terkait yang dilakukan sehari-hari, serta diperkuat dengan analisis video yang dikirimkan para responden. Hal tersebut merupakan suatu kejujuran untuk membagi ilmu. Apabila sedemikian pentingnya modul kemampuan non teknis ini, harusnya dapat masuk ke dalam kurikulum mulai dari seorang ahli bedah umum supaya bisa menurunkan angka cedera bilier di Indonesia,” ujar Prof. Akmal Taher.
(Humas FKUI)