Memasuki bulan suci Ramadan, banyak orang tua yang mulai memperkenalkan dan mengajak anak untuk menjalankan ibadah puasa sejak dini. Melatih anak untuk berpuasa sejak dini merupakan hal positif dan tentu akan sangat bermanfaat agar terbiasa di usia dewasa. Oleh karena itu penting bagi setiap orang tua untuk mempersiapkan dan memperhatikan anak saat belajar berpuasa untuk yang pertama kalinya.
Dilihat dari sudut pandang ilmiah, memang tidak ada batasan usia untuk seorang anak memulai melakukan ibadah puasa. Namun menurut Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), waktu yang tepat untuk memperkenalkan anak berpuasa adalah mulai dari usia 5-6 tahun.
“Beberapa ahli mengatakan boleh memperkenalkan puasa atau suasana puasa mulai usia anak pra sekolah, mungkin 5-6 tahun kita boleh perkenalkan,” ujar Prof. Rini melalui tayangan Instagram Live pada Jumat, 17 Maret 2023.
Lebih lanjut Prof. Rini mengatakan bahwa melatih anak berpuasa sejak dini akan menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang tua, sebab anak yang baru pertama kali puasa akan sulit menahan rasa lapar dan haus.
“Maka dapat dimulai dengan ikut berbuka, kemudian shalat berjamaah, karena pada usia pra sekolah daya tangkap anak masih imajinasi dan belum bisa membayangkan apa manfaatnya berpuasa. Anak pra sekolah dan usia sekolah juga harus memiliki role model atau contoh bagaimana orang berpuasa tersebut,” kata Prof. Rini.
Prof. Rini menjelaskan bahwa orang tua perlu memperhatikan saat-saat si kecil tidak makan dan tidak minum, ini karena durasi berpuasa untuk satu hari full kurang lebih 13 jam dari sahur hingga adzan Maghrib. Maka jika si kecil merasakan lemas atau tidak aktif, cukup berpuasa setengah hari dari sahur hingga adzan Dzuhur.
“Kalau dia mampu diteruskan, jangan juga dipaksakan hingga si anak tidak melakukan aktivitas apa-apa atau tiduran saja, dan hanya duduk-duduk saja di sekolah,” terang Prof. Rini.
Menurut Prof. Rini, orang yang berpuasa Ramadan selama satu bulan penuh akan memiliki daya tahan tubuh lebih baik. “Kalau dari segi kesehatan, sebenarnya kita perhatikan bahwa saluran cerna itu saat puasa dia beristirahat, dan melakukan fungsinya seperti biasa yaitu memperbaiki sel tubuh terutama di saluran pencernaan.”
Hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah menu saat sahur, agar anak dapat menahan lapar dan haus sampai waktu berbuka. Pola menu yang seimbang tentu harus ada saat sahur yaitu menu yang memperhatikan kebutuhan gizi baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak.
“Protein harus tetap dikonsumsi, double protein juga boleh misal telur dan daging dan isi piring harus terpenuhi karbohidrat. Porsi sayur dan buah mungkin bisa dikurangi, jadi lebih banyak kandungan protein dan karbohidrat. Mengoptimalkan minum air mineral dan jangan minum minuman yang mengandung gula karena kandungan airnya jadi berkurang. Selain itu, pada saat berbuka diperbolehkan porsi lebih tetapi tetap diberi jeda waktu atau bertahap. Jika untuk snacknya biskuit bisa diganti dengan roti agar lebih bergizi dan hindari makanan berlemak,” ucap Prof. Rini.
Melatih anak untuk berpuasa tidak hanya tentang mengubah pola makan, tetapi juga mengubah pola tidur pada anak. Di bulan puasa ini biasanya anak mengikuti kegiatan sholat Tarawih dan selesai sholat sekitar pukul 20.00, sedangkan jam tidur anak adalah pukul 20.00. Maka dari itu, saat siang anak akan tidur dan itu sangat dianjurkan.
“Jika dibilang ada kekurangan waktu tidur maka itu ada mungkin sekitar satu atau setengah jam,” pungkas Prof. Rini
Berpuasa pada anak-anak memang belum diwajibkan, tetapi orang tua harus mengenalkan pada anak apa itu berpuasa dan mengajarkan anak berpuasa sejak dini. Hal ini akan berpengaruh kepada kedisiplinan anak untuk mengatur waktu.
(Humas FKUI)