Penelitian Pajanan Pulsed Electromagnetic Field sebagai Penunjang Terapi Patah Tulang

Fraktur atau patah tulang didefinisikan sebagai kondisi diskontinuitas pada struktur jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma, stres repetitif atau kondisi tulang yang abnormal. Dalam bidang orthopaedi, fraktur memiliki angka insidensi tertinggi dibandingkan cedera atau pun penyakit muskuloskeletal lainnya. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 menyebutkan bahwa kasus fraktur di Indonesia sebesar 5,8% antara lain disebabkan karena jatuh (3,7%), kecelakaan lalu lintas (56,7%), dan trauma benda tajam/tumpul (7,7%).

Pada umumnya fraktur dapat sembuh dengan normal, namun juga dapat mengalami komplikasi berupa delayed union dan non-union yaitu fraktur yang tidak menunjukkan proses penyembuhan setelah 3 bulan paska cedera. Komplikasi non union dan delayed union merupakan komplikasi yang paling sulit dan memerlukan biaya yang besar dalam terapinya.

Terdapat beberapa strategi yang bertujuan untuk meningkatkan penyembuhan fraktur secara klinik, yaitu umumnya penggunaan stimulus biologi mau pun biofisika. Stimulus biologi menggunakan pendekatan lokal dan sistemik, sedangkan pada stimulus biofisika lebih menekankan pada stimulus lokal terhadap jaringan target. Stimulus biofisika, salah satunya pulsed electromagnetic field (PEMF) telah disetujui oleh FDA untuk mendorong kecepatan penyembuhan fraktur. Namun, kelemahan utama metode ini adalah belum diketahui mekanisme kerja stimulus tersebut dalam memengaruhi respon molekuler, seluler dan jaringan pada proses penyembuhan fraktur. Hal tersebut menyebabkan penggunaan modalitas PEMF masih kontroversi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, seorang peneliti dari Program Studi Doktor Ilmu Biomedik FKUI, Umiatin, S.Si, M.Si melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pajanan PEMF terhadap penyembuhan fraktur model delayed union melalui jalur sinyal Wnt. Hasil penelitian menunjukkan pajanan PEMF dapat mempercepat penyembuhan fraktur pada tahap awal dan mengaktivasi jalur sinyal Wnt kanonik dan non kanonik.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh Umiatin, S.Si, M.Si pada sidang promosi doktoralnya, Kamis (10/1/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Pengaruh Pajanan Pulsed Electromagnetic Field (PEMF) terhadap Kecepatan Penyembuhan Fraktur Model Delayed Union pada Tikus Sprague Dawley melalui Jalur Sinyal WNT” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji Prof. dr. Jeanne Adiwinata Pawitan, MS, PhD dengan anggota tim penguji Dr. dr. Ani Retno Prijanti, MS; Dr. Drs. Heri Wibowo, MS; Prof. Dr. Ir. Tresna Priyana Soemardi, SE. M.Si (Fakultas Teknik Universitas Indonesia); dan Prof. Dr. Ir. Tati Latifah Erawati Rajab (Institut Teknologi Bandung).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), selaku ketua sidang mengangkat Umiatin, S.Si, M.Si sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, SpOT(K) dan ko-promotor Dr. Dra. Puji Sari, MS dan Drs. Sastra Kusuma Wijaya, PhD (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI) berharap hasil penelitian ini dapat mendorong masyarakat akademik dan peneliti untuk melakukan kerjasama penelitian multidisiplin berkelanjutan dalam mengembangkan modalitas PEMF sebagai sarana penunjang terapi fraktur.

(Humas FKUI)