Indeks Vaskular Migrain, Inovasi Baru untuk Diagnosis Migrain

Nyeri kepala merupakan gejala penyakit yang paling banyak dikeluhkan. Menurut data dari Kelompok Studi Nyeri Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, prevalensi nyeri kepala di Indonesia mencapai 90%. Nyeri kepala terbagi dua, yaitu nyeri kepala primer dan sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala tanpa ada penyakit lain yang mendasari, salah satunya adalah migrain.

Migrain merupakan nyeri kepala primer sesisi, kedua sisi dan dapat pula tidak mempunyai spesifikasi dalam lokasi. Umumnya migrain bersifat nyeri berdenyut, dengan keparahan sedang sampai berat. Migrain juga dapat disertai dengan rasa mual dan/atau muntah, serta menimbulkan ketidaknyamanan terhadap paparan cahaya atau suara. Tetap melakukan aktivitas fisik dapat memperburuk keparahan nyeri kepala.

Diagnosis migrain merujuk pada panduan dari International Headache Society (IHS) yang dimodifikasi di Indonesia oleh Wibisono dkk. yaitu Migraine Screen Questionnaire (MS-Q). Namun, penentuan diagnosis dengan versi IHS ini masih menimbulkan underdiagnosis sebesar 50%. Ditambah dengan maraknya iklan yang mengaburkan kata ‘migrain’ sebagai gambaran sakit kepala secara umum. Di sisi lain, terdapat beberapa penyakit yang menyerupai migrain seperti nyeri sinus, nyeri kepala tipe tegang, dan nyeri kepala servikal. Kondisi tersebut dapat menimbulkan overdiagnosis terhadap migrain. Tingginya angka underdiagnosis dan overdiagnosis mengakibatkan ketidaktepatan pada diagnosis migrain. Hal ini mengakibatkan pengobatan migrain menjadi tidak adekuat dengan dampak disabilitas serta penurunan kualitas hidup dan produktivitas kerja maupun sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dari Departemen Neurologi FKUI-RSCM, dr. Salim Harris, SpS(K), FICA, melakukan penelitian untuk merumuskan sebuah perangkat diagnosis baru yang bersifat lebih objektif sebagai pendukung perangkat diagnosis sebelumnya dengan nama Indeks Vaskular Migrain (IVM). Penilaian IVM menggunakan teknik ultrasonografi Doppler transkranial dengan cara menempelkan probe transducer 2MHz pada pelipis kepala untuk menilai perubahan aliran pembuluh darah otak penderita terduga migrain dengan stimulasi menahan napas dan bernapas cepat, masing-masing selama 30 detik.

Hasil yang didapat melalui pemeriksaan IVM sangat menjanjikan untuk menjawab diagnosis migrain secara objektif karena memiliki sensitivitas 94,23% dan spesifisitas 91,67%. Jika pemeriksaan menggabungkan wawancara klinis (anamnesis) menggunakan IHS/MS-Q versi Indonesia yang baik ditambah dengan pemeriksaan IVM, maka sensitivitas pemeriksaan dapat meningkat menjadi 98,08%.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Salim Harris, SpS(K), FICA pada sidang promosi doktoralnya, Jumat (5/1) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI-FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Performa Indeks Vaskular Migrain dan Breath Holding Index dalam Diagnosis Migrain Definitif: Kajian terhadap CGRP dan ICAM-1 dalam Patofisiologi Migrain” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. dr. Darto Satoto, SpAn(K); Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH; Dr. dr. Cleopas Martin Rumende, SpPD-KP; dr. Alida Roswita Harahap, SpPK(K), PhD; Efta Yudiarsah, PhD; dan Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, SpS(K) (Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS. SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Salim Harris, SpS(K), FICA sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. dr. Teguh Asaat S. Ranakusuma, SpS(K) dan ko-promotor Dr. dr. Al Rasyid, SpS(K) berharap pemeriksaan IVM dapat menjadi standar baku emas diagnosis migrain sehingga dapat mengurangi tingkat underdiagnosis dan overdiagnosis pada nyeri kepala. (Humas FKUI)