Info FKUIUncategorized

Mi Instan dan Misteri Sebabkan Kanker

#LiputanMedia

Republika.id – Kementerian Kesehatan Taiwan menemukan dua produk mi instan asal Indonesia dan Malaysia yang mengandung zat karsinogenik pemicu pertumbuhan sel kanker. Benarkah demikian?

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi hepatologi, Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP menjelaskan, dugaan mi instan yang bisa memicu kanker harus dieksplorasi lebih lanjut.

“Ketika ada suatu isu yang mengandung sesuatu yang berbahaya, tentu perlu dilakukan evaluasi mengapa demikian adanya,” ujar guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu kepada Republika, Rabu (26/4/2023)

Menurut Ari, ini adalah tugas Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan evaluasi apakah ada komponen-komponen yang bisa memengaruhi masyarakat yang mengonsumsi mi instan tersebut. “Mengandung etilen oksida atau tidak, tentu harus dikonfirmasi dengan BPOM karena ini adalah salah tanggung jawab BPOM,” ujarnya.

Ada pula isu yang mengatakan mi instan bisa lengket di usus, benarkah demikian? Menurut Ari, tidak ada perlengketan mi instan di dalam usus. Ketika makan mi instan, ada proses pencernaan di lambung, yang kemudian dihancurkan oleh asam lambung.

Sehingga menjadi bagian yang mudah diserap di usus halus. “Jadi kenyataannya mi instan suatu kondisi hancur dan diserap oleh usus akan bercampur dalam feses. Bukan sesuatu yang tidak atau sulit diurai,” ujarnya.

Seberapa Sering Boleh Konsumsi Mi Instan?

Menurut Ari, mi instan bisa dikatakan sehat atau tidak tergantung seberapa sering mi tersebut dikonsumsi. Lalu, adakah batasan seberapa sering sebaiknya konsumsi mi instan?

Menurut dia, batasan untuk mengonsumsi mi instans masih bersifat relatif. “Mengenai sering atau tidak seringnya, itu tertentu sesuai kebutuhan,” ungkap guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo kepada Republika, Rabu (26/4/2023).

Jika seseorang hendak mengonsumsi mi instan sehari-hari, hal yang harus diperhatikan adalah kandungan gizinya. Gizi dalam satu bungkus mi instans, menurut Ari, tidak lengkap. Jumlah karbohidrat cukup, tapi komponen protein tidak cukup. Belum lagi kandungan garam dapat memicu hipertensi.

Ia mengatakan, makanan yang baik dikonsumsi adalah makanan segar, yaitu makanan yang benar-benar baru dimasak, misalnya nasi, lauk, ayam goreng dengan sambal. “Jadi, memang kita sebenarnya berusaha menghindari makanan praktis seperti ini, mengingat idealnya adalah makanan-makanan yang kita masak sendiri,” ujar Ari.

Tapi, menurut dia, tentu tidak semua orang dalam kondisi yang mudah memasak makanan sendiri, jadi ini bisa menjadi alternatif bagi orang-orang yang tidak punya waktu membuat makanan sendiri. Sebab, mi instan ini begitu praktis, hanya perlu direbus dengan air kemudian segera bisa dikonsumsi.

“Ini sesuatu makanan yang sifatnya emergency. Di mana-mana kita tidak memungkinkan untuk masak sendiri, ini bisa jadi alternatif untuk makanan kita,” ujarnya.

Tapi, lanjut dia, apabila kita punya suatu kondisi di mana kita tidak dalam keadaan terburu-buru, kita bisa mengonsumsi makanan yang kita masak sendiri, tidak perlu dengan tambahan mi instan. “Jadi, sekali lagi, sesuai dengan kebutuhan dan harus mengetahui komponen gizi yang ada di masing-masing makanan tersebut,” ujarnya.

Agar Mi Instan Lebih Sehat

Banyak orang tua melarang anaknya terlalu banyak mengonsumsi mi instan. Hal itu dilakukan karena mengonsumsi mi instan terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan. Benarkah demikian? Bagaimana membuat mi instan jadi lebih sehat?

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi hepatologi, Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP menjelaskan, sebelum menilai mi instan sehat atau tidak, menurutnya kita harus mengetahui komponen-komponen mi instan. Mi instan, kata dia, mengandung karbohidrat, garam dan lainnya.

Ia menyampaikan, gizi dalam satu bungkus mi instan tidak lengkap. Komponen karbohidrat memang cukup, tapi komponen protein tidak cukup. Belum lagi kandungan garam memicu hipertensi. “Jika dikonsumsi sehari-hari maka yang harus diperhatikan kandungan gizinya,” ujarnya.

Untuk membuat mi instan lebih sehat, menurut Ari, kita bisa menambahkan komponen gizi yang ada. Kita bisa menambahkan telur, misalnya, bakso dan sayur-sayuran. “Sesuai dengan kebutuhan,” ia mengingatkan.

Mengenai bumbu yang ada di dalam kemasan, lanjut Ari, harus dikonfirmasi kepada pihak perusahaan produsen mi instan tersebut mengenai komponen bumbunya. “Tapi, sekali lagi, ketika produk tersebut sudah ada di tengah masyarakat dan sudah diberi stempel BPOM, saya rasa produk tersebut aman dikonsumsi,” tegasnya.

Ia menganjurkan untuk tidak menggunakan bumbu mi terlalu banyak. “Saya menganjurkan ketika hendak makan mi instan, saya hanya menggunakan setengah bumbu mi tersebut,” ujarnya.

Sumber berita: https://www.republika.id/posts/40071/mi-instan-dan-misteri-sebabkan-kanker