Kanker tak Bisa Sembuh, Tapi Penderita Bisa Raih ‘Remisi’
#LiputanMedia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mendengar kata kanker maka kita akan langsung berpikir tentang kematian. Di sisi lain jumlah pasien kanker tertentu juga meningkat ditengah masyarakat kita. Penyakit kanker bisa membuat sesorang menjual harta bendanya untuk berobat kankernya tersebut. Penyakit kanker juga sudah menyedot pembiayaan besar bagi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Dekan FKUI yang juga Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Prof Ari Fachrial Syam menjelaskan kanker tidak selalu berhubungan dengan kematian, karena sebenarnya banyak pula pasien yang pernah divonis kanker ternyata masih bisa hidup bertahun-tahun bahkan bisa sesehat orang tanpa penyakit kanker. Di dalam dunia medis memang penyakit kanker tidak bisa dikatakan sembuh.
“Istilah yang digunakan adalah remisi atau relaps,” ungkapnya kepada Republika.co.id.
Istilah remisi, pasien kanker tersebut sudah di terapi dan sudah dievaluasi bahwa pasien tersebut tidak mengandung sel kanker lagi di dalam tubuhnya atau kita sebut remisi. Pada masa remisi tersebut si pasien harus tetap kontrol secara teratur dan tetap menjaga tubuhnya agar selalu sehat. “Istilah remisi berbeda dengan sembuh total.”
Beda dengan penyakit infeksi misal infeksi demam thypoid bisa kita katakan sembuh total. Secara psikologis istilah remisi seperti mengingatkan kepada pasien tersebut bahwa dirinya harus kontrol secara teratur dan tetap dengan gaya hidup sehat.
Salah satu cara hidup sehat adalah istirahat cukup dan tetap menjaga makan, usahakan perbanyak mengosumsi sayur dan buah agar tetap sehat. Buah dan sayur mengandung anti oksidan yang dibutuhkan untuk menetralkan racun didalam tubuh kita.
Selain itu stres baik stres fisik maupun psikis bisa memperburuk perjalanan kanker seseorang. Kontrol teratur juga tetap dilakukan karena pasien yang remisi dari suatu kanker berisiko untuk menderita kanker kembali.
Bagaimana kalau sudah divonis kanker stadium IV? Kanker stadium IV menunjukkan bahwa perjalanan kanker sudah lanjut dan sudah ditemukan penyebaran kanker ke organ lain. Adapun organ yang sering terkena penyebaran kanker adalah paru, liver atau otak. Sering juga perjalanan kanker menginfiltrasi organ sekitarnya.
Survival rate
Kanker stadium IV juga berhubungan dengan survival rate yang rendah. Hitungan survival rate berhubungan dengan bertahan hidupnya seseorang dengan penyakit kankernya. Survival rate merupakan prediksi terhadap bertahan hidup seorang penderita kanker untuk waktu tertentu biasanya waktu yang diambil 5 tahun. Biasanya terapi yang diberikan pada pasien yang sudah stadium 4 bersifat paliatif supportif. Nyeri kankernya dikurangi, nafsu makannya diperbaiki gejala mual dan muntah dikurangi.
Pasien bisa melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri. Prinsip terapi paliatif hanya mengurangi dampak dari perjalanan kanker yang ada. Walau perkembangan teknologi dan temuan obat-obat baru kanker akan memperbaiki kualitas hidup dan survival rate pasien kanker tersebut.
Untuk kanker usus besar stadium IV survival rate untuk 5 tahun hanya 11 persen artinya lebih kurang hanya 1 dari 10 pasien kanker tersebut yang bertahan hidup dalam 5 tahun kedepan. Sebaliknya pada kanker usus besar stadium 1 survival rate 5 tahunnya bisa mencapai 90 persen. Artinya 9 dari 10 pasien kanker usus besar stadium I bisa bertahan sampai 5 tahun. Bahkan bisa saja lebih dari 5 tahun.
Untuk kanker nasofaring survival rate stadium I mencapai 72 persen, stadium II sebesar 64 persen, stadium III 62 persen sedang stadium 4 38 persen. Jadi untuk pasien kanker nasofaring stadium 4 survival rate bisa mencapai 38 persen lebih baik tiga kali dari pasien kanker usus besar stadium IV.
Pada prakteknya dokter tidak bisa menyebut berapa lama lagi seseorang bisa bertahan hidup karena sakit kankernya tetapi yang dinilai adalah kesempatan pasien tersebut tetap bertahan hidup dalam lima tahun kedepan. Bagi pasien kanker dan keluarga mengetahui angka survival rate penting.
Sumber berita: https://gayahidup.republika.co.id/…/plfdxy349-kank