Virus Corona Bermutasi, Apa PCR di Indonesia Akurat?
#Liputanmedia
Jakarta – Selain pertentangan mengenakan masker, muncul lagi suara rakyat yang mempertanyakan efektivitas penggunaan polymerase chain reaction (PCR) yang dipakai sebagai patokan positif atau tidaknya seseorang terhadap virus corona.
Efektifkah? Bukankah strain virus di Indonesia berbeda dengan yang ada di luar negeri? detikINET mewawancarai Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, guru besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
“Jadi begini, sudah umum penggunaan PCR. Sebenarnya pun PCR rutin digunakan di lab-lab dan universitas. Sudah jadi makanan sehari-hari,” ucapnya, Senin (12/10/2020) melalui sambungan telepon.
Prof Ari menjelaskan setelah dilakukan penelitian, virus yang ada di Indonesia telah terbukti berasal dari tempat pertama merebaknya kasus COVID-19, Wuhan.
Mengenai pengambilan sampel virus corona, Prof Ari menegaskan bahwa sudah dilakukan proses pemurnian sehingga sampel yang diambil adalah murni virus corona. Sehingga anggapan salah dalam langkah awal dibantah habis-habisan olehnya.
“Prosesnya itu kan swab, ditempatkan di media, lalu diekstraksi. Di ekstraksi ini sudah pasti hanya virusnya saja yang diambil, kemudian diberikan reagen untuk PCR,” jelasnya.
Menurut keterangan Prof Ari, persentase keakuratan PCR umumnya mencapai 90%. Sehingga, meskipun tetap ada kemungkinan hasil yang kurang tepat, metode ini masih menjadi cara yang paling pas untuk menentukan apakah seseorang terpapar SARS-CoV-2 atau tidak.
Terakhir ia memberi pesan kepada banyak orang untuk mencari tahu informasi virus corona dengan benar, dengan demikian tidak ada lagi yang termakan hoax seputar COVID-19.
“Mereka yang buat itu (konspirasi) nggak ngerti. Namanya konspirasi, dapat informasi disambung-sambung. Kami yang setiap hari menghadapi ini sudah pasti mengerti,” tegasnya.
Sumber berita: https://inet.detik.com/…/virus-corona-bermutasi-apa-pcr…