Info FKUIUncategorized

Menjangkau, ketahanan, kunci untuk mengatasi masalah kesehatan mental selama pan

#Liputanmedia

Pandemi COVID-19 telah mengambil tol tentang kesehatan mental banyak orang, memicu tantangan baru saat memperburuk isu yang ada, dan para ahli setuju bahwa ketahanan orang, atau kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan bangkit melawan keterpurukan, adalah kunci untuk bertahan dari epidemi emosional.
Psikolog klinis Annelia Sari Sani mengatakan bahwa penting untuk terus-menerus mendidik orang-orang di Indonesia tentang kesehatan mental karena di antara sebagian besar komunitas di negara tersebut stigma masih menempel pada mereka yang menderita sakit jiwa.
Pendidikan yang tepat penting dalam mencari solusi untuk masalah kesehatan mental di Indonesia, ia menambahkannya.
“[Pendidikan dimulai starts ketika orang-orang menjangkau. Mengulurkan bantuan bukan tanda kelemahan, artinya kita mengerti kita sedang menghadapi masalah. Ini adalah bagian dari menjadi tangguh,”Kata Annelia pada hari Jumat selama webinar The Jakarta Post ‘ s Jakpost Up Close berjudul ′′ Kesehatan Mental selama pandemi : Apa yang perlu Anda ketahui”.
Karantina dan mobilitas yang dibatasi telah membawa perubahan pada kehidupan orang-orang karena mereka takut bahwa mereka sendiri atau orang-orang yang mereka cintai dapat mengontrak penyakit, kehilangan pekerjaan dan pendapatan, atau menderita ketidakpastian tentang kapan pandemi akan berakhir.
Survei terbaru yang dilakukan oleh Sekolah Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menunjukkan bahwa 35 persen responden dewasa memiliki gejala depresi selama fase awal pandemi, lima kali periode normal, dan hampir setengah dari ini mengakui Memiliki pikiran bunuh diri.
Orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang pra-eksis juga tidak dapat menerima atau memiliki hubungannya dengan layanan terbatas, yang dapat menyebabkan kambuh dan kambuhnya masalah kesehatan mental.
Situasi ini bahkan lebih kritis di Indonesia, kata Annelia. Dengan populasi 260 juta jiwa, negara ini memiliki lebih sedikit dari 3,000 psikolog klinis dan psikiater, sosok yang baik di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia terhadap satu psikolog dan satu psikiater per 30,000 orang, ia menambahkannya.
′′ Dalam situasi seperti itu, kita harus mengisi celah dengan berkoordinasi dengan pekerja kesehatan mental lainnya dan masyarakat, sekaligus mengayomi ketahanan masyarakat,” ujarnya.
Gina Anindyajati dari Departemen Kejiwaan FKUI-Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan meskipun layanan telah pindah ke telemedis, masih ada masalah aksesibilitas.
Oleh karena itu, upaya dari semua pihak diperlukan untuk memastikan kelangsungan layanan kesehatan bagi masyarakat yang menderita sakit jiwa, termasuk meningkatkan kesadaran melalui webinar online dan saluran lain, serta memperkuat khasiat diri masyarakat untuk maju dari kejut dan penyangkalan menjadi penerimaan.
′′ Kita dapat mengatur diri kita sendiri dalam memilih dan berkomitmen untuk gaya hidup sehat, berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang tegas, mengembangkan empati dan menghubungkan secara sosial,” ujarnya.
Annelia, yang juga Kepala Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK) untuk mengandung COVID-19, juga menekankan pentingnya membentuk rutinitas baru dan mendefinisikan ulang hal-hal menial menjadi sumber kebahagiaan untuk mencapai ketahanan.
′′ Cobalah untuk mencari aktivitas yang berarti, bahkan dari duniawi. Selalu ada kemungkinan menemukan sumber kebahagiaan baru,” ujarnya.
Selain itu, Rina Anggraeni Dewi, terapis hubungan dan pendiri Yayasan Indonesia Bahagia, mengatakan bahwa mempertahankan komunikasi dalam setiap hubungan itu penting karena banyak konflik hubungan yang timbul selama pandemi.
′′ Ini hanya dapat dicapai dengan adaptasi, kreatifitas, dan kerendahan hati untuk mengatasi perbedaan nilai antara setiap orang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Annelia memberikan tips untuk menanggapi perasaan cemas dan tidak nyaman melalui teknik ′′ grounding
′′ Untuk mengingatkan diri sendiri bahwa pada saat ini kita aman. Teknik umum adalah bernapas sambil menghitung pola teratur dan merasakan semua sensasi di sekitar kita,” ujarnya.
Siti Khalimah, direktur Kementerian Kesehatan pencegahan dan kontrol terhadap kesehatan mental dan penyalahgunaan zat, juga mendorong masyarakat untuk mencari bantuan profesional saat dibutuhkan.
′′ Pemerintah telah meluncurkan hotline psikologis dengan menghubungi perpanjangan 8 pada hotline COVID-19 Nasional tahun 119,” katanya, menambahkan bahwa kementerian akan meluncurkan aplikasi Sehat Jiwa pada Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada Oktober 119 Aku tidak tahu apa-apa yang 10.
Sementara itu, layanan telemedicine Halodoc wakil presiden pemasaran Felicia Kawilarang mengatakan aplikasi ini juga telah memperkenalkan fitur yang dijuluki Kesehatan Jiwa, yang ditujukan untuk menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan mental dan memungkinkan pengguna untuk berkonsultasi dengan lebih dari 500 psikolog dan psikiater terdaftar.
′′ Fitur ini menyebabkan peningkatan lima kali lipat akses ke layanan psikologis di Halodoc. Kami berharap bisa mendekatkan klinik-klinik ini kepada orang-orang yang membutuhkannya sebagai pertolongan pertama,” ujarnya.